Tak hanya itu, peran atau pelibatan masyarakat dalam pencegahan serta penanganan AKI-AKB juga dinilai masih minim.
Seharusnya pemerintah mengajak kolaborasi dari semua unsur, terutama masyarakat yang juga merupakan bagian dari orang tua.
"Pemerintah kurang terbuka, harusnya ada kolaborasi dengan organisasi masyarakat. Bukan hanya melibatkan kader posyandu dan PKK, tapi juga melibatkan masyarakat sipil, karena ini masalah bersama, dan penanganannya masih setengah-setengah, belum serius," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Serang Ahmad Hasanudin menjelaskan, terdapat beberapa faktor penyebab kematian pada bayi, salah satunya diakibatkan oleh berat badan lahir rendah (BBLR) dan permasalahan pernapasan atau disebut asfiksia yang membuat bayi sulit bernapas.
"Memang banyak faktor, dan rata-rata akibat asfiksia. Jumlahnya hampir 26 kematian," ucapnya.
Dia juga mengakui, jika setiap tahun angka kematian ibu dan bayi di Kota Serang mengalami kenaikan.
Seperti pada 2017 kasus kematian ibu sebanyak 14, kemudian tahun 2018 sebanyak 19, dan 2019 sebanyak 21.
"Tahun 2020 dan 2021 turun, ada 17 kasus kematian ibu. Tapi, tahun 2022 ada 20 kasus, dan 2023 bertambah menjadi 21 kasus," ujarnya.
Baca Juga: Pohon Tumbang Timpa Mobil dan Bangunan Dinkes Kota Serang
Berdasarkan data pada Dinkes Kota Serang, penyebab kematian ibu diakibatkan karena penanganan yang terlambat.