Saat Mengaji Menjadi Hobi

- 17 Januari 2018, 18:15 WIB
Santri Ponpes Irhamna Bil Quran1
Santri Ponpes Irhamna Bil Quran1

Kali ini kita mau cerita seputar hobi, masih menyangkut resolusi yang kemarin sih. Jadi gini loh, tahun 2017 itu kan lagi hits banget ya kidz zaman now, generasi micin yang katanya cuma mau yang serba instan, tanpa usaha dan kerja keras untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.  Nah, di tahun 2018 ini buat kidz zaman now yang kekinian, kita buktiin nih kalo generasi micin itu enggak semuanya seperti itu. Karena ada banyak remaja yang memiliki hobi agak lain dari remaja pada umumnya. Ya, hobi mereka adalah memperdalam ilmu agama. Kaget, kan? Jangan kaget ya, di tengah maraknya pemberitaan miring seputar kenakalan remaja, tawuran dan pemberitaan miring lainnya. Ternyata masih banyak rekan kita para remaja lainnya, yang memiliki hobi mengaji, yaitu membaca ayat suci Alquran.  Waahh... takjub dan penasaran kan? Meski sekarang sudah zaman serba digital dan media sosial beraneka ragam, tapi ternyata masih banyak yang memiliki cita-cita mulia. [embed]https://youtu.be/DKzsVLYvqOg[/embed] Banyak lokasi atau tempat belajar serta kursus, yang memberikan fasilitas pendidikan yang fokus pada mengaji Alquran sekaligus menjadi para penghafalnya. Salah satunya di Pondok Pesantren yang terletak di Mandalawangi Pandeglang serta di Kota Serang. Pekan lalu, kru Kabar Banten mengunjungi Ponpes Irhamna Bil Quran di Mandalawangi yang terletak di kaki Gunung Karang. Banyak ternyata generasi milenial yang juga bisa mengaji dan bahkan hafal sampai 30 Juz Alquran. Begitu pula satu lokasi lain, di Kota Serang yang khusus memberikan pelatihan, dengan metode menghafal Quran untuk para perempuan. Penasaran gak sih gimana cara mereka bisa hafal dan metode apa yang dipakai untuk baca Alquran? Yuk kita langsung tanya aja sama teman-teman.
Mohd Fakhri (22), Santri Irhamna Bil Qur’an Mandalawangi asal Malaysia: “Saya belajar membaca Alquran dan menghafalnya untuk memberikan syafa’at (pertolongan pada hari kiamat) bagi kedua orang tua saya. Karena selama ini saya belum bisa membalas kebaikan mereka yang begitu besar untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya”.  Fakhri adalah salah satu santri di Pondok Pesantren Irhamna Bil Qur’an asal Negeri Jiran Malaysia, sengaja datang khusus ke Indonesia untuk belajar meghafal Quran. Rasa ingin maju dan berkembang dari dalam dirinya adalah mencari ilmu, walau jauh dari orang tua.*
Ghea Kharisma (19), Santri asal Bekasi yang belajar di Irhamna Bil Quran Mandalawangi: “Alquran itu kan pedoman umat Islam, jadi saya mulai belajar mengaji dan menghafal setiap ayat yang saya baca. Dulu saya sempat berpikir, selama ini saya sekolah hanya untuk meraih gelar di dunia semata tidak ada pikiran untuk bekal di akhirat nanti. Ditambah ketika ibu saya meninggal dunia, saya berjanji untuk menghafalkan Alquran supaya bisa menyelamatkan ibu saat dihisab nanti”. Keinginan membalas kebaikan sang ibu dijalani oleh Ghea dengan belajar dan menghafal Alquran. Setelah 2,5 bulan belajar di Irhamna, Ghea saat ini telah hafal 30 juzz Alquran.*
Ferryal Afra (18), Santri Irhamna Bil Quran asal Riau: “Hadist Rasulullah SAW yang diriwatkan oleh Imam Abu Daud megatakan, barangsiapa yang membaca Alquran dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya maka pada hari akhir nanti Allah SWT akan memakaikan jubah atau mahkota kemuliaan bagi orangtuanya. Dari situ saya termotivasi untuk menghafal Alquran, karena membacanya saja sudah luar biasa hadiahnya apalagi kalau kita bisa hafal”.*  
Rahmi, Alumnus Politeknik Negeri Loksemawe Aceh Timur saat ini belajar Quran di Yayasan Mecca Nusantara Kota Serang: “Sekarang ini kan banyak anak-anak muda yang selalu mengejar dunia, aktif di sosial media dan organisasi. Padahal kan kita di dunia ini mengumpulkan bekal untuk di akhirat nanti, bukannya berlomba-lomba menumpuk harta dunia. Karena itu saya mulai menghafal Alquran dan ditambah lagi ada hadist yang mengatakan bahwa apabila kita menghafal Quran kita dijamin surga dan dapat menghadiahkan orangtua mahkota yang sinarnya melebihi matahari, karena kedua orangtua saya sudah tiada beberapa tahun lalu”.*
Ratna, Alumnus UNTIRTA jurusan Agro Teknologi. Saat ini ia belajar Alquran di Mecca Nusantara Kota Serang:  “Lebih ingin berbakti sih ke orangtua, karena kan orangtua itu apalagi ibu yang sudah mengandung selama sembilan bulan, merawat dan mendidik sampai sebesar ini. Udah banyak banget lah jasa mereka buat anak-anaknya dan mungkin tidak bisa terbalas sepenuhnya, tapi kita tetap harus berusaha membalasnya.  Kalau cara saya adalah dengan menghafal Alquran agar dapat memberi syafa’at bagi orangtua saya di akhirat kelak. Satu lagi nihh buat temen-temen jangan malu untuk mengenal Alquran, jangan takut dibilang nora karena masih membaca Alquran, karena penghafal Alquran itu keren”. Rahasia Metoda Irhamna Bil Quran Ustazah Fitriyani Nur Fitroh, penemu metoda Irhamna bil Quran, mengatakan dengan metoda Irhamna, siapapun bisa menghafal Alquran semudah membalikkan tangan. “Dengan metoda Irhamna, menghafal Alquran bukan hanya mudah tapi juga mengasikkan. Dengan menguasai metoda ini, setiap orang bisa menjadi hafiz/ hafizoh,” katanya. Ustazah Fitri tak keberatan berbagi rahasia metoda Irhamna. Pertama, hafal rumus angka. “Untuk memudahkan dan mempercepat menghafal Alquran dengan metode ini, terlebih dahulu penghafal memahami dan menghafal rumus angka,” ungkapnya. Diungkapkan, rumus yang harus hafal di luar kepala tersebut terdiri atas angka primer 0-9 dan rumus angka sekunder 00-99. “Yang menjadi contoh surat terpanjang dalam Alquran, yaitu surat Al-Baqoroh. Jumlah ayatnya mencapai 286 ayat. Ayat dengan nomor 100-286 memakai gabungan sistem angka primer dan sekunder,” katanya. Ia menyontohkan, 100 (kunci caca), 105 (kunci cash), 112 (kunci koran), 200 (rambut caca), 218 (rambut koboi), dan seterusnya. Rumus tersebut, lanjut Ustazah Fitri, merupakan media untuk mempermudah asosiasi otak dalam menghafalkan nomor ayat dan mencantolkan urutan dan lafal ayat dan terjemahnya yang dirangkai menggunakan kata kunci. Langkah kedua, sambung Ustazah Fitri, menghafal ayat dengan menggunakan teknik akselerasi learning. “Setelah memahami dan hafal maksud rumus angka, langkah kedua adalah menggabungkan rumus, ayat, sekaligus terjemahnya kedalam cerita yang sudah disusun dan ditulis menjadi sebuah kalimat,” ungkapnya. Ditegaskan, penyampaian kalimat harus dengan gaya yang menarik, unik, dan penuh imajinasi. “Kalimat bisa diolah dan diganti dengan yang lebih lucu, dengan catatan harus ada 3 unsur kata kunci di dalamnya, yaitu rumus angka, ayat, dan terjemah,” katanya. Untuk menghafalkan ayat, tambahnya, terlebih dahulu dibaca sebanyak tiga kali, kemudian dihafal perkalimat yang disambungkan dengan kalimat lain dalam satu ayat. “Setelah hafal ayatnya, jangan lupa diulang sebanyak 3 kali. Setelah itu dilanjutkan menghafal ayat selanjutnya, menggunakan cara yang sama. Yaitu 3x3x3=hafal ayat,” ungkapnya.
Santri Ponpes Irhamna Bil Quran saat mengaji dan menghafal Al Quran. Langkah ketiga, sambung Ustazah Fitri, menghafal susunan ayat dalam suatu halaman. “Untuk mengetahui nomor-nomor ayat dalam suatu halaman, hendaknya penghafal mengetahui nomor pojok ayat dalam suatu halaman. Yaitu nomor dan ayat pojok atas juga nomor dan ayat pojok bawah dalam suatu halaman,” ujarnya. Dengan cara ini, menurut Ustazah Fitri, penghafal bisa tahu ada berapa jumlah ayat yang berada dalam satu halaman tersebut. Selain itu, penghafal tidak boleh lupa memberi tanda pada nomor dan ayat yang berada di tengah, yaitu yang berada di antara nomor dan ayat pojok atas dan bawah. Hal itu, untuk menjadi patokan nomor dan ayat sebelum dan sesudahnya. Sementara untuk mengetahui nomor halaman, penghafal bisa menggunakan rumus 1 juz = 10 lembar, 1 lembar = 2 halaman. “Setiap halaman harus ditambahkan dengan 1. Sebab, nomor 1 adalah surat Al-Fatihah,” ujarnya.(Tim/KB)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah