Edukasi Sejarah dan Asal Usul Nama Pandeglang Banten,Ada Legenda Kisah Asmara Putri Arum dan Pangeran Cunihin

3 Januari 2023, 16:39 WIB
Edukasi Sejarah dan Asal Usul Nama Pandeglang Banten, Ada Kisah Asmaranya /Instagram /@pandeglangeksis

KABAR BANTEN - Banten adalah wilayah yang kaya dengan sejarah dan budayanya. Ada banyak sekali nilai-nilai masa lalu yang perlu dipelajari untuk dijadikan pengetahuan. Salah satunya adalah Kabupaten Pandeglang.

Pandeglang merupakan sebuah daerah di Provinsi Banten yang hingga kini terkenal dengan sebutan negeri seribu ulama sejuta santri.

Sampai sekarang banyak yayasan dan pondok pesantren yang masih eksis dan bertahan dengan penguatan tradisi lokal mampu bertahan tanpa terkikis oleh perkembangan zaman.

Kabupaten Pandeglang merupakan sebuah kabupaten dengan Ibu Kotanya adalah Pandeglang, Provinsi Banten. Secara geografis Kabupaten Pandeglang berbatasan dengan Kabupaten Serang di utara, Kabupaten Lebak di Timur, serta Samudra Indonesia di barat dan Selatan.

Baca Juga: Sejarah Benteng Speelwijk Banten, Wisata Edukatif yang Murah tapi Bermakna

Seperti dikutip kabarbanten.com dari akun dpmptsp.bantenprov.go.id, berikut ini adalah sejarah nama Pandeglang Banten.

Cerita asal usul nama Pandeglang yang pertama adalah sebutan nama Pandeglang bermula dari pembuatan gelang pada meriam Ki Amuk. Yaitu sebuah meriam besar yang saat ini berada di Kesultanan Banten Ama. menurut cerita berkembang bahwa Meriam Ki Amuk awalnya memiliki bentuk hampir sama dengan bentuk meriam Ki Jagur. Sebuah meriam yang kini berada di Museum Fatahillah, Jakarta.

Seperti meriam Ki Jagur pada bagian pangkalnya atau bagian belakangnya memiliki bentuk yaitu bentuk jari tangan yang mana ibu jari diselipkan diantara jari telunjuk dan jari tengah. Bentuk tersebut biasanya disimbolkan sebagai bentuk senggama, demikian pula meriam Ki Amuk.

Bentuk tersebut, umumnya disimbolkan sebagai bentuk senggama. Sebab, dianggap kurang etis bagi masyakarat di lingkungan Kesultanan Banten yang Islami, maka munculan cerita rakyat akan gelang tersebut oleh pande besi yang bernama Ki Buyut Papak yang tinggalnya sekitar 30 Km arah selatan Banten Lama.

Yang kedua, masih seputar pembuatan gelang, hanya saja latar belakang ceritanya jauh berbeda dengan versi pertama. Dalam versi kedua ini, menceritakan kisah seorang putri kerajaan yang bersedih karena dilamar orang seorang pangeran tampan dan sakti, namun berprilaku jahat.

Putri kerajaan yang bernama Putri Arum tersebut, ingin menolak lamaran dari pangeran tampan yang bernama Pangeran Cunihin, namun lamaran Pangeran Cunihin sulit di tolak karena ia mengancam akan menghancurkan kerajaan tempat tinggal sang putri.

Atas keadaan tersebut, lalu Putri Arum memutuskan untuk bersemedi meminta petunjuk agar terbebas dari belenggu Pangeran Cunihin. Saat proses semedi, Putri Arum didatangi oleh kakek tua bernama Pande Gelang yang akan membantunya membatalkan lamaran Pangeran Cunihin yang akan memperistri Putri Arum.

Kakek Pande Gelang tersebut kemudian menyusun strategi dan menyarankan Putri Arum untuk menerima lamaran tersebut dengan memberikan persyaratan kepada Pangeran Cunihin.

Syarat tersebut yakni, Pangeran Cunihin harus membuat lubang pada sebuah batu keramat yang tingginya setara dengan tubuh manusia dalam waktu tiga hari dan diletakkan di pesisir pantai.

Ki Pande menjelaskan, dengan persyaratan yang diberikan tersebut maka kesakitian Pangeran Cunihin akan hilang. Sementara Putri Arum mengajukan persyaratannya kepada Pangeran Cunihin, Ki Pande memutuskan membuat sebuah gelang yang akan digunakan untuk menghilangkan kesaktian Pangeran Cunihin.

Gelang tersebut dibuat sebesar batu keramat dan akan diletakkan tepat pada lubangnya. Dengan penuh kesombongan, Pangeran Cunihin pun menyanggupi persyaratan tersebut dan berhasil melubangi batu keramat dan sudah diletakkan di pesisir pantai dalam waktu kurang dari tiga hari.

Seketika Putri Arum pun merasa gelisah dan khawatir, kemudian Ki Pande menyuruh Putri Arum agar meminta Pangeran Cunihin melewati lubang di batu keramat karena sebelumnya Ki Pande telah meletakkan gelang saktinya pada lubang batu tersebut.

Setelah Pangerang Cunihin melewati lubang batu keramat, seluruh kekuatan dan kesaktiannya pun hilang, dan ia tiba-tiba berubah menjadi seorang lelaki tua. Sementara itu, Ki Pande pun ikut berubah menjadi seorang lelaki tampan.

Atas kejadian tersebut, Ki Pande pun menjelaskan kepada Putri Arum bahwa ia sebenarnya adalah seorang pangeran yang dikutuk lelaki menjadi tua dan dicuri kesaktiannya oleh Pangeran Cunihin.

Ada juga beberapa kumpulan cerita yang menjadi asal usul nama Pandeglang Banten.

Pandeglang yang berasal dari kata “Pandai Gelang” yang artinya orang tukang atau tempat menempa gelang. Pendapat ini terutama dikaitkan dengan legenda "Si Amuk" yang konon kabarnya pada Zaman Kesultanan Banten, di Desa Kadupandak ada seorang tukang Pandai (tukang besi) yang termasyur pandai.

Sultan Banten yang memerintah pada waktu itu menyuruh tukang pandai besi di desa tersebut untuk membuat gelang meriam yang bernama si Amuk. Oleh karena di daerah lain tukang pandai besi tidak ada yang sanggup untuk membuatnya, maka hanya pandai besi daerah tersebut yang berhasil membuatnya maka daerah Kadupandak dan sekitarnya disebut orang Pandeglang yang selanjutnya berkembang menjadi salah satu distrik di Kabupaten Serang.


Pandeglang berasal dari kata “Paneglaan” yang artinya tempat melihat ke daerah lain dengan jelas. Hal ini seperti dikemukakan dalam salah satu Buku “Pandeglang itu asal dari kata Paneglaan, tempat melihat ke mana-mana”. Sedikit bergeser maka terdapat sebuah kampung namanya “Sanghiyang Herang” patilasan orang dahulu, awas (negla) melihat ke mana-mana yaitu “Pandeglang sekarang”.

Pandeglang berasal dari kata “Pani-Gelang” yang artinya “tepung gelang”. Pada Tahun 1527 Banten jatuh seluruhnya ke tangan Syarif Hidayatullah yang kemudian diperkuat untuk kepentingan perdagangan.

Baca Juga: Nama Bayi Perempuan Bahasa Arab Berawalan Huruf A Bermakna Ramah, Cantik, dan Mulia.

Itulah sejarah dan asal usul nama Pandeglang Banten yang menarik dan menjadi pengetahuan.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: dpmptsp.bantenprov.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler