Sejarah Klub Sampdoria, Tim dari Ujung Pesisir Italia, Identik dengan Roberto Mancini

16 Januari 2022, 10:17 WIB
Roberto Mancini saat berseragam Sampdoria , klub dengan dari pesisir Italia dengan sejarah panjang. /Football History

KABAR BANTEN- Klub Sampdoria memang terdengar asing ditelinga. Namun, mungkin sebagian orang sudah akrab mendengar nama dan sosok Roberto Mancini.

Ya, Roberto Mancini mungkin lebih besar dibanding nama sebuah klub wakil klub dari pesisir Italia, Sampdoria.

Padahal, justru berkat tim Sampdoria lah lahir sosok Roberto Mancini sampai bisa mendunia hingga kini menjadi pelatih tim nasional Italia.

Baca Juga: Sejarah Klub Fiorentina, La Viola dari Kota Florence Italia, Diperkuat Sejumlah Bintang Dunia

Dilansir Kabar Banten dari laman Football History, fitur lambang klub Sampdoria mencakup empat warna yang terkait dengan tim Sampierdarenese dan Andrea Doria yang digabungkan ke dalam UC Sampdoria. 

Gambar siluet pria hitam pada logo Sampdoria menggambarkan seorang pelaut, yang disebut Baciccia sebagai pelindung lokal kota di ujung pesisir Italia.

Fakta sejarahnya, Sampdoria dimulai pada 1946, dengan bergabungnya dua klub pendahulunya, Sampierdarenese dan Andrea Doria.

Seperti kebiasaan pada masa itu, nama klub baru dibuat sebagai gabungan dari nama kedua tim yang merger secara bersamaan.

Selain itu, lambang dan kaus klub Sampdoria telah menampilkan keempat warna yang biasanya diasosiasikan dengan tim sebelumnya, yakni biru, putih, merah dan hitam.

Baca Juga: Sejarah Klub Inter Milan, Tim Italia Elit Peraih Treble Winner Pertama

Inisial "UC" adalah singkatan dari Unione Calcio dan dapat diterjemahkan menjadi "Football Union".

Bermarkas di Stadion Luigi Ferraris sejak 1946, disanalah Roberto Mancini tumbuh sebelum pada akhirnya menjadi legenda klub Sampdoria serta Timnas Italia.

Meskipun minim prestasi, setidaknya Sampdoria telah memiliki gelar Scudetto Serie A satu kali dan Piala Coppa Italia empat kali.

Kemudian, Sampdoria pun pernah mencatatkan torehan kelas Eropa pada Piala UEFA Cup Winners satu kali.

Selain Roberto Mancini, Sampdoria juga mempunyai pemain terkemuka pada zamannya, seperti Gianluca Pagliuca, Attilio Lombardo, Gianluca Vialli, Roberto Mancini, Juan Sebastian Veron, dan Andrea Poli.

Bahkan, kini Sampdoria memiliki striker tertua sepanjang sejarah, yakni Fabio Quagliarella, dan tercatat masih subur sampai-sampai pernah mendapatkan sepatu emas di musim 2018-2019.

Untuk rekor klub Sampdoria pada prestasi individu lainnya, didominasi oleh Roberto Mancini dengan paling banyak berlaga sebanyak 454 penampilan, serta pencetak gol terbanyak dengan 132 gol.

Sebelum Sampdoria terbentuk, Sampierdarenese dan Andrea Doria didirikan pada 1890-an yang menjadi rival klub terkemuka Serie A, Genoa.

Beberapa dekade kemudian, klub-klub ini bergabung ke Unione Calcio Sampdoria. Andrea Doria dan Sampierdarenese sama-sama berpartisipasi di Serie A pada saat fase.

Sementara Sampdoria baru mengambil bagian di divisi teratas Italia, Serie A, secara langsung pada musim 1946-1947.

Meskipun Sampdoria bertahan di Serie A selama beberapa musim, 30 tahun pertama berkompetisi di Liga Italia mereka kekurangan pencapaian yang lebih besar. 

Tahun 70-an adalah waktu yang sangat mengecewakan, dan Sampdoria sepertinya ditakdirkan untuk merana di Serie B, kasta kedua sepakbola Italia.

Kedatangan Paolo Mantovani di klub pada 1979 sebagai presiden baru adalah sinyal pertama dari era baru Sampdoria yang lebih sukses.

Ide presiden baru dan investasi uang terbukti menjadi pengaruh positif yang besar bagi klub Sampdoria, yang berhasil kembali ke Serie A pada 1982 dan memenangkan trofi pertama mereka, Coppa Italia, di 1985.

Pengangkatan Vujadin Boskov sebagai pelatih kepala pada 1986 adalah langkah lain ke arah yang benar, dan dia memimpin tim meraih dua gelar Coppa Italia lagi dan trofi Eropa pertama klub, Piala Winners.

Puncaknya terjadi di 1991, dengan Sampdoria memenangkan satu-satunya Scudetto mereka bersama Roberto Mancini.

Tahun berikutnya, Sampdoria berhasil mencapai Final Piala Eropa dan dikalahkan tipis oleh Barcelona di perpanjangan waktu.

Kematian Mantovani pada 1993 mengejutkan semua orang yang terlibat dengan klub Sampdoria.

Meskipun Sampdoria memenangkan trofi Coppa Italia keempat mereka di musim yang sama, dengan Sven-Goran Eriksson sebagai pelatih.

Mereka  terpaksa mulai menjual pemain terbaik, karena masalah keuangan.

Tidak lama kemudian, klub sekali lagi terdegradasi ke Serie B dan tetap di sana sampai 2002.

Jika bukan karena suntikan keuangan lain oleh presiden barunya, Riccardo Garrone, Sampdoria belum segera kembali ke divisi pertama Serie A.

Baca Juga: Sejarah Klub Parma, Cinta Pertama Tim Italia, Pencetak Generasi Emas Pemain Dunia

Bahkan, Sampdoria terus berfungsi dengan menjadi tempat latihan yang terhormat bagi para pemain muda, di antaranya banyak yang dijual dengan biaya transfer yang patut diperhatikan.***

Editor: Yadi Jayasantika

Sumber: Football History

Tags

Terkini

Terpopuler