Tidur Lama Saat Puasa Ramadan, Bernilai Ibadah kah? Ustaz Abdul Somad Angkat Bicara

- 13 April 2021, 11:17 WIB
Tampak sosok Abdul Somad dalam kajian Ramadan dari tangkapan layar channel YouTube Ustadz Abdul Somad Official
Tampak sosok Abdul Somad dalam kajian Ramadan dari tangkapan layar channel YouTube Ustadz Abdul Somad Official /YouTube Abdul Somad official

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’ab al-Iman, yang kemudian oleh Imam al-Suyuti dinukil ke dalam kitabnya al-Jami al-Shaghir dengan berkomentar Dhaif (lemah) untuk standar kualitas hadisnya.

Baca Juga: Jaga Kekhusyukan Ibadah Ramadan, MUI Kota Serang Beri Sejumlah Rekomendasi, Begini Penjelasannya

Imam al-Baihaqi sendiri pun telah terlebih dahulu mengomentari Hadits ini dengan kedhaifan salah satu rawi (periwayat) nya yaitu Ma’ruf bin Hisan, bahkan di dalam sanad (rantai periwayat) hadis ini terdapat nama Sulaiman bin Amr al-Nakha’i yang kualitasnya lebih dhaif dari pada Ma’ruf.

Menurut Imam al-Iraqi salah seorang kritikus Hadits seperti yang dinukilkan oleh Muhammad bin Ismail as-San’ani dalam kitabnya at-Tanwir Syarh al-Jami al-Shaghir beliau menyatakan bahwa Sulaiman bin Amr al Nakha’i merupakan salah seorang pendusta.

Baca Juga: 10 Amalan Sunnah yang Dapat Pahala Berlimpah di Bulan Ramadan, Yuk! Catat dan Jalankan

Tidak hanya imam al-Iraqi yang menyatakan kritik kepada Sulaiman bin Amr al Nakha’i bahwa ia seorang pendusta atau pemalsu hadis, para ulama kritikus hadis ternama seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Imam Ibnu Adiy, Imam Ibnu Hibban dan Imam al-Hakim juga berpendapat serupa yaitu menyatakan bahwa Sulaiman bin Amr al Nakha’i adalah seorang pemalsu hadis.

Imam al-Bukhari juga telah memberikan kritikannya terhadap Sulaiman bahwa hadisnya matruk (semi palsu lantaran pendusta).

Sedangkan Yazid bin Harun menyatakan, “Siapa pun tidaklah halal untuk meriwayatkan Hadits dari Sulaiman bin Amr".

Baca Juga: Hati-hati! 5 Perbuatan Ini Bisa Mencegah Keberkahan Puasa Ramadan

Dalam disiplin ilmu Hadits, jika dalam suatu Hadits terdapat periwayat yang pendusta, maka Hadits tersebut dinamakan Hadits Maudhu’ atau Hadits palsu yang tidak bersumber dari Rasulullah SAW.

Halaman:

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x