Mengenal Asal Asul Tambang Emas Cikotok, Dibangun Belanda, Dirampas Jepang dan Ditutup PT Antam

6 Maret 2021, 16:48 WIB
Bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro atau PLTM Cikotok. Salah satu bangunan yang masih tersisa di sekitar Tambang Emas Cikotok. /Dokumen PT Antam

KABAR BANTEN - Tambang Emas Cikotok pertama kali dioperasikan oleh perusahaan swasta Belanda NV Mijnbouw Maatschappy Zuid Bantam (NV MMZB).

Tambang Emas Cikotok merupakan usaha penggalian bijih emas dan perak yang dilakukan dengan menggali lubang atau gua (underground mining). 

Penelitian tentang geologi di kawasan Cikotok dan sekitarnya (Tambang Emas Cikotok) sudah dilakukan pada kurun waktu tahun 1839-1916 oleh para peneliti, yang terdiri dari Homer, Hasaki, Junghuhn, Verbeck, Fenaema Van Es, dan Zungler. 

Baca Juga: Kabupaten Lebak Sebagai Destinasi Wisata Unggulan Nasional, Disbudpar Optimis Visi Bupati Lebak Tercapai

Peneliti-peneliti tersebut menemukan indikasi endapan emas di daerah Bayah, Cimandiri, dan Cikotok. Adapun eksplorasi geologi dan penelitian yang khusus tentang kandungan bijih emas di daerah Cikotok, Cirotan dan sekitarnya dilakukan oleh W.F. Oppenoorth tahun 1924 1936. 

Pembangunan Tambang Emas Cikotok berlangsung selama tiga tahun, sejak 1936 sampai 1939, yang mencakup pembangunan jaringan lori gantung (kabelbaan), pabrik pengolahan dan fasilitas-fasilitas tambang serta permukiman bagi pimpinan perusahaan dan pekerja tambang. 

Baca Juga: Mengenal asal usul Nama Leuwidamar, Tempat Bermukim Masyarakat Baduy, Bermakna Hutan dan Tanaman

"Pada tahun 1939, Pabrik Pasirgombong mulai berproduksi dengan mengolah bijih dari Tambang Emas Cikotok dan Cipicung. Produksi tersebut berlangsung sampai pecah perang Dunia 1 dan masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942," kata Iwan Hermawan yang dikutip KabarBanten.com dari PURBAWIDYA:Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, Kamis, 5 Maret 2021.

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), penambangan tetap berjalan dan dilakukan oleh perusahaan Jepang yaitu Mitsui Kosha Kabushiki Kaisha di lokasi tambang Cirotan dengan tujuan utamanya memperoleh konsentrat timah hitam (timbal) yang merupakan bahan baku mesiu. 

Baca Juga: Melihat Asal Usul Lapas Rangkasbitung, Dibangun Tahun 1918, Sumur Tua Masih Terpelihara Sampai Sekarang

Setelah Indonesia merdeka, Tambang Emas Cikotok berada di bawah pengawasan Jawatan Pertambangan Republik Indonesia hingga berubah status menjadi Perusahaan Negara pada 1960.

PN Tambang Mas Tjikotok yang dibentuk berdasarkan PP No. 91 Th. 1961. Perusahaan ini adalah eks NV MMZB (Mijnbouw Matschapij van Zuid Bantam) yang mengelola tambang emas di Cikotok.

Kemudian, pada 5 Juli 1968, Tambang Emas Cikotok dimerger bersama enam perusahaan tambang lainnya dan menjadi cikal bakal PT. Antam, Tbk.

Baca Juga: Lahan Adat Kasepuhan Cimuncang, PD Aman Banten Kidul Lakukan Pemetaan Partisipatif di Area TNGHS

Dalam perjalannya exploitasi kandungan mineral oleh perusahan Aneka Tambang (Antam) terus meluas, selain melakukan penambangan dibekas tambang perusahaan Belanda, PT Antam juga membuka area penambangan baru di Blok Cikidang.

Kemudian, Blok Cirotan yang merupakan bagian dari lokasi penambangan bekas Belanda dikelola Unit Penambangan Emas Cikotok (UPEC) yang berada di bawah PT. Aneka Tambang, Tbk.

Baca Juga: Masuki Bulan Kawalu, Kunjungan ke Kawasan Baduy Ditutup, Kecuali Tamu dengan Kriteria Ini

Pada masanya, Cirotan menjadi blok penambangan yang sangat luar biasa. Diresmikan pada tahun 1955 Cirotan menyumbang pendapatan Antam pada saat itu. Ratusan ton emas dihasilkan dari blok penambangan Cirotan. 

Berbagai fasilitas dibangun di area penambangan blok Cirotan, seperti bedeng pekerja, rumah sakit, sarana ibadah seperti mesjid dan gereja, warung-warung untuk memenuhi kebutuhan pokok para pekerja, dan gelanggang olah raga.

Baca Juga: Suku Baduy Punya Golok Sulangkar, Dikenal Sangat Ampuh, Asalkan tak Langgar Pantangan Ini

Selain itu, fasilitas tambang pun di bangun seperti gerbong lokomotif untuk mengangkut bongkahan batu dari dalam lubang tambang dan lori gantung yang berfungsi mengangkut bongkahan batuan emas ke tempat pengolahan di Pasirgombong dengan panjang kurang lebih 19 KM. 

Setelah sekian lama produksi, pada tahun 2005 Tambang Emas Cikotok ditutup dan produksi benar-benar berhenti pada tahun 2008.

Baca Juga: Tokoh Masyarakat Lebak Selatan Bicara Geopark Bayah Dome, Kepentingan Masyarakat Jangan Dilindas

Setelah Tambang Emas Cikotok ditutup, berbagai fasilitas pendukung dirobohkan dan dihancurkan termasuk lori gantung.

Sisa-sisa keberadaan transportasi lori gantung di kawasan Tambang Emas Cikotok adalah struktur pondasi stasiun lori gantung, struktur pondasi tiang kabel lori gantung, dan tiang-tiang bekas lori gantung yang dimanfaatkan sebagai tiang jaringan listrik tegangan tinggi.

Baca Juga: Geopark Bayah Dome Kabupaten Lebak Segera Terwujud, Iti Octavia Jayabaya: Ini Ide Gila

Pada masa kejayaan Tambang Emas Cikotok, moda angkutan lori gantung sebagai pengangkut hasil tambang di Tambang Emas Cikotok. 

Setiap kali pemberangkatan, jumlah lori yang dikirim dari Pasirgombong ke Cikotok atau Cirotan berkisar antara 6 sampai 9 lori. Sesampainya di stasiun tujuan, yaitu Cikotok atau Cirotan, lori-lori tersebut segera diisi oleh pecahan bijih emas yang telah ditampung di bak penampungan.

Setiap lori mampu mengangkut beban seberat 600 kilogram. Setelah penuh, lori-lori tersebut diberangkatkan kembali menuju Stasiun Pasirgombong untuk selanjutnya diolah hingga menghasilkan konsentrat emas dan perak.

Baca Juga: Iti Octavia Jayabaya Pecahkan Rekor, Jadi Bupati Perempuan Pertama dalam Sejarah Kabupaten Lebak

Sementara itu, dikutip KabarBanten.com dari laman museumgeologi, pembangunan Tambang Emas Cikotok dilakukan oleh N.V Mynbouw Maatschappy Zuid Bantam (NV.MMZB) pada tahun 1936 sampai 1939, pada saat itu pabrik di Pasirgombong untuk pertama kalinya berproduksi. 

Dengan cadangan bijih emas pada waktu itu adalah sebesar 569.041 ton dengan kadar Au 8,4 g/ton dan Ag 481 g/ton.

Baca Juga: Pengembangan Geopark Bayah Dome Kabupaten Lebak, Iti Octavia Jayabaya: Itu Jadi Prioritas Pariwisata

Di zaman Jepang, tambang-tambang tersebut tetap beroperasi dan dikelola oleh perusahan Jepang bernama Mitsui Kosha Kabunshiki Kaisha dengan tujuan utamanya mengambil timah hitam dari tambang Cirotan untuk kebutuhan militer. 

Antara tahun 1945-1948, yang merupakan tahun perjuangan kemerdekaan, Tambang Emas Cikotok dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia di bawah pengawasan Jawatan Pertambangan Pusat Republik Indonesia.***

Editor: Kasiridho

Tags

Terkini

Terpopuler