KABAR BANTEN - Badan Nasional Pencegahan Teorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Banten (FKPT Banten) mengadakan kegiatan webinar diskusi, workshop, lomba video pendek kreatif dengan tema "Pelibatan Pelajar SMA dan Sederajat dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme" dengan pitutur kebangsaan “Indonesia Tangguh", Selasa 27 Juli 2021.
Kegiatan BNPT diikuti oleh pelajar SMA sederajat yang telah ditentukan berdasarkan perwakilan masing masing daerah yang ada di Banten.
Webinar mengadirkan dua narasumber yakni Inspektur BNPT Catur Iman Pratignyo, dan Kabid Pemuda dan Pendidikan FKPT Banten Sholehuddin.
Ketua FKPT Banten Dr. KH. Amas Tadjuddin dalam sambutannya sangat mengapresasi kepada seluruh peserta dan tim BNPT yang telah yang telah sukses menyelenggarakan kegiatan ini melalui webinar.
Baca Juga: FKPT Banten Latih Pengurus Mahir Menulis di Media Massa dalam Upaya Kontra Propaganda Terorisme
Amas menegaskan ancaman gerakan paham radikalisme adalah fakta bukan khayalan, terutama pada musim pandemi sekarang
“Isu Covid-19 dijadikan isu utama untuk membuat keresahan masyarkat tidak percaya pada Covid-19 dan tidak percaya pada pemerintah yang pada ujungnya memprovokasi masyarakat mereka mengampayekan kesalahan itu terjadi karena negeri ini tidak berdasarkan khilafah,” katanya.
Baca Juga: FKPT Sebut Intoleransi Awal Seseorang Jadi Pelaku Terorisme
Inspektur BNPT Catur Iman Pratignyo mengataka ada dua virus yang harus diwaspadai saat ini yaitu Covid-19 yang saat ini masih tingginya tingkat paparnya. Oleh karena itu, kata dia, prokes harus tetap di jalankan agar kita terhindar dari Covid-19.
Yang kedua, kata dia, virus radikalisme terorisme yang ada di lingkungan masyarakat yang selalu mengintai keutuhan negara. “Oleh karena itu para pelajar harus mampu mengenali faham tersebut yang akhirnya kita akan terhindar dengan faham tersebut,” ujarnya.
Baca Juga: Gawat! FKPT Banten Sebut Milenial Terpapar Terorisme Meluas
Solehuddin dalam pemaparannya menegaskan terorisme tidak terkait dengan agama. Menurut dia, tidak ada ajaran agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan aksi terorisme.
“Aksi terorisme yang mengatasnamakan agama, bukan karena agamanya yang mengajarkan aksi terorisme, melainkan karena orangnya yang tidak mampu memahami ajaran agama. Mereka memahami ajaran agama berdasarkan kemauan, ambisi politik mereka dan kelompoknya,” ujarnya menegaskan.***