Sarinah dan Peran Perempuan Masa Penjajahan

- 22 September 2018, 15:04 WIB
PSX_20180922_141525
PSX_20180922_141525

SERANG, (KB).- Kaum perempuan berperan penting dalam membawa bangsa Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial Belanda dan Jepang. Bahkan, lebih dari pada itu. Namun, pasca kemerdekaan, peran perempuan Indonesia seolah hanya dianggap sebelah mata. Hal itu disampaikan oleh kabid Sarinah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) komisariat syariah dan ekonomi islam UIN SMH Banten, Ucu Fufah dihadapan puluhan mahasiswa pada bedah buku Sarinah dihalaman parkir kampus UIN SMH Banten, Jumat (21/9/2018). "Dalam sejarahnya, disaat bangsa ini terjajah, perempuan-perempuan hebat Indonesia berani menyatukan ide dan gagasannya dari satu kongres ke kongres lain.Tak mudah, kaum perempuan menyatukan diri di tengah perang kemerdekaan," kata aktivis perempuan itu. Ucu menuturkan, sejak kongres perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta pada tahun 1928 lalu atau sudah 88 tahun lalu, elemen bangsa di tanah air harus betul-betul memahami bahwa berbicara soal masyarakat dan Negara adalah soal laki-laki dan perempuan, soal perempuan dan laki- laki. Dan soal perempuan adalah suatu soal masyarakat dan negara. "Artinya, tanggungjawab dan peran membangun masyarakat yang adil dan beradab, membangun negara yang maju adalah tanggungjawab bersama antara perempuan dan laki-laki," tuturnya. Menurutnya, masyarakat khusunya mahasiswa harus paham bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat kedudukan perempuan dalam masyarakatnya. "Semua pihak harus benar-benar menyadari bahwa tinggi rendahnya tingkat kemajuan suatu masyarakat, adalah ditetapkan oleh tinggi rendahnya tingkat kedudukan perempuan di dalam masyarakat itu," ujarnya. Kabid Sarinah DPD GMNI Banten, Nani Suryani yang juga sebagai narasumber pada bedah buku itu mengatakan, di era milenial saat ini kemungkinan besar tidak mengenal nama Sarinah. Padahal, kata Nani, Sarinah berjasa besar dalam membetuk karakter seorang Soekarno hingga menjadi pejuang yang tangguh. "Sarinah adalah sosok pengayom bung Karno saat masih kecil, ia membentuk karakter seorang pejuang yang juga pemikir," kata Nani. Bahkan, kata Nani, Soekarno yang merupakan founding father bangsa Indonesia menuliskan sebuah buku berjudul Sarinah yang kaya akan pengetahuan sebagai bentuk penghormatannya. Ia mengajak kalangan perempuan untuk meneladani sosok Sarinah melalui pengetahuan yang terkandung dalam bukunya. "Kita sebagai perempuan harus tahu bahwa perempuan begitu berharga, dalam segala hal perempuan mampu," ujarnya. (Masykur)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah