Sutradara Film Saidjah Adinda Darwin Mahesa mengatakan, pihaknya sudah melakukan riset sejak 2014 sebelum membuat film tersebut. Riset itu terdiri dari penggunaan bahasa, kemudian pakaian, dan lokasi-lokasi yang ada dalam novel Max Havelaar.
“Kami melakukan riset pada 2014, untuk mengetahui penggunaan bahasa yang digunakan dalam novel Max Havelar,” katanya.
Ia menuturkan, pihaknya menemukan bahasa yang sama, tetapi dialek yang berbeda serta bahasa-bahasa baru.
“Dalam riset kami menemukan bahasa yang sama tetapi dialek yang berbeda, seperti Bahasa Sunda Rangkas dengan Sukabumi sedikit berbeda. Kami memutuskan untuk gunakan Bahasa Sunda Rangkas dalam Film Saidjah dan Adinda,” tuturnya.***