Lempeng Indo-Australia Bergerak ke Arah Utara, di Kedalaman Pulau Ini Ditemukan Slab, Begini Penjelasan BMKG

- 26 Juni 2021, 18:43 WIB
Peta tektonik Indonesia.
Peta tektonik Indonesia. /balai3.denpasar.bmkg.go.id

KABAR BANTEN - Lempeng Indo-Australia tabrak Lempeng Sunda secara konsisten dengan kecepatan 5-6 cm per tahun.

Hal itu terjadi karena Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup kedalam Lempeng Eurasia, yang di dalamnya adalah Lempeng Sunda.

Dikutip KabarBanten.com dari balai3.denpasar.bmkg.go.id, jika lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia terdapat dua bertemu kemungkinan terjadi.

Baca Juga: Lempeng Indo-Australia Tabrak Lempeng Sunda, Picu Gempa Bumi dan Kemunculan Gunung Api, Segini Kecepatannya

BMKG menyebut meduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati atau saling bergeser. 

Namun pada umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia. Namun, terukur sebesar 0-15 cm per tahun. 

Akan tetapi, kadang-kadang gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi.

Pengumpulan energi itu berlangsung terus, sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut.

Akibatnya, terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.

Indonesia merupakan daerah rawan gempabumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik.

Baca Juga: Jauhi Pantai! BMKG Serukan Waspada Potensi Tsunami Usai Gempa M 6,1 Guncang Maluku Tengah

Ketiga lempeng tektonik itu adalah lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.

Jalur pertemuan lempeng berada di laut, sehingga akan berpotensi menimbulkan tsunami apabila terjadi gempabumi besar dengan kedalaman dangkal.

Pergerakan Lempeng Indo-Australia ke arah Lempeng Eurasia pertama kali di estimasi melelui penelitian Global Positioning System (GPS) pada tahun 1989.

Hasilnya, gerakan relatif pulau Chrismast yang berada di lempeng Indo-Australia terhadap Jawa Barat yang berada di lempeng Eurasia sebesar 67±7 mm per tahun.

Baca Juga: Di Zona Megathrust Sunda, BMKG: Tiga Daerah Ini Lebih Aktif, Waspada Gempa Destruktif dan Tsunami

Dengan arah N11°E±4° (Tregoning et al, 1994), hasil ini mendekati hasil yang dihitung secara teoritis dengan menggunakan model NUVEL-1 yaitu sebesar 71 mm per tahun dengan arah lebih ke utara dari N20°E±3° (DeMets et al, 1990).

Maka dengan kondisi yang demikian, akan mengakibatkan Pulau Bali sebagai salah satu daerah yang mempunyai tingkat kegempaan yang cukup tinggi.

Hal itu berkaitan dengan subduksi lempeng di bawah Paparan sunda dan aktifitas tepi benua Australia.

Selain itu, kelanjutan garis Busur Sunda ke arah timur yang bertemu dengan Busur Banda. 

Dampak dari pergerakan lempeng-lempeng itu, yaitu adanya tipe-tipe tektonik yang merupakan ciri dari sistem sunduksi.

Ciri sistem sunduksi itu adalah palung laut, zona Benioff, cekungan busur luar, foreland basin, dan jalur pegunungan.

Baca Juga: Gempa M 8,7 dan Tsunami Jawa Timur, BMKG : Ini Potensi Bukan Prediksi

Di bawah Pulau Bali, terdapat zona gempa bumi berupa slab dengan kedalaman 100 Km dan kemiringannya mencapai 65°.

Bahkan jangkauannya sampai kedalaman 650 Km di bawah bagian utara Pulau Bali.***

Editor: Yadi Jayasantika


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x