Tidur Lama Saat Puasa Ramadan, Bernilai Ibadah kah? Ustaz Abdul Somad Angkat Bicara

- 13 April 2021, 11:17 WIB
Tampak sosok Abdul Somad dalam kajian Ramadan dari tangkapan layar channel YouTube Ustadz Abdul Somad Official
Tampak sosok Abdul Somad dalam kajian Ramadan dari tangkapan layar channel YouTube Ustadz Abdul Somad Official /YouTube Abdul Somad official

KABAR BANTEN- Sampai saat ini, pada 1442 Hijriyah, masih banyak orang yang beragama Islam bertanya-tanya tentang tidur bagi yang puasa Ramadan itu apakah bernilai ibadah?.

Uniknya, pembahasan aktivitas tidur dalam keadaan puasa Ramadan itu tak lekang oleh waktu.

Walaupun sebenarnya, banyak juga yang sudah mengetahui dasar hukum dan alasan untuk umat muslim yang terlelap dalam tidur panjang ketika puasa Ramadan itu seperti apa.

Baca Juga: Mandi Junub Setelah Imsak, Apakah Batal Puasanya? Ini Penjelasan Buya Yahya

Dilansir oleh Kabar-Banten.com dari kanal YouTube Ustadz Abdul Somad Official, pada 1 Ramadan 1442 Hijriyah ini.

Dai kondang asal Riau, Ustaz Abdul Somad, memberikan keterangan jelas terkait informasi simpang siur tidurnya orang yang puasa di bulan Ramadan bagaimana.

“Makin besar masjidnya, makin banyak kipasnya, AC nya makin penuh yang tidur macam ikan sarden. Kalau dibangunkan langsung baca dalil, ‘tidurnya orang puasa adalah ibadah’,” ucap Ustaz Abdul Somad membuka pembicaraan.

Baca Juga: Ternyata Ini Waktu yang Paling Afdol Untuk Sahur

Setelah menggambarkan banyaknya orang menggunakan Hadits tersebut, Abdul Somad menjelaskan bahwa itu hanya sebatas sebagai pembenaran untuk bermalas-malasan saat berpuasa.

Sehingga Ustaz Abdul Somad atau yang akrab diringkas menjadi UAS, menegaskan, bahwa Hadits itu Dhaif atau lemah.

Ustaz kelahiran 18 Mei 1977 itu mengkontradiksikan Hadits tersebut dengan sejarah Perang Badar.

Baca Juga: Jalani Puasa di bulan Ramadan, Begini Sejumlah Fakta Menarik yang Terjadi pada Tubuh

“Saya sampaikan, Hadits itu Dhaif, lemah, dan tidak bisa digunakan untuk membenarkan tidur siang berlebihan. Nabi tak pernah mengajarkan tidur-tidur santai, perang Badar saja bulan puasa, 17 Ramadan tahun kedua,” ujar UAS.

Ustadz yang dikenal kerap berceramah dengan gaya bahasa logat Melayu itu menegaskan, Nabi Muhammad SAW Perang Badar di usia 55 tahun.

"Dengan usia tak lagi muda, Nabi masih bersemangat meski sedang berpuasa. Pada prinsipnya, dalam ibadah, semuanya batal, sehingga ada dalil yang memerintahkannya," kata UAS dipertengahan video yang berjudul 'Amalan 24 Jam Selama Ramadhan'.

Baca Juga: Tadarusan, Tradisi yang Masih Melekat di Masjid Darul Mutaqien Kota Cilegon

Diketahui, dalam hal bab tidur bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadan ini ada sebuah Hadits yang sering didengungkan pada saat Ramadan datang, yaitu yang berbunyi.

نَوْمُ الْصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصَمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ

“Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya dilipatgandakan (pahalanya), doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni,”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’ab al-Iman, yang kemudian oleh Imam al-Suyuti dinukil ke dalam kitabnya al-Jami al-Shaghir dengan berkomentar Dhaif (lemah) untuk standar kualitas hadisnya.

Baca Juga: Jaga Kekhusyukan Ibadah Ramadan, MUI Kota Serang Beri Sejumlah Rekomendasi, Begini Penjelasannya

Imam al-Baihaqi sendiri pun telah terlebih dahulu mengomentari Hadits ini dengan kedhaifan salah satu rawi (periwayat) nya yaitu Ma’ruf bin Hisan, bahkan di dalam sanad (rantai periwayat) hadis ini terdapat nama Sulaiman bin Amr al-Nakha’i yang kualitasnya lebih dhaif dari pada Ma’ruf.

Menurut Imam al-Iraqi salah seorang kritikus Hadits seperti yang dinukilkan oleh Muhammad bin Ismail as-San’ani dalam kitabnya at-Tanwir Syarh al-Jami al-Shaghir beliau menyatakan bahwa Sulaiman bin Amr al Nakha’i merupakan salah seorang pendusta.

Baca Juga: 10 Amalan Sunnah yang Dapat Pahala Berlimpah di Bulan Ramadan, Yuk! Catat dan Jalankan

Tidak hanya imam al-Iraqi yang menyatakan kritik kepada Sulaiman bin Amr al Nakha’i bahwa ia seorang pendusta atau pemalsu hadis, para ulama kritikus hadis ternama seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Imam Ibnu Adiy, Imam Ibnu Hibban dan Imam al-Hakim juga berpendapat serupa yaitu menyatakan bahwa Sulaiman bin Amr al Nakha’i adalah seorang pemalsu hadis.

Imam al-Bukhari juga telah memberikan kritikannya terhadap Sulaiman bahwa hadisnya matruk (semi palsu lantaran pendusta).

Sedangkan Yazid bin Harun menyatakan, “Siapa pun tidaklah halal untuk meriwayatkan Hadits dari Sulaiman bin Amr".

Baca Juga: Hati-hati! 5 Perbuatan Ini Bisa Mencegah Keberkahan Puasa Ramadan

Dalam disiplin ilmu Hadits, jika dalam suatu Hadits terdapat periwayat yang pendusta, maka Hadits tersebut dinamakan Hadits Maudhu’ atau Hadits palsu yang tidak bersumber dari Rasulullah SAW.

Berdalil untuk sebuah amalan dengan menggunakan Hadits palsu adalah hal yang dilarang sebagaimana dilarangnya meriwayatkan Hadis palsu tanpa menjelaskan kepalsuan Haditsnya.

Baca Juga: Wali Kota Serang Larang Sahur on the Road, Sahur Bersama Diperbolehkan

Maka kesimpulannya adalah tidurnya orang berpuasa bukanlah merupakan suatu ibadah.

Meskipun demikian, orang yang siang hari puasanya hanya dipakai untuk tidur masih tetap mendapatkan pahala, namun pahala yang didapat bukan karena tidurnya, namun karena puasanya.

Alangkah lebih baik jika kita mengganti kebiasaan tidur saat puasa dengan amalan-amalan lain seperti berdoa, membaca Al-Qur’an, berdzikir dan lain sebagainya.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x