Baca Juga: Suku Baduy Punya Golok Sulangkar, Dikenal Sangat Ampuh, Asalkan tak Langgar Pantangan Ini
Setelah Jepang menyerah dan perang berakhir, maka para Suster Belanda, dan Pater AAG. Cremers OFM kembali pulang ke Rangkasbitung. Pada saaat pergolakan kemerdekaan, Pastor AAG. Cremers OFM sempat menjadi korban dari semangat nasionalisme para pemuda yang berkobar-kobar, yang pada saat itu belum mengenal peranan dan tugas seorang Pastor.
Semula disangka seorang Pastor, yang waktu itu kebanyakan berasal dari Negeri Belanda, juga ikut memihak Belanda. Sekalipun para Pastor hanya melayani di bidang rohani bagi umatnya di wilayah Banten, namun ternyata Pastor AAG.
Cremers OFM itu ditangkap dan dikabarkan dalam bahaya besar. Tetapi berkat jasa dokter Adjidarmo (seorang Muslim), maka Pater AAG. Cremers bersama Pater Van der Hoogen OFM dari Serang berhasil diselamatkan hidupnya.
Baca Juga: Geopark Bayah Dome Kabupaten Lebak Segera Terwujud, Iti Octavia Jayabaya: Ini Ide Gila
Semula mereka dikabarkan telah meninggal dunia, sehingga Pater RJ. Koesnen OFM ditempatkan di Rangkasbitung sebagai pengganti Pater AAG. Cremers OFM. Tetapi, pada kenyataannya Pater AAG. Cremers dan Pater Van der Hoogen OFM itu muncul kembali dan mereka dalam keadaan sehat.
Suasana di Rangkasbitung tetap panas sampai timbul lagi keadaan yang membahayakan, terutama bagi para Suster. Para Suster itu walaupun tidak mau meninggalkan Rangkasbitung, mereka juga diamankan dan dibawa ke Jakarta. Walaupun dengan perundingan yang cukup lama, akhirnya para Suster FFM itu diizinkan pulang ke Rangkasbitung.
Ketika mereka berada di garis Demarkasi antara tentara Belanda dan Tentara Pemuda Indonesia telah menunggu kedatangan mereka. Setelah masa perjuangan fisik usai, maka Pater RJ. Koesnen OFM yang mulai bertugas di Rangkasbitung sejak tersiarnya berita meninggalnya Pater AAG. Cremers OFM, tetap bertugas di Rangkasbitung yang kemudian diganti oleh Pater A. Schnijder OFM.***