Banten Girang Pusat Kerajaan Hindu-Budha Sebelum Kesultanan Banten Berdiri

- 3 November 2021, 14:04 WIB
Situs Banten Girang.
Situs Banten Girang. /Tangkapan layar/kebudayaan.kemdikbud.go.id

KABAR BANTEN - Nama Banten tidak bisa dipisahkan dari yang namanya Banten Girang.

Banten Girang adalah sebuah dataran tinggi yang dekat dengan Desa Sempu. Saat ini masuk wilayah Kota Serang.

Banten Girang diyakini sebagai pusat kerajaan Hindu-Budha yang ada di Banten sebelum kesultanan Banten berdiri.

Baca Juga: Keruntuhan Banten Girang, Cikal Bakal Kesultanan Banten Kendalikan Pelabuhan Hingga Jadi Bandar Internasional

Dalam sejarah Banten disebutkan bahwa Banten Girang ditaklukkan oleh pasukan Islam yang berasal dari Demak dan Cirebon.

Seorang punggawa penting dari Pakuan yang ditempatkan di Banten Girang bernama Ki Jongjo.

Ketika Sultan Hasanudin datang ke Banten Girang untuk mengislamkan dan menaklukan Banten Girang, Ki Jongjo langsung memihak kepadanya dan masuk agama Islam.

Beberapa waktu kemudian sesudah kota diduduki bala tentara Muslim dari Demak, pada tahun 1526 – 1527.

Hasanudin sebagai penguasa Baru Banten Girang, tidak melupakan bantuan yang diberikan Ki Jongjo kepadanya.

Hasanudin mengangkat Ki Jongjo menjadi mahapatih atau tumenggung.

Setelah penaklukkan tersebut, berdirilah Kesultanan Banten dan pusat pemerintahan berpindah ke daerah utara di pesisir pantai teluk Banten, yang sekarang dikenal sebagai Banten Lama.

Dikutip Kabar Banten dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Lima lempeng prasasti yang ditemukan di desa Kebantenan, Bekasi, dua di antaranya menyebutkan kata “banten”. Beberapa ahli menyatakan kata “banten” tersebut merujuk pada Banten Girang.

Jika dikaji berdasarkan asal bahasanya, dalam bahasa Jawa kuno, Banten berarti selamatan/sesaji.

Pabanten diartikan sebagai tempat untuk melakukan sesaji. Kampung Banten berarti kampung tempat melakukan persembahan.

Selain keramat Banten Girang, ada juga makam keramat lainnya di tempat ini yang disebut dengan Asem Reges.

Tempat lainnya yang menjadi kesatuan di Banten Girang adalah Telaya, Pandaringan, Banusri, dan Alas Dawas.

Nama-nama tempat yang masih tersisa di Banten Girang antara lain Asem Reges, yang menurut cerita berasal dari pohon asem yang ditanam di dekat makam Ki Jongjo.

Nama lain adalah Telaya, dimana pada tahun 1682 nama Banten Girang diganti menjadi Tirtalaya, yang kemudian disingkat menjadi Telaya.

Di tepi jurang terdapat gua buatan yang dipercaya dahulu digunakan oleh Prabu Pucuk Umun untuk bersemedi.

Baca Juga: Mengenal Asal Usul Dalung, Permukiman Tua Masa Kerajaan Banten Girang, Terkenal dengan Daluang Pohon Kertas

Pandaringan, menurut cerita merupakan bekas kolam pada masa kejayaan Banten Girang, sehingga dinamakam pandaringan yang berarti tempat menyimpan makanan.

Banusri merupakan bekas pasar, serta Alas Dawa yang berada di sebelah selatan kawasan Banten Girang, dahulu merupakan hutan.

Saat ini Banten Girang hanya berupa bukit kecil di barat sungai Cibanten di Kampung Sempu.***

Editor: Yandri Adiyanda

Sumber: Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x