Perbaikan Peradaban Indonesia Menuju 2045

- 27 September 2020, 21:11 WIB
Muhammad Fadli
Muhammad Fadli /Kabar Banten/

Dalam cerita legenda malin kundang didapatkan sebuah peristiwa tentang anak kandung yang durhaka terhadap orang tua, cerita tersebut mengkisahkan anak yang kaya raya namun tidak mengakui sang ibunya. Cerita tersebut memberikan inspirasi pada kita bahwa lingkungan pergaulan dan lingkungan tempat tinggal kita memberikan dampak negatif terhadap pandangan berpikir seseorang.

Baca Juga : Perkuliahan Daring, Dosen Diimbau Berikan Materi yang Sesuai

Malin kundang yang kaya raya malu dihadapan orang banyak bertemu ibunya yang kotor dan lusuh sehingga tidak mengakui ibunya. Ibunya marah dan mengutuk malin kundang menjadi batu. Cerita legenda malin kundang ini semestinya menjadi pelajaran untuk para anak dan orang tua bagaimana kejadian-kejadian masa lalu memberikan sebuah gambaran tentang pentingya sikap kasih sayang, saling menghormati dan memiliki moralitas atau akhlak yang baik.

Perilaku atau etika seseorang tak lepas dari prinsip yang dianutnya pada ajaran agama atau kebiasaan yang berkembang di masyarakat. Kasus-kasus tentang durhakanya anak pada orang tua masih marak terjadi, disinilah seharusnya tugas berat calon orang tua mengetahui bagaimana mendidik anak dengan baik agar sang anak tumbuh dengan kepribadian yang diharapkan menjadi generasi masa depan Indonesia. Pemberian keteladanan atau mencontohkan perilaku yang baik pada anak akan mampu memberikan dampak yang baik karena ada peribahasa “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” artinya perilaku orang tua tidak akan jauh dari perilaku anaknya.

 

Melawan Guru di Sekolah

Mendidik dan mengabdikan dirinya untuk memberikan sebuah pembelajaran baik dalam bentuk kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) memang berat bagi sebagian orang. Guru diberikan gelar pahlawan tanpa tanda jasa karena kerelaannya mendidik anak Indonesia dengan tujuan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia ke arah yang lebih baik.

Tugas guru semakin berat jika pendidikan orang tua di rumah tidak mampu mengarahkan anaknya dengan baik. Bahkan posisi guru seperti pengasuh yang dititpkan anak oleh orang tua. Ketika pengasuh itu melakukan kesalahan dan melakukan sanksi sosial pada anaknya, orang tua memarahi pengasuh tersebut dan melaporkannya ke polisi. Guru dilaporkan ke polisi karena dianggap melakukan perbuatan melanggar hukum. Jika kita memaknai ini secara kausalitas (sebab-akibat) pemberian sanksi guru dilandaskan pada perbuatan siswa, tidak mungkin guru memberikan sanksi jika siswa tidak melanggar peraturan sekolah atau melakukan perbuatan kurang baik.

Baca Juga : Guru Berkualitas Harus Miliki Empat Aspek

Berbagai fenomena perkelahian antara siswa melawan guru memberikan indikasi bahwa  semakin menurunnya etika siswa di sekolah. Kewibawaan seorang guru semakin luntur dengan banyaknya siswa yang tidak menghormati gurunya. Peristiwa ini seharusnya dievaluasi secara menyeluruh untuk perbaikan di masa yang akan datang. Di sisi lain perekrutan guru yang kurang berkualitas dapat menurunkan kualitas pendidikan dan kualitas siswa secara kognitif, afektif maupun psikomotor. Kurangnya kompetensi guru mengakibatkan kurangnya kewibawaan guru dalam mengajar di kelas.        

Halaman:

Editor: Maksuni Husen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x