KABAR BANTEN - Pacaran atau istilah berpacaran menjadi suatu hal yang sudah sering terdengar pada saat ini, khususnya berpacaran banyak dilakukan oleh para anak muda.
Pacaran yang dilakukan bermaksud ingin memiliki sebuah hubungan yang lebih dari sekedar pertemanan antara seorang laki-laki dan perempuan.
Sehingga dengan pacaran, keduanya akan saling mendapatkan rasa kasih sayang maupun saling memberi perhatian satu sama lain.
Tak hanya itu, bagi mereka yang berpacaran, keduanya akan memiliki teman untuk sekedar saling bertukar pikiran atau keluh kesah (curhat) hingga teman bermain dikala ingin berlibur ke suatu tempat.
Namun untuk kita yang beragama Islam, istilah berpacaran merupakan suatu hal yang haram bagi yang melakukannya.
Baca Juga: Berbagai Manfaat Timun Menurut dr Zaidul Akbar, Salah Satunya membersihkan Paru Paru
Dari Ibnu Abbas RA. Ia berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW berkhutbah, ia berkata, "jangan sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan, kecuali ada mahramnya, dan janganlah seorang perempuan melakukan musafir kecuali ada mahramnya." (muttafaw alaihi).
Sedangkan dalam Al-Qur'an Al-Isra ayat 32, berbunyi, "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji, Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra:31).
Dengan adanya dua pernyataan di atas yang singkron, dalam hal ini, pacaran memang bukan budaya yang diperbolehkan agama Islam.
Dan tentunya akan menimbulkan dosa bagi yang melakukannya, karena istilah pacaran sudah melanggar ketentuan akidah dalam beragama Islam.
Dalam hal ini juga, artinya agama Islam sama sekali tidak mengajarkan tentang suatu istilah berpacaran, karena akan banyak penyebab negatif jika laki-laki dan perempuan melakukan hubungan dekat tanpa adanya ikatan yang sah.
Baca Juga: 4 Langkah Hadapi Suami Senang Judi dan Banyak Hutang, Begini Menurut Ustadz Adi Hidayat
Namun, bagaimana jika kita yang sudah terlanjur berpacaran dengan kekasih hingga bertahun-tahun lamanya sedangkan dosa-dosa terus mengalir dalam rentang waktu tersebut?
Dikutip Kabar Banten dari video yang diunggah media sosial TikTok @cahayaradiah Rabu 15 Desember 2021 yang berisi tanggapan Ustadz Adi Hidayat tentang cara menggugurkan atau menghapus dosa pacaran.
Menurut Ustadz Adi Hidayat, cara agar menggugurkan dosa-dosa karena berpacaran adalah dengan menikah, karena ketika dua pasangan yang sebelumnya berpacaran hingga sampai di pernikahan, dengan menikah dosa-dosa mereka akan gugur.
"Ketika anda kemudian menikah, maka, dosa-dosa yang pernah anda kerjakan selama pacaran, pertama gugur lewat pernikahan yang dimaksud," katanya.
Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat, Biografi dan Profil, Gelar Pendidikan hingga Karya Tulisnya
Namun tidak hanya itu, menikah saja tidak cukup untuk menggugurkan dosa-dosa pacaran.
Kedua pasangan tersebut haruslah benar-benar bertaubat dengan rasa bersalah disertai memohon ampun kepada Allah atas dosa yang sudah dilakukan.
"tidak sekedar dengan pernikahannya, tapi dengan kalimat kalimat taubat yang mengalir dari lisan keduanya," ujarnya.
"pernikahan itu menghadirkan penyesalan atas dosa-dosa yang lalu, dengan cara Anda bertaubat kepada Allah, jadi tidak otomatis kemudian menikah, dosa yang lalu gugur, tidak, tapi sertakan dengan pernikahan itu, dengan cara memohon ampunan kepada Allah, atas dosa-dosa lalu yang pernah dikerjakan." sambungnya.
Namun bagaimana jika kedua pasangan yang pernah berpacaran namun keduanya tidak berakhir dalam sebuah pernikahan?
Tentunya dengan bertaubat kepada Allah, dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampun atas perbuatan yang dilakukan, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
"Manusia itu gak bebas dari maksiat, ya makanya rumusnya teruskan taatnya, terus latih lagi ibadahnya, sampai anda sadar akan dosa dan akhirnya meninggalkan maksiatnya, jangan putus asa dalam beramal, karena rahmat Allah itu terletak dari ibadah," kata Ustadz Adi Hidayat.
Itulah cara agar dosa-dosa saat pacaran atau berpacaran diampuni oleh yang maha kuasa menurut Ustadz Adi Hidayat, namun tentunya dengan niat bertaubat yang sungguh-sungguh dalam hati oleh seorang hamba.***