Network
KABAR BANTEN - Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan atau Diskoperindag Kabupaten Serang mengusulkan kuota Liquified Petroleum Gas atau LPG 3 kg sebanyak 32.929 MT (Metrik ton) atau setara 106 juta tabung gas kepada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM Provinsi Banten untuk tahun 2021.
Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi agar tak terjadi kelangkaan LPG 3 kg sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Kepala Bidang Perdagangan Diskoperindag Kabupaten Serang, Tohiri mengatakan, untuk mengantisipasi kelangkaan pihaknya mengusulkan kuoata gas LPG 3 kg untuk Kabupaten Serang kepada ESDM Provinsi Banten pada tahun 2021.
Baca Juga : Pemkot Salurkan Rp50 Miliar, 58 Hotel dan Restoran di Kota Tangsel Terima Bantuan Kemenparekraf
Adapun alokasi kuota yang diusulkan yakni sebanyak 32.929 MT atau setara 106 juta tabung LPG 3 kg. Selain itu, kata dia pihaknya juga mendapatkan kuota sebanyak 429.000 tabung LPG dari Hiswana Migas pada minggu kemarin.
"Alokasi ini untuk mengantisipasi kelangkaan LPG 3 kg," ujar Tohiri kepada Kabar Banten saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa, 22 Desember 2020.
Baca Juga : Peringatan Hari Ibu di Tengah Pandemi Covid-19, Ini Yang Disampaikan Wali Kota Tangerang
Tohiri menjelaskan, untuk saat ini kuota gas LPG 3 kg tidak mengalami kelangkaan. Hanya saja karena ada dugaan permainan dari para pengecer sehingga distribusi LPG 3 kg menjadi terhambat.
"Langka sih enggak, cuman ya mungkin permainan pengecer dihambat saja, sebenarnya mah untuk kuota cukup," ucapnya.
Baca Juga : 123 Hasil Pilkada 2020 Digugat ke MK, KPU Siap Hadapi Persidangan
Disinggung terkait harga, kata dia, para pengecer menjual LPG 3 kg ada yang Rp24 ribu sampai Rp25 ribu pertabung LPG 3 kg. Menurut dia, harga tersebut cukup tinggi jika dibanding harga eceran tertinggi (HET) Rp16.800 pertabung gas LPG 3 kg.
"Sebetulnya mah tinggi, tapi kalau beli ke pangkalan mah sekitar Rp18.000-Rp19.000 pertabung gas LPG 3 kg. Cuma memang titik distribusinya hanya sampai pangkalan, jadi kalau yang jauh dari pangkalan harganya tinggi, gak kaya pupuk (distribusinya) sampai pengguna," tuturnya.***
