KABAR BANTEN - Pondok pesantren atau Ponpes salafi Al-Jauhariyah di Kampung Cibeureum, Desa Cikande, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang sudah sepekan terendam banjir, air banjir diduga disertai limbah bahan berbahaya dan beracun atau B3.
Limbah yang diduga berasal dari tiga perusahaan di sekitar Ponpes itu membuat sejumlah santri mengalami gatal-gatal.
Pengasuh pondok pesantren salafi Al-Jauhariyah di Cikande Ade Kurniawan mengatakan, limbah B3 tersebut masuk ke areal ponpes karena terdorong air banjir.
Baca Juga: 224 Tahun Silam, Gempa Megathrust Mentawai Disertai Tsunami di Padang Tewaskan 300 Orang
Sebab didekat ponpes ada pembuangan limbah dari tiga perusahaan yang mengapitnya.
"Air sungai meluap dan Ponpes diapit tiga perusahaan. Sungainya Cidurian (yang meluap) kalau bahasa kitanya susukan (sungai kecil). Itu lewat situ limbah B3 nya," ujarnya kepada Kabar Banten, Rabu 10 Februari 2021.
Baca Juga: Ratusan Ekor Puyuh di Lebak Mati Mendadak, Tim Surveilans Langsung Bergerak, Ini Hasilnya
Ia mengatakan, limbah tersebut sangat berbau menyengat. Bahkan dampaknya membuat sejumlah santri mengalami gatal-gatal.
"Ada tiga orang santri gatal-gatal. Kan kita ngapa-ngapain harus ngoyok karena kebanjiran. Kalau di total santri ada 15, cuma lagi pada pulang. Waktu kejadian ada tiga orang," ucapnya.
Ade menjelaskan, Ponpes sudah sepekan terendam banjir. ketinggian banjir sampai merendam setengah bangunan kobong dan majelis.
Walau saat ini kondisinya sudah mulai surut namun bekas banjir tersebut masih tercium bau menyengat.
"Sekarang sudah surut aja masih kecium baunya, sudah bau banget. Kalau enggak disiram air hujan, bau bekasnya ( banjir ) itu," tuturnya.
Pihaknya pun berharap agar perusahaan terkait bisa melakukan pemulihan lingkungan dengan cara pengurugan dan pengedaman.
Namun untuk keinginan ini rekomendasi dari perusahaan baru sebatas rapat dan diskusi dengan desa.
Baca Juga: Pemain Top 10 Ramai-ramai Mundur, Swiss Open Jadi Ajang Pembuktian Atlet Pelapis Pelatnas
"Nanti hari Rabu rapat lagi, jadi keputusan di hari Rabu memang kami sering kena banjir rutin sudah sejak saya tinggal disini enam tahun, limbah ini sangat menggangu. Setiap banjir selalu ikut," katanya.
Ade juga memohon kepada dinas lingkungan hidup (DLH) agar bisa membantu mengatasi masalah tersebut.***