Para pekerja juga kembali normal sebanyak 25 orang yang kebanyakan ibu-ibu, untuk memproduksi kerupuk emping melinjo yang dikerjakan secara tradisional.
Produksi kerupuk emping melinjo itu bisa menghasilkan sebanyak 500-600 kuintal per pekan dengan harga Rp30 juta ribu/kg, sehingga diakumulasikan menghasilkan omset Rp30 juta-Rp36 juta.
Dari pendapatan Rp30 juta-Rp36 juta itu bisa meraup keuntungan bersih Rp5 juta setelah dipotong biaya pembelian melinjo dari petani dan upah pekerja.
Keunggulan kerupuk emping melinjo itu rasanya lebih renyah, beraroma serta melinjonya terasa sekali, juga tahan lama hingga empat bulan ke depan.
Selama ini, ujar dia lagi, kerupuk emping melinjo cukup terkenal dan banyak warga luar daerah menjadikan oleh-oleh atau buah tangan dari Kabupaten Lebak.
Selain itu, kerupuk emping melinjo Rahayu yang diproduksinya memiliki sertifikasi halal yang dikeluarkan Kementerian Agama setempat.
"Kami sangat terbantu meningkatnya permintaan pasar itu bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi warga yang bisa direkrut bekerja di sini," katanya menjelaskan.
Sanukri (50), seorang perajin kerupuk emping melinjo warga Cikulur, Kabupaten Lebak mengatakan dirinya memproduksi kerupuk emping melinjo selama 20 tahun itu, sehingga bisa membantu pendapatan ekonomi masyarakat.