Vaksinasi HPV Multivalen Diklaim Optimal Cegah Kanker Leher Rahim atau Serviks, Disarankan Sejak SD

- 13 September 2023, 12:46 WIB
dr Alexy Oktoman Djohansyah, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan Onkologi.
dr Alexy Oktoman Djohansyah, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan Onkologi. /Dok. Kabar Banten

 

KABAR BANTEN-Data menunjukan bahwa sebanyak 95 persen kanker leher rahim atau serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus atau HPV dan biasanya terjadi pada perempuan usia reproduksi.

Indonesia memiliki angka kesakitan dan kematian tertinggi kanker leher rahim di antara negara-negara di Asia Tenggara.

Kanker leher rahim dapat dicegah dengan imunisasi atau vaksinasi HPV.

Baca Juga: Kasus Kanker Leher Rahim di Kabupaten Serang Perlu Diwaspadai, Begini Faktor Risikonya

Dengan mempertimbangkan tingginya beban penyakit tersebut dan telah tersedianya vaksin HPV yang aman untuk mencegah penyakit tersebut.

Terlebih, adanya surat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor IM.02.02/C/3055/2023 tanggal 3 Juli 2023, bahwa Indonesia berkomitmen untuk mencapai target eliminasi kanker leher rahim pada tahun 2030.

Bahkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyebut kanker serviks berada pada urutan ke-4 untuk jumlah kasus kanker pada wanita Indonesia di tahun 2019.

Sebagai prevalensi dan perlindungan sejak dini dari kanker serviks, Pemerintah Pusat Republik Indonesia gencar memberikan vaksinasi HPV bagi anak-anak perempuan di seluruh Indonesia.

Salah satunya di Kota Tangerang, sebanyak 15.039 Siswi yang duduk di kelas 5 SD dan 6 SD jadi sasaran program ini.

dr. Alexy Oktoman Djohansjah, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Onkologi RS Siloam Lippo Village menjelaskan kanker serviks secara utama disebabkan oleh HPV.

Virus ini ada dimana-mana, dapat menjangkit wanita jika tidak menjaga kebersihan dengan baik terutama di area vagina, atau bisa juga karena bergonta ganti pasangan seksual.

"Faktor resiko lain juga akibat gaya hidup seperti lingkungan, makanan, obat-obatan, serta faktor kelainan genetik," jelasnya, Rabu 13 September 2023.

Meskipun langkah-langkah pencegahan ini sudah tersedia, banyak perempuan yang belum rutin melakukan pemeriksaan medis.

Alexy mengatakan, selain pemeriksaan rutin, kanker serviks dapat dicegah dengan vaksin, terutama vaksin HPV multivalen.

Vaksinasi dapat dimulai pada usia yang lebih muda, sekitar usia 9 tahun atau sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) hingga usia 45 tahun, pada wanita yang belum divaksin sebelumnya dengan pengawasan dokter spesialis.

"Mulai dari anak-anak perempuan usia 9-15 tahun, sebanyak 2 kali suntik per 2-6 bulan. Jika usia 15 tahun ke atas 3 kali suntik," tambahnya.

Kenapa vaksin HPV disarankan sejak usia dini? Menurut Alexy karena pada usia muda daya respon imunnya lebih bagus dalam melawan virus HPV.

Baca Juga: Waspada Kemarau Panjang, Ini Langkah Antisipasi yang Dapat Dilakukan Warga Kota Tangerang

Selain itu, vaksinasi HPV biasanya direkomendasikan untuk remaja dan orang dewasa muda, sebelum mereka terpapar virus HPV melalui aktivitas seksual.

"Sementara jika sudah dewasa atau sudah pernah berhubungan seksual, selain dengan vaksinasi juga diharuskan melakukan pemeriksaan pap smear, minimal 1 tahun sekali," terangnya.

Saat ini, telah menyediakan vaksin HPV multivalen (9-valent) yang dirancang untuk melindungi terhadap infeksi virus HPV dengan 9 jenis strain HPV yang berbeda.

Adapun, vaksin HPV multivalen ini dirancang untuk melindungi terhadap HPV tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58.

"Di antara tipe-tipe ini, HPV 16 dan 18 dikenal sebagai yang paling berisiko dan sering kali terkait dengan kanker serviks," jelasnya.

Alexy pun kembali menegaskan dengan vaksin HPV multivalen terbukti efektif dalam mencegah infeksi HPV dan mengurangi risiko perkembangan penyakit seperti kanker serviks, kanker vulva, kanker vagina, serta kondisi prakanker.

Diketahui, untuk vaksin HPV multivalen ini bisa didapatkan dengan harga Rp2.590.000 untuk sekali suntik.

Wanita di atas 15 tahun harus mendapatkan 3 kali suntik, sementara di bawah 15 tahun hanya 1-2 kali suntik.

Selain vaksin, salah satu faktor yang bisa mencegah penularan virus HPV adalah setiap pada pasangan masing-masing.

Hal tersebut lantaran, penularan virus HPV berasal dari kontak fisik, di mana virus bisa mencapai mulut rahim dengan cara berhubungan seksual.

"Ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan, karena laki-laki pun bisa tertular dan terinfeksi virus HPV ini, kalau wanita di mulut rahim menjadi kanker serviks, kalau laki-laki biasanya di daerah sekitar mulut terinfeksinya," bebernya.

Selain itu, salah satu yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus HPV, yakni mendeteksi dini infeksi virus tersebut, yakni dengan melakukan Pap Smear secara rutin satu tahun sekali.

"Memang satu-satunya cara untuk mendeteksi kanker serviks adalah Pap Smear, karena harus secara langsung melihat dan mendeteksi virusnya, tidak bisa dilakukan secara kasat mata karena gejalanya mirip dengan penyakit reproduksi lainnya," ungkapnya.

Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang takut maupun malu untuk melakukan Pap Smear lantaran vagina harus dibuka dan terasa tidak nyaman.

"Tapi lebih baik tidak nyaman untuk mencegah karena lebih murah dari pada sudah terjangkit, karena pengobatan akan lama, mahal, dan sulit jika sudah dalam tingkat lanjut," imbaunya.

Pasalnya, pengobatan untuk kanker serviks hanya dua metode, yakni operasi dan radiasi. Operasi pun biasanya dilakukan saat kanker serviks masih di bawah stadium IIB.

"Kalau untuk stadium lanjut, biasanya intervensinya hanya radiasi saja, kalau sudah stadium 4B malah akan lebih sulit karena biasanya kanker sudah menyebar ke tulang, hati, maupun otak," tuturnya.

Alexy pun mengimbau masyarakat Indonesia, khususnya wanita untuk melakukan pencegahan kanker serviks agar kasusnya lebih mudah ditangani dan pengobatan pun akan lebih cepat.

"Semakin rendah stadiumnya saat terdeteksi, maka kesempatan untuk sembuh total dan kanker tak kembali lagi semakin besar, jika masih stadium awal bisa sembuh 100 persen, jika sudah stadium lanjut maka intervensi akan semakin banyak dan sulit sembuh total," tegasnya. ***

Editor: Yomanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah