Jejak Soekarno di Rangkasbitung, Singgah di Gereja Santa Maria Tak Bernoda, Beri Injil Diabadikan Melalui Foto

- 9 Maret 2021, 16:17 WIB
Bangunan Gereja Santa Maria Tak Bernoda di Rangkasbitung sebelum direnovasi. Gereja tersebut pernah disinggahi Presiden Soekarno saat melakukan kunjungan ke Rangkasbitung.
Bangunan Gereja Santa Maria Tak Bernoda di Rangkasbitung sebelum direnovasi. Gereja tersebut pernah disinggahi Presiden Soekarno saat melakukan kunjungan ke Rangkasbitung. /Dokumen Gereja Santa Maria Tak Bernoda Rangkasbitung

KABAR BANTEN - Gereja Santa Maria Tak Bernoda teletak di Pusat Kota Rangkasbitung, tepatnya di Jalan Multatuli nomor 95, Kelurahan Muara Ciujung Barat, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Gereja Santa Maria Tak Bernoda menjadi salah satu tempat yang disinggahi Presiden Pertama Indonesia Ir Soekarno.

Presiden Soekarno menyempatkan diri mengunjungi Gereja Santa Maria Tak Bernoda saat melakukan lawatan di Rangkasbitung sekitar tahun 1957 atau setelah Indonesia Merdeka.

"Pada tahun 1957 itu, Soekarno datang ke Rangkasbitung mengunjungi beberapa tempat. Salah satunya ke Gereja Santa Maria Tak Bernoda," kata Edukator Museum Multatuli Ginandar kepada KabarBanten.com, Senin, 8 Maret 2021.

Baca Juga: Mengenal Asal Asul Tambang Emas Cikotok, Dibangun Belanda, Dirampas Jepang dan Ditutup PT Antam

Ia menjelaskan, kedatangan Soekarno ke Gereja Santa Maria Tak Bernoda diabadikan dalam sebuah foto. Fotonya menarik perhatian banyak orang yang melihatnya.

"Termasuk saya sendiri karena dari keterangan Pastor bahwa Presiden Soekarno sempat memberikan Injil (Kitab Suci) kepada Pastor Gereja Santa Maria Tak Bernoda. Saat penyerahannya terabadikan dalam sebuah foto," katanya.

Adanya fakta sejarah tersebut tentunya sangat menarik karena masyarakat Rangkasbitung dari zaman dulu sudah Pancasilais. Artinya sudah menunjukan prinsip Pancasila dalam menjalankan kehidupannya.

"Adanya foto Soekarno memberikan Injil kepada Pastor itu sebagai lambang kerukunan antar umat beragama. Yang wajib kita jaga, pelihara dan dilestarikan," katanya.

Baca Juga: Melihat Asal Usul Lapas Rangkasbitung, Dibangun Tahun 1918, Sumur Tua Masih Terpelihara Sampai Sekarang

Adapun profil singkat Paroki atau Gereja Santa Maria Tak Bernoda Rangkasbitung yang dilansir KabarBanten.com dari laman smtbrangkas.blogspot.com, sebelum tahun 1929 daerah Banten hanya dapat dikunjungi oleh Pastor-pastor Yesuit dari Jakarta secara berkala. Tak lama kemudian para Pastor Fransiskan pun hadir di bumi pertiwi Indonesia. 

Oleh karena itu, Vikaris Jendral Jakarta mempercayakan daerah Banten itu kepada Para Pendekar Gereja, yang berjubah coklat tua itu. Kemudian, Pater HH. Lunter OFM mengawali karya baktinya dengan mengadakan kunjungan bulanan. 

Lama kelamaan kunjungan bulanan itu diganti dengan menetapnya Pastor pertama di daerah Banten (Rangkasbitung), yaitu Pater HH. Lunter OFM, sejak tanggal 12 Oktober 1933. Di situlah Pater HH. Lunter OFM, berhasil bertemu dan berjuang bersama suster-suster Fransiskus Misionaris Maria (FMM). 

Para suster FMM itu kemudian menjalin kerjasama dengan Persatuan Pengusaha Perkebunan Lebak, dengan menyelenggarakan sebuah Rumah Sakit yang mungil dan sederhana, namun sanggup melayani pengobatan bagi penduduk Lebak, Rangkasbitung dan sekitarnya.

Baca Juga: Lahan Adat Kasepuhan Cimuncang, PD Aman Banten Kidul Lakukan Pemetaan Partisipatif di Area TNGHS

Sebenarnya Rumah Sakit itu telah didirikan oleh Para Pengusaha Perkebunan Lebak di Banten Tengah atau Selatan. Atas kerjasama yang baik antara Pastor dan Suster dengan Tuan van Leeuwen, maka didirikanlah sebuah Gereja kecil (Kapel) di Rangkasbitung. Kapel tersebut diberkati oleh Pater Provinsial Caminada OFM, pada tanggal 19 Desember 1933.

Setelah Pater HH. Lunter OFM berkarya di Banten, beliau diganti oleh Pater YC.Heitkonig OFM, kemudian diganti lagi oleh Pater FJH. Teepe OFM, dan menyusul Pater AAG. Cremers OFM. 

Semenjak Pater HH. Lunter OFM berkarya mulailah bermunculan stasi kecil, sayangnya saat itu tidak dimulainya karya baru guna melayani rakyat Rangkasbitung. Selain Karya Kesehatan hingga meletusnya Perang Dunia II.

Saat itu memang masih berlaku Peraturan Pemerintah Kolonial Belanda yang menghalangi Pastor-pastor memasuki beberapa daerah pedalaman demi Rust en Orde, yaitu takut akan menimbulkan huru-hara akibat kedatangan para Pastor maupun pendeta di daerah pedalaman. 

Baca Juga: Suku Baduy Punya Golok Sulangkar, Dikenal Sangat Ampuh, Asalkan tak Langgar Pantangan Ini

 

Setelah Jepang menyerah dan perang berakhir, maka para Suster Belanda, dan Pater AAG. Cremers OFM kembali pulang ke Rangkasbitung. Pada saaat pergolakan kemerdekaan, Pastor AAG. Cremers OFM sempat menjadi korban dari semangat nasionalisme para pemuda yang berkobar-kobar, yang pada saat itu belum mengenal peranan dan tugas seorang Pastor. 

Semula disangka seorang Pastor, yang waktu itu kebanyakan berasal dari Negeri Belanda, juga ikut memihak Belanda. Sekalipun para Pastor hanya melayani di bidang rohani bagi umatnya di wilayah Banten, namun ternyata Pastor AAG.

Cremers OFM itu ditangkap dan dikabarkan dalam bahaya besar. Tetapi berkat jasa dokter Adjidarmo (seorang Muslim), maka Pater AAG. Cremers bersama Pater Van der Hoogen OFM dari Serang berhasil diselamatkan hidupnya.

Baca Juga: Geopark Bayah Dome Kabupaten Lebak Segera Terwujud, Iti Octavia Jayabaya: Ini Ide Gila

Semula mereka dikabarkan telah meninggal dunia, sehingga Pater RJ. Koesnen OFM ditempatkan di Rangkasbitung sebagai pengganti Pater AAG. Cremers OFM. Tetapi, pada kenyataannya Pater AAG. Cremers dan Pater Van der Hoogen OFM itu muncul kembali dan mereka dalam keadaan sehat.

Suasana di Rangkasbitung tetap panas sampai timbul lagi keadaan yang membahayakan, terutama bagi para Suster. Para Suster itu walaupun tidak mau meninggalkan Rangkasbitung, mereka juga diamankan dan dibawa ke Jakarta. Walaupun dengan perundingan yang cukup lama, akhirnya para Suster FFM itu diizinkan pulang ke Rangkasbitung. 

Ketika mereka berada di garis Demarkasi antara tentara Belanda dan Tentara Pemuda Indonesia telah menunggu kedatangan mereka. Setelah masa perjuangan fisik usai, maka Pater RJ. Koesnen OFM yang mulai bertugas di Rangkasbitung sejak tersiarnya berita meninggalnya Pater AAG. Cremers OFM, tetap bertugas di Rangkasbitung yang kemudian diganti oleh Pater A. Schnijder OFM.***

Editor: Kasiridho


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x