Baca Juga: Rumah Heritage Eks Kolonial Belanda di Cimarga Lebak Banten, Saksi Harum 'Penghasil Kelapa Hibrida'
Diperkirakan kandungan batubara tersebut memiliki ketebalan hingga 80 cm dan potensinya mencapai 20 - 30 juta ton.
Namun sampai tahun 1940 an, temuan tersebut tidak kunjung dieksplorasi oleh Kolonial Belanda.
Pada tahun 1942 penjajah Jepang datang ke Indonesia dan tertarik untuk mengeksplorasi hasil tambang batubara tersebut.
Demi kelancaran dan memudahkan akses eksplorasi tambang batubara, penjajah Jepang berencana membangun jalur kereta api dari Saketi di Pandeglang ke Bayah.
Pada Januari 1943, pembangunan jalur kereta api dimulai dan mesti diawali dengan membuka area lahan.
Area lahan tersebut semula masih berupa hutan, persawahan, kebun dan berupa alang-alang tinggi.
Setelah area lahan disiapkan, kemudian memasang balas, bantalan serta memasang rel kereta.