Super Blood Moon Makin Dekat, Perhatikan Fase-Fasenya, BMKG : Waspada Rob

- 23 Mei 2021, 06:00 WIB
BMKG menggambarkan proses Super Blood Moon yang akan terjadi pada Rabu 26 Mei 2021.
BMKG menggambarkan proses Super Blood Moon yang akan terjadi pada Rabu 26 Mei 2021. /BMKG

KABAR BANTEN - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG, mengingatkan akan datangnya fenomena alam Super Blood Moon pada Rabu 26 Mei 2021.

BMKG menyatakan Super Blood Moon dapat memengaruhi kenaikan permukaan laut, lantaran adanya gaya gravitasi dari bulan yang terbilang kuat.

Lantaran itu, BMKG mengimbau agar warga di area pesisir untuk waspada akan naiknya permukaan air laut, bahkan terhadap potensi rob.

Baca Juga: Dua Hari BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Melanda Lebak Utara, Warga Diimbau Waspada

Super Blood Moon sendiri adalah sebuah peristiwa gerhana bulan, dimana sinar matahari menuju bulan terhalang bumi. 

Ini membuat sinar matahari tidak sampai semuanya ke bulan, sehingga bulan yang biasanya terang akan berwarna merah darah.

Baca Juga: Empat Negara Ini Jadi Saksi Keganasan Gelombang Panas, BMKG Ungkap Kondisi Indonesia

"Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Hal ini terjadi saat bulan berada di umbra bumi, yang berakibat, saat puncak gerhana bulan total terjadi, bulan akan terlihat berwarna merah, terkenal dengan istilah Blood Moon," kata Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu pada BMKG Rahmat Triyono.

Karena posisi Bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan bumi (Perigee), maka bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon. 

Baca Juga: BMKG Prediksi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang Landa Lebak Utara

"Sehingga, gerhana bulan total tanggal 26 Mei 2021 dikenal juga dengan Super Blood Moon, karena terjadi saat bulan di Perigee," ujarnya.

Pada laman www.bmkg.go.id, dilansir fase-fase gerhana bulan total yang akan terjadi tanggal 26 Mei 2021: 

 

1. Fase (P1) 

Awal Gerhana Bulan mulai pukul 15.46.12 WIB , 16.46.12 WITA , 17.46.12 WIT yang melintas memotong Papua bagian tengah, sehingga pengamat di provinsi Papua dapat menyaksikan seluruh proses terjadinya Gerhana Bulan Total ini.

 

2. Fase (U1) 

Gerhana Bulan Sebagian mulai*pukul 16.44.38 WIB , 17.44.38 WITA ,18.44.38 3 WIT, melintas memotong Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara, sehingga pengamat di wilayah Indonesia Timur, Pulau Sulawesi bagian Timur dan Nusa Tenggara Timur dapat menyaksikan kejadian ini.

 

3. Fase (U2) 

Gerhana Bulan Total mulai masuk pukul 18.09.21 WIB , 19.09.21 WITA , 20.09.21 WIT melintas memotong Provinsi Riau dan Sumatera Barat, sehingga seluruh pengamat di Indonesia dapat mengamati awal fase totalitas ini, kecuali di sebagian Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.

 

4. Fase Puncak Gerhana Bulan

Itu terjadi pukul 18.18.43 WIB , 19.18.43 WITA , 20.18.43 WIT, dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di sebagian kecil Riau, sebagian Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.

 

5. Fase (U3) 

Gerhana Bulan Total berakhir pukul 18.28.05 WIB , 19.28.05 WITA , 20.28.05 WIT melintas membelah Sumatera Utara, sehingga pengamat di seluruh wilayah Indonesia, kecuali sebagian Sumatera Utara dan Aceh, dapat menyaksikan fenomena ini.

6. Fase (U4) 

Gerhana Bulan Sebagian berakhir pukul 19.52.48 WIB , 20.52.48 WITA , 21.52.48 WIT dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

 

7. Fase (P4) 

Gerhana Bulan berakhir pukul 20.51.14 WIB , 21.51.14 WITA , 22.51.14 WIT dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG: Lebak Timur Waspada Cuaca Ekstrem

Keterangan dari BMKG, seluruh proses gerhana, sejak fase awal (P1) hingga fase akhir (P4) akan berlangsung selama 5 jam 5 menit dan 2 detik.

Sedangkan proses gerhana totalnya, sejak awal fase total (U2), puncak total hingga akhir fase total (U3) akan berlangsung selama 18 menit 44 detik.

Baca Juga: Tsunami Bisa Terjadi Kapanpun di Pandeglang, BMKG: Jika Terjadi Gempa Bumi Selama 20 Detik Segera Jauhi Pantai

BMKG pun mengatakan jika Super Blood Moon aman disaksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang, tanpa harus menggunakan kaca mata khusus gerhana. 

Pada puncak gerhananya, di sebagian besar wilayah Indonesia posisi Bulan dekat dengan horizon di bagian Timur sehingga memungkinkan pengamat untuk dapat mengabadikan kejadian gerhana ini dengan latar depan bangunan yang bersejarah atau ikonis.

Baca Juga: Potensi Tsunami 14 Meter di Lebak Selatan, BMKG: 12 Hingga 18 Menit Sampai Daratan

Masyarakat pun dapat mengikuti proses pengamatan ini dengan mengakses https://www.bmkg.go.id/gbt.

Namun, untuk masyarakat yang berada di pesisir atau pinggir laut (pantai) perlu mewaspadai terjadinya pasang air laut yang lebih tinggi dari pasang normalnya.***

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah