Laporan Dompet Dhuafa Banten: Meningkat, Warga Berkurban di Masa Pandemi

- 24 Juli 2020, 08:00 WIB
Obrolan Mang Fajar-Kurban
Obrolan Mang Fajar-Kurban

SERANG, (KB).- Hari Raya Iduladha akan tiba dalam waktu kurang lebih satu minggu lagi. Sama dengan Idulfitri 1441 Hijriah, Iduladha kali ini dilaksanakan dalam suasana pandemi Covid-19.

Banten saat ini berada di zona kuning yang berarti penularan masuk kategori rendah. Meski begitu, masih menerapkan protokoler kesehatan seperti menjaga jarak, mengenakan masker, mencuci tangan dan lain-lain guna menghindari penularan lokal yang masih dimungkinkan terjadi.

Covid-19 termasuk dalam virus yang memiliki tingkat penularan cukup berbahaya. Pemerintah pun telah mengambil jalan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan angka penularan. Akibatnya, perekonomian di Provinsi Banten lesu.

Fakta itu memunculkan banyak pertanyaan menyangkut ibadah kurban, mulai dari cara aman berkurang sampai dengan sejauh mana animo masyarakat berkurban di tengah pandemi.

Kepala Bidang Produksi Peternakan pada Dinas Pertanian Banten Dwidjo Harsono mengatakan, pemerintah mulai dari pusat, provinsi sampai dengan kabupaten/kota telah mengeluarkan surat edaran pelaksanaan berkurban guna mencegah penularan Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Dwidjo dalam Obrolan Mang Fajar bertajuk "Cara Aman Berkurban di Masa Pademi" di Harian Umum Kabar Banten, Jl. Jend. A Yani No. 72, Kota Serang, Kamis (23/7/2020). Diskusi yang dipandu Direktur PT Fajar Pikiran Rakyat Rachmat Ginandjar tersebut juga dihadiri Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten Mokhlas Pidono.

Dwidjo menjelaskan, titik tekan dalam surat edaran tersebut adalah penjualan dan pemotongan hewan kurban menerapkan protokoler kesehatan, serta memastikan hewan kurban dalam keadaan sehat. Untuk memastikannya dilakukan pengawasan secara terus-menerus oleh Dinas Pertanian Banten dan kabupaten/kota.

"Dinas Pertanian Provinsi Banten bersama dinas di kabupaten/kota melaksanakan monitoring pengawasan ke lapak, bahwa harus melaksanakan standar protokoler kesehatan, jaga jarak," katanya.

Suasana diskusi ”Obrolan Mang Fajar” di Kantor Redaksi Kabar Banten, Jalan Jenderal Ahmad Yani, Nomor 72, Kota Serang, Kamis (23/7/2020).*

Hasil monitoring dan pengawasan sementara menunjukkan tidak ditemukan hewan kurban di lapak penjual yang berpenyakit serius. Beberapa hanya ditemukan sakit mata dan masih bisa disembuhkan dengan pengobatan herbal.

"Alhamdulillah kalau hewan datang dari jauh (luar Banten), biasanya sakit mata dan diobati herbal sudah sembuh, tidak ada yang berat," ujarnya.

Dia memastikan, hasil pengawasan akurat karena dilakukan langsung oleh lembaga dan petugas yang kompeten. "(Hewan yang sudah diperiksa) diberikan stiker bahwa hewan ini sudah diperiksa oleh kabupaten/kota," ucapnya.

Transaksi daring

Menghindari penularan Covid-19 pembeli dan penjual disarankan bertransaksi secara daring. Penjual cukup mengirim gambar hewan kurban yang dijual kemudian pembeli membayarnya secara non tunai.

"Kalau belum puas silakan datang saja (ke lapak penjual hewan kurban). Hanya di lapak mohon siapkan masker dan lain-lain. Protokoler kesehatan menjadi kewajiban, harus pakai masker, pakai sabun," tuturnya.

Saat ini penjualan dan pembeli terpantau lebih banyak yang tertarik dengan pola transaksi secara daring. Mereka berpikir untuk menjaga keamanan. Dia menyarankan dalam pelaksanaan pemotongan hewan kurban agar pemotong mengenakan lengan panjang dan mengenakan masker.

"Iya memakai baju yang lengan panjang, karena lengan pendek langsung ke kulit. Kalau lengan panjang bisa dicuci, kalau lengan pendek langsung kena tangan khawatir dipakai garuk-garuk," ucapnya.

Khusus untuk pemotongan hewan kurban di Masjid Raya Albantani rencananya akan terlebih dahulu dilakukan rapid test. Untuk distribusi, lanjut dia, sebaiknya penerima tidak datang ke lokasi pemotongan.

Panitia kurban terlebih dahulu menghimpun nama penerima selanjutnya daging kurban langsung diantar ke rumah masing-masing. "Jadi tidak perlu lagi menerima dan mengirim di suatu tempat untuk menghindari kontak fisik," ujarnya.

Pembeli berkurang

Berdasarkan temuan di lapangan, kata dia, banyak penjual mengeluhkan penurunan pembeli.

"Ada sebagian yang jual sapi 150 yang terjual baru 50. Tapi ini masih punya waktu. Teman-teman (penjual) di lapangan ada penurunan pembeli, pembeli lebih cenderung beli hewan yang kecil karena lebih terjangkau," katanya.

Atas kondisi tersebut, dia mengestimasi jumlah kebutuhan hewan kurban tahun ini lebih sedikit dibanding tahun lalu. Pada tahun lalu, kebutuhan sapi mencapai 13 ribu se-Banten, sedangkan tahun ini menurun hanya 12 ribu. "Kalau harga masih sama," ujarnya.

Suplai kebutuhan hewan kurban di Banten bervariasi bergantung jenisnya. Untuk domba sebagian besar dari luar Banten, kambing jawa dari Lampung. Sedangkan hanya jenis kerbau yang mencukupi bahkan surplus di Banten.

"Kalau kerbau surplus. Karena masyarakat Banten lebih menyukai daging kerbau, mungkin karena kelezatannya," ucapnya.

Ke depan, dia ingin produksi peternakan jenis kambing, domba, dan lainnya lebih ditingkatkan. Karena produksi peternakan dapat memberikan nilai lebih terhadap perekonomian. "Sektor ternak tidak bisa dipandang sebelah mata, cukup menguntungkan," tuturnya.

Bukan hal baru

Sementara, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa (DD) Banten Mokhlas Pidono mengatakan, DD melaksanakan kurban sejak tahun 1994 dan sampai 2020 terhitung telah 25 tahun.

"Hanya tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya karena pandemi. Sehingga beberapa (pola kurban) akan dibedakan dengan 25 tahun ke belakang," ujarnya.

Sebenarnya, transaksi kurban lewat daring bukan hal baru bagi Dompet Dhuafa yang telah menerapkan transaksi penjualan hewan secara daring sejak lama. Karena itu, penjualan hewan kurban di tengah pandemi tidak asing baginya.

"Kurban itu pekurban dengan orang yang ada di peternakan tidak ketemu. Mereka hanya menitipkan dananya, untuk kemudian kami yang menyalurkan. Nanti akan disampaikan laporan kurban. Kami menerapkan sejak dulu, jadi tidak terlalu aneh," katanya.

Menurutnya, pola kurban dengan tidak mempertemukan antara yang berkurban dan penjual hewan tidak menjadi persoalan.

"Hanya lebih afdol melihat, intinya di era Covid-19 memberikan kemudahan tanpa bertatap muka," ujarnya.

Untuk menjamin hewan kurban sesuai dengan yang diiklankan, pihaknya telah menerapkan quality control secara mandiri. Hewan kurban yang akan dijual ditimbang terlebih dahulu. Hasilnya disampaikan kepada pembeli.

"Berkurban bisa via web, bisa transaksi di situ. Enak sekali tidak harus kemana-mana. Kami juga sediakan nomor kontak layanan, kalau minta jemput aja ke rumah. Yang kami tunjuk untuk datang ke rumah pekurban yang sudah aman Covid-19. Kemudian uang pembayaran ditransfer ke rekening yayasan, sehingga dana tidak mungkin ada penyelewengan," ucapnya.

Dompet Dhuafa, kata dia, menjadi jembatan bagi masyarakat yang ingin berkurban. Karena tidak semua masyarakat memiliki waktu untuk memilih, mencari dan mendistribusikan hewan kurban.

"Dalam distribusi kami taat edaran. Jadi Dompet Dhuafa tidak menyembelih, hanya pendistribusian hewan dalam keadaan hidup ke lokasi yang ditentukan," ucapnya.

Lokasi yang telah ditunjuk tak kurang dari 50 titik, antara lain Cilograng Kabupaten Lebak, Kasepuhan Karang di Sobang, Kabupaten Lebak dan sisanya di Kota dan Kabupaten Serang.

"Kenapa Kabupaten dan Kota Serang paling banyak titiknya, tidak bisa dipungkiri banyak tidak berkurban," katanya.

Dia menjelaskan, proses penyembelihan hewan kurban dari Dompet Dhuafa dilarang berkerumun.

"Panitia kurban harus di sana pada saat menyembelih tidak boleh berkerumun. Kemudian pada saat distribusi panitia yang datang langsung. Mereka sudah menyetorkan nama penerima," tuturnya.

Beda data

Berkaitan dengan data masyarakat yang berkurban, ada perbedaan data dengan Dinas Pertanian. Berdasarkan data DD Banten, hewan kurban justru meningkat dari tahun sebelumnya.

Pada tahun lalu untuk kurun waktu H-9 hewan kurban yang terjual baru 108 ekor semetara tahun ini mencapai 178.

"Artinya bukan menurun, tapi meningkat, karena menggunakan data kurban yang lebih memudahkan," katanya.

Pada tahun lalu, kata dia, masyarakat ramai membeli hewan kurban biasanya terjadi pada H-6 Iduladha. Untuk tahun ini bahkan sudah ramai sejak dua bulan sebelumnya.

"Target minimal 500 ekor, tahun lalu 300. Tapi 300 ada pekurban yang ingin menyalurkan ke lingkungannya. Tahun lalu yang banyak terjual domba standar, paling kecil. Tahun ini baik pusat maupun cabang yang paling laku domba premium, domba mahal," ujarnya.

Dia memperkirakan, peningkatan kurban ini disebabkan oleh tingginya rasa kedermawanan masyarakat.

"Sebagaiamana diberitakan masyarakat yang terdampak covid tak sedikit sehingga membangkitkan kepedulian warga lain untuk ikut membantu," ucapnya. (Sutisna)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x