Punden Berundak Lebak Cibedug, Budaya Megalitikum yang Eksotis Misterius dan Tersembunyi

- 26 September 2023, 11:32 WIB
Punden Berundak Lebak Cibedug, Budaya Megalitikum yang Eksotis Misterius dan Tersembunyi
Punden Berundak Lebak Cibedug, Budaya Megalitikum yang Eksotis Misterius dan Tersembunyi /Tangkapan layar YouTube /BPK Wilayah VIII


KABAR BANTEN - Situs Lebak Cibedug berada di Kampung Lebak Cibedug, Desa Citorek Barat, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Situs ini merupakan salah satu situs prasejarah pada zaman megalitikum, berupa punden berundak yang ada di Propinsi Banten.

Baca Juga: 4 Tips Parenting Agar Anak Tidak Kecanduan Gadget, Orang Tua Wajib Tahu

Lokasi yang berada di lereng perbukitan Gunung Halimun dengan bentang alam cukup mempesona. Di sekeliling situs didominasi oleh areal perbukitan dengan vegetasi tanaman keras dan persawahan model terasiring.

Situs dengan latar kebudayaan megalitikum ini terbagi dalam tiga ruang atau halaman dengan peninggalan berupa batu tegak (menhir), dan altar.

Situs Punden Berundak Lebak Cibedug mempunyai Menhir
Situs Punden Berundak Lebak Cibedug mempunyai Menhir

Seperti dikutip Kabar Banten dari kanal YouTube BPK Wilayah VIII, berikut ini review Punden Berundak Lebak Cibedug.

Cerita tentang sebuah peninggalan masa megalitikum dan masyarakat yang hidup disekitarnya ini, adalah cerita tentang cagar budaya Lebak Cibedug yang terletak dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun.

Situs megalitikum Punden Berundak ini juga masuk Wilayah Pemerintahan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Jalan yang berkelok-kelok membuat Situs  Lebak Cibedug terlihat jauh dari keramaian dan terpencil.

Banyak orang salah mengira bahwa situs ini merupakan piramida kecil seperti yang layaknya yang berada di Mesir.

Padahal sesungguhnya ini adalah dua hal yang berbeda, Situs Lebak Cibedug ini merupakan satu komplek terbuat berundak terdiri atas berapa halaman.

Halaman pertama, kedua ketiga dan ada halaman utama memang kalau dilihat bentuknya itu, bangunan bujur sangkar diulang sampai ke atas seperti piramid.

Padahal itu bukan piramid, karena tidak memiliki ruang didalamnya. Punden Berundak Lebak Cibedug demikian orang mengenalnya.

Walaupun jelas ini bukan piramida, tetapi banyak orang awam yang tetap menganggapnya sebagai piramida karena hanya mengacu pada istilah yang sudah biasa saja.

Hal ini membuatnya mulai dikenal dan dikunjungi oleh wisatawan ataupun peziarah, padahal jalan menuju lokasi Situs Cibedug tidaklah mudah.

Situs Lebak Cibedug ditemukan kembali pada tahun 1931 oleh almarhum Bapak Winata Jaya, orang tua dari Abah Azbaji atau tetua adat Lebak Cibedug yang sekarang.

Banyak narasi tentang masyarakat yang tinggal di sekitar situs, termasuk didalamnya tentang Luwung Titipan dan Luwung Tutupan yang ada di Kampung Cibedug turun pada masa pencariannya.

Masyarakat yang pada awalnya berjumlah tujuh keluarga sekarang sudah berkembang menjadi lebih dari 150 keluarga.

Masyarakat adat Cibedug yang ada di Wewengkon Cibedug pada intinya adalah satu masyarakat adat yang kehidupannya tertumpu pada tiga pilar, yaitu pilar kepemimpinan, yang kedua pilar religi atau tatali paranti karuhun dan yang ketiga pertanian.

Ketika leluhur mereka tiba di daerah ini dan kemudian mereka melihat situs ini, mereka melihat bahwa situs ini adalah bagian dari religi mereka atau tatali paranti karuhun, dimana kemudian mereka mengasosiasikan dirinya sebagai bagian dari situs ini.

Pada masa ini Abah Asbaji merupakan keturunan Abah Winata Jaya dan para keturunan keluarga awal lainnya, tetap menjalankan amanah yang diemban oleh para leluhurnya, yaitu menjaga Luwung Titipan dan Luwung Tutupan.

Misalnya ada larangan-larangan untuk masuk ke tempat ini yang seperti hari Selasa, hari Sabtu dan kemudian mereka juga membersihkan tempat-tempat ini.

Bagaimana situs ini terpelihara karena memang masyarakat secara langsung menjagai situs ini, jadi secara singkat dapat dikatakan masyarakat Cibedug adalah masyarakat adat penjaga Situs Cibendung.

Pada umumnya masyarakat Lebak Cibedug menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian. Selain untuk dijual kembali, hasil pertanian itu dikonsumsi masyarakat Lebak Cibedug sendiri.

Banyak budaya warisan leluhur yang mereka Jaga dan lestarikan hingga kini dari sistem penanaman padi penyimpanan dan pendistribusian.

Semuanya dikerjakan selalu bersama-sama dan bergotong-royong bersyukur dan berdoa kepada Sang Kuasa.

Ketika hendak memulai suatu hal atau hajatan maupun setelahnya selalu dilakukan oleh masyarakat adat Cibedug. Dan biasanya mereka lakukan di tempat yang mereka anggap keramat, yaitu di Situs Lebak Cibedug

Dalam lantunan doa-doa dipimpin oleh yang dituakan atau ketua adat, walaupun kegiatan yang bersifat ritual masih dijalankan tetapi berdoa sesuai ajaran Islam, agama yang dipeluk oleh masyarakat adat Cibedug, tidak pernah ditinggalkan.

Di Situs Cibedug ini merupakan cagar budaya pada masa Megalitikum, karenanya keberadaannya perlu diawasi dan dilindungi oleh negara, agar tetap terjaga dan lestari.

Situs ini cukup menarik dari sisi arkeologi, sejarahnya cukup panjang. Bisa dilihat dari strukturnya dengan bentuk yang berundak-undak.

 

Masyarakat yang menemukan dan menyebutkan situs ini sebagai Punden Berundak Lebak Cibedug. Dan pada masa lalu situs ini seakan menghilang dan tidak terdengar lagi keberadaannya, dan baru ditemukan lagi oleh Abah Winata Jaya, orang tua dari Abah Asbaji pada tahun 1931.

Berbagai penelitian dari dalam maupun dari luar negeri telah dilakukan disitus ini. Situs Punden Berundak Lebak Cibedug ini identik dengan dua hal itu sebagai Lawang Titipan dan Lawang Tutupan

Di dalam kehidupan dahulu diceritakan oleh di sini tidak terbuka sebagai sekarang ini. Bisa dilihat dari semua struktur bebatuan diawali dari menhir di dekat aliran sungai Cibedug, sebagai awal atau pintu gerbang untuk masuk ke situs ini.

Kemudian ada halaman paling tidak kita bisa menghitung ada tiga halaman utama di Punden Berundak ini ada halaman pertama, halaman kedua, halaman ketiga dan di halaman ketiga ini tinggalnya lebih komplit lagi.

Terdiri atas beberapa struktur yang terbuat dari burger andesit dan tercampur juga dengan beberapa balok batu andesit. Inilah gambaran secara lebih besar tidak bisa lihat Punden Berundak Lebak Cibedug.

Penelitian sebenarnya sudah ada, tercatat di era penjajahan Belanda. Kemudian baru terungkap lagi setelah ditemukan kembali oleh masyarakat Kampung Lebak Cibedug dengan membuka lahan pemukiman ini.

Kemudian penelitian dari Pusat Arkeologi Nasional, Balai arkeologi, dan juga Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten, yang mencoba mengenali bagaimana sebenarnya struktur Punden Berundak Lebak Cibedug itu.

Tidak hanya Punden Berundak, Lebak Cibedug mempunyai beberapa tinggalan yang juga tersebar di wilayahnya.

Situs Punden Berundak Lebak Cibedug
Situs Punden Berundak Lebak Cibedug

Tinggalan utama adalah Punden Berundak ini berada di sisi sebelah Timur kampung cukup luas. Kemudian di sebelah Barat terdapat Kampung Lebak Cibedug.

Tinggal lingkaran yang lain selain bangunan utama tinggal utama Punden Berundak ini di sekitar Kawasan Lebak Cibedug itu terdapat lagi struktur-struktur Batur Punden yang dilengkapi dengan Menhir yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Batu Tuku.

Selain itu masih ada beberapa strukturan yang lain, seperti strukturan Sumura sekitar 75 meter dari arah Timur Laut, Batu Tergores sekitar 20 meter arah Timur dari struktur Punden dan beberapa yang lainnya.

Ini semua adalah jejak masa lalu yang sangat berharga, harta pengetahuan yang tak ternilai harganya karenanya butuh keterlibatan semua pihak dalam menjaga dan merawatnya kelestariannya.

Karena jika tidak maka akan ada saja orang yang tidak bertanggungjawab akan mencoba untuk merusak atau merubah bentuk dari situs-situs megalitikum ini.

Masyarakat adat kesepuhan Cibedug bahwa prinsip keaslian itu sama dengan prinsip pelestarian cagar budaya. Menjaga keaslian semaksimal mungkin cagar budaya yang ada atau objek yang ada di situs Lebak Cibedug.

Jika kita semuanya merawat dan melestarikannya dengan benar, situs Punden Berundak dan situs-situs yang lainnya Lebak Cibedug ini akan terus ada.

Baca Juga: 3 Aplikasi yang Bisa Digunakan Orang Tua untuk Kontrol Penggunaan Gadget pada Anak

Terus lestari menabrak waktu dari generasi ke generasi, mewariskan keindahan dan kebesaran dari masa lalu.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube BPK Wilayah VIII


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x