"Zaman kolonial dulu, dermaga di Pelabuhan Merak itu hanya ada satu. Itu di dekat Bukit Syeikh Djamaluddin. Kalau sekarang itu Dermaga III Pelabuhan Merak," katanya.
Menurut Deden, pada zaman Kolonial Belanda, Pelabuhan Merak dikelola oleh perusahaan KA. Lantaran itu, kantor Pelabuhan Merak adalah Kantor KA.
"Istilahnya, Kantor Pelabuhan Merak dan Stasiun Merak itu satu gedung. Bangunannya itu di dekat dermaga, berarti di dekat Bukit Syeikh Djamaluddin itu," ujarnya.
Rata-rata penumpang dan barang-barang yang akan diangkut ke dalam KM Taliwang, kapal penyeberangan pertama Pelabuhan Merak-Pelabuhan Panjang, Lampung itu, adalah para penumpang dan angkutan barang dari kereta.
Ia mengatakan, pada zaman itu rel kereta api dibangun memutari Bukit Syeikh Djamaluddin.
"Kemarin saat pembangunan kembali Dermaga IV Pelabuhan Merak, rel kereta api zaman Kolonial Belanda ditemukan para pekerja. Jadi jejaknya masih ada," tuturnya.
Baca Juga: Tarif Pelabuhan Merak Naik, Aptrindo Banten Protes Keras
Foto-foto suasana Pelabuhan Merak zaman Kolonial Belanda, dapat dinikmati pada akun Instagram @muhammad_abduh_jamhari.
Pada salah satu foto koleksinya, tampak suasana KM Taliwang tengah bongkar muat penumpang dan barang.