DPR Desak Pemerintah Percepat Pemerataan Tenaga Listrik

- 6 Agustus 2020, 10:28 WIB
ilustrasi listrik
ilustrasi listrik /

KABAR BANTEN –Pemerintah didesak untuk terus membangun fasilitas kelistrikan agar bisa memberikan akses tenaga listrik bagi seluruh rakyat. Hal tersebut disuarakan Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Sartono, melalui keterangan tertulisnya, Kamis 6 Agustus 2020.

"Kita sudah 75 tahun merdeka, kalau masih ada daerah 3T, daerah remote yang belum mendapatkan aliran listrik, kami akan berikan dukungan percepatan," ujar anggota Sartono, seperti dikutip dari Kantor Berita Antara.

Dia menjelaskan, masih ada masyarakat Indonesia yang belum dapat menikmati listrik. Padahal, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan mendasar bagi hidup masyarakat.

Baca Juga: Penghematan Listrik di Tengah New Normal

Dia menyoroti berbagai proyek pembangunan pembangkit listrik. Saat ini, kata dia, berbagai aktivitas, baik sosial, ekonomi, hingga pendidikan juga sangat tergantung dengan adanya aliran listrik.

"Kita dalam posisi memberikan dukungan kepada pemerintah untuk memberikan dampak positif kepada masyarakat. Kita dukung melalui politik anggaran," ujarnya.

Sekjen Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Anwar Sanusi mengamini, banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang belum terakses listrik. Menurut dia, masih ada ratusan desa, kebanyakan di kawasan Indonesia timur, yang belum dapat menikmati saluran listrik.

"Mau tidak mau, elektrifikasi merupakan variabel dominan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat," katanya.

Dia menegaskan bahwa elektrifikasi bukan sebatas penerangan, namun harus dilihat secara luas. Oleh karena itu, berbagai upaya perlu terus dilakukan untuk terciptanya pemerataan listrik.

Baca Juga: Pemerintah Ringankan Tarif Listrik Akibat Terdampak Covid-19

"Bukan sekadar penerangan, tapi jadi faktor kegiatan produksi dan produktifitas masyarakat. Misalnya untuk mesin-mesin tepat guna di pedesaan," tuturnya.

Dampak tidak meratanya elektrifikasi juga berdampak pada sektor pendidikan. Konkritnya, di masa pandemi COVID-19 ini, banyak sekolah yang kesulitan dalam menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Tercatat, ada 8.522 sekolah di seluruh Indonesia yang memiliki listrik. Sementara 42.159 sekolah belum mendapatkan akses internet.

Praktisi pendidikan Indra Charismiaji mengatakan bahwa dunia pendidikan saat ini telah memasuki era digital. Oleh sebab itu, menjadi permasalahan besar jika masih ada sekolah-sekolah di Indonesia yang  belum teraliri listrik.

Krisis listrik warga Pulau Tunda

Minggu 2 Agustus 2020 malam, ba'da sholat magrib sejumlah anak sekolah dasar (SD) dan anak sekolah menengah pertama (SMP) menuju rumah Ustaz Kusnadi, di Kampung Pulau Tunda, Desa Wargasara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, untuk belajar mengaji.

Kala itu, rumahnya gelap gulita karena tidak ada penerangan listrik. Dengan penerangan seadanya, yakni lilin kegiatan belajar mengajar ngaji tetap digelar, terlihat para santri dengan hikmat dan serius ketika melantunkan ayat-ayat suci alquran.

"Sudah tiga minggu daerah kami (Pulau Tunda) gelap gulita, listrik tidak ada. Tidak tahu sampai kapan kegelapan ini akan berlangsung di wilayah kami. Walaupun hanya pake penerangan lilin kami tetap semangat untuk belajar mengaji supaya bisa membaca alquran," kata Yoga, bocah pelajar kelas empat SD tersebut.

Baca Juga: Ikuti Program Kemenaker, Korban PHK Diprioritaskan

Kepala Desa Wargasara, Hasim ketika dikonfirmasi mengatakan, saat ini mesin listrik yakni Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang listriknya digunakan warga Pulau Tunda sedang rusak dan masih dalam perbaikan.

"Selain memang mesinnya sudah tua (berusia 7 tahun), sehingga kerap terjadi kerusakan. Diperkirakan dalam satu pekan kedepan perbaikan akan selesai dan PLTD yang merupakan milik swadaya masyarakat itu pun bisa digunakan kembali," kata Hasim. 

Hasim menjelaskan, masyarakat di Pulau Tunda selama ini belum bisa menikmati listrik selama 24 jam full seperti yang dialami masyarakat lainnya. Dalam satu hari satu malam jika PLTD fungsi, masyarakat bisa menikmati listrik sekitar 5 jam saja, yakni pada malam hari mulai pukul 18.00 sampai dengan pukul 22.00.

Selanjutnya untuk penerangan lampu dari malam hingga pagi rumah-rumah warga sekitar 300 unit, menggunakan listrik dari PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) bertenaga 25 Kilo volt amper yang hanya bisa bertahan 2 atau 3 jam saja.

"Memang persoalan listrik masih menjadi kendala sebagian besar masyarakat Pulau Tunda. Namun bagi yang ekonominya mampu, mereka menggunakan genset untuk kebutuhan listrik mereka sehari-hari," jelas Hasim.

Pulau Tunda berpenduduk 1.000 orang lebih itu, ada sekitar 300 rumah dan fasilitas umum lainnya yang konsumsi listriknya bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) kapasitas 100 KVA dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) kapasitas 25 KVA. Untuk bisa menikmati listrik hanya sekitar 4 jam saja (pkl 18.00 s/d pkl 22.00) bersumber dari PLTD. Sementara selanjutnya, listrik bersumber PLTS hanya bisa dinikmati kurang lebih 2 atau 3 jam saja. ***

Editor: Rifki Suharyadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x