Tindakannya semakin semena-mena. Dengan menyingkirkan kerabat keraton yang menentang dirinya, dan ketika Sultan sepuh mulai menyadari apa yang terjadi, Ratu Syarifah Fatimah malah melaporkan ke VOC bahwa Sultan Sepuh telah menjadi gila dan menjadi provokator bagi rakyat Banten untuk menentang VOC.
Menanggapi hal tersebut, maka pada tahun 1748 VOC mengirim satu armada ke Banten untuk membawa Sultan Sepuh dengan alasan untuk dirawat di Batavia.
Namun kenyataannya Sultan Sepuh malah ditangkap dan diasingkan ke Ambon, Pangeran Syarif akhirnya melenggang sebagai Sultan Banten.
Ratu Syarifah Fatimah diangkat menjadi Mangkubumi. Dan sebagai balas jasa kepada VOC Ratu Syarifah Fatimah memberi imbalan berupa kebebasan kepada VOC untuk menguasai Pantai Utara Tatar Sunda dan daerah Sukabumi Selatan.
Selain itu VOC juga mendapat ganti rugi dalam bentuk setengah dari hasil tambang emas di Tulangbawang yang produksi lada Lampung, dan timah di dekat Tangerang.
Akibat kesewenang-wenangan nya itu maka timbullah sebuah konflik di tubuh keluarga Kesultanan Banten.
Tindakan Ratu Syarifah Fatimah tidak disetujui oleh anggota keluarga kerajaan. Tindakannya kepada Sultan Sepuh sudah sangat keterlaluan.
Selain itu Ratu Syarifah Fatimah dan Pangeran Syarif bukanlah keturunan Sultan Hasanuddin, namun kerabat Keraton Banten tidak berani terang-terangan menentang, karena ratu Syarifah Fatimah dilindungi oleh VOC yang semakin kuat dan menduduki Banten.
Akhirnya muncullah perlawanan sporadis dari Tubagus Buang yang membuat Pangeran Syarif dan Ratu Sharifah Fatimah merasa khawatir.
Namun serangan Tubagus Buang itu mampu mencapai target kemenangan maka Tubagus Buang menemui pamannya yaitu Kyai Tapa, di Gunung Munara untuk bergabung menentang penguasa Banten dan VOC.