Ada yang ekstrim, fleksibel dan moderat. Suatu pendapat bisa disikapi berbeda-beda. Misalnya, jihad dimaknai sangat luas.
Orang kuliah, mengejar tanda tangan dosen untuk perbaikan skripsi, tesis, itu pun bagian dari jihad.
"Jadi, pemahaman yang moderat akan memahami bahwa jihad mempunyai konteks yang lebih luas lagi," katanya.
Baca Juga: Mengenal Fibromialgia, Kondisi Rasa Nyeri Pada Tubuh Disertai Lelah Hingga Gangguan Ingatan
Ia menuturkan, seseorang memahami moderasi beragama akan mempunyai pemahaman yang sejuk dan mendorong persatuan. Moderasi beragama lawan dari ekstrim.
"Segala perbedaan disikapi dengan melihat berbagai kondisi. Pandangannya tidak diskriminasi terhadap perbedaan dengan yang lain," tuturnya.
Ia mengatakan, di kampus, moderasi beragama akan menguatkan toleransi, mendorong hidup rukun, dan upaya membangun strategi agar terciptanya persatuan.
"Kami berharap dengan adanya moderasi beragama bisa menguatkan tolerasi di lingkungan kampus,"***