Network
SERANG, (KB).- Tim dayung Banten menambah satu medali perak pada pelaksanaan babak kualifikasi Pekan Olah raga Nasional (Pra-PON) yang diselenggarakan di Situ Cipule, Jawa Barat. Setelah pada partai final nomor beregu putra, Tim Dayung Banten harus mengakui keunggulan tim dayung tuan rumah, Jawa Barat.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun oleh Kabar Banten, tim dayung Banten beregu putra kalah dari Jabar yang hanya berbeda jarak 1,12 detik saja ketika finish. Kemudian disusul di urutan ketiga ada Jawa Timur, lalu posisi keempat ditempati Riau, dan kelima ditempati Jambi.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Umum Pengurus Provinsi Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (Pengprov PODSI) Banten Ahmad Yaman.
"Alhamdulillah tim Banten cemerlang perahu naga 12 kru putra jarak 200 meter dapat perak, yang paling disayangkan kami kalah berjarak sepersekian detik saja," ucapnya.
Melihat hal tersebut, Yaman mengungkapkan sudah cukup kecewa, dengan hasil beda tipis dari peringkat pertama atas finish yang didapat oleh Jabar. Walaupun merasa puas mendapatkan medali dan berposisi di atas level daerah Jatim dan Jambi.
"Kecewa sih, tapi bangga bisa selevel dengan Jabar dan berdiri di atas Jatim dan Jambi. Padahal pedayung kami masih pemain baru semua," katanya.
Yaman mengaku, selama persiapan menghadapi Pra-PON ini, tim perahu naga Banten hanya bermodalkan semangat ketekunan berlatih rutinannya, di Danau Cipondoh Tangerang dan di Waduk Jatiluhur Purwakarta. Kendati pun, pernah menjuarai pada eksebisi dayung Nasional di Ancol Jakarta Utara pada Juni 2019 lalu.
"Sebetulnya ini adalah laga perdana kami pada Pra-PON, jadi sangat minim jam terbang disini, tidak seperti Jabar, Jatim, dan yang lainnya. Begitupun didalam squad perahu naga beregu putra kami masih pada muda atau junior. Seniornya hanya satu orang yaitu Muhammad Fajar itu yang atlet SEA Games Indonesia, jadi kalah mental sama yang lain. Tapi saya merasa cukup lah untuk modal mereka bagi Banten," ujarnya.
Yaman berharap, para pedayung Banten dapat terus mengasah kemampuannya dan selalu merasa tak cukup atas hasil, sehingga sampai memicu akan rivalitas di arena.
