Penanganan Stunting di Provinsi Banten, Wagub Banten Minta Pemda hingga 'Stakeholder' Bersinergi Bersama BKKBN

- 30 Maret 2021, 15:24 WIB
Suasana kegiatan pembukaan Rakorda Program Banggakencana di Provinsi Banten 2021 yang diselenggarakan BKKBN Banten, Selasa, 30 Maret 2021. Dalam kegiatan tersebut disampaikan bahwa tahun 2021 ini BKKBN fokus dalam penanganan Stunting dan Pendataan Keluarga.
Suasana kegiatan pembukaan Rakorda Program Banggakencana di Provinsi Banten 2021 yang diselenggarakan BKKBN Banten, Selasa, 30 Maret 2021. Dalam kegiatan tersebut disampaikan bahwa tahun 2021 ini BKKBN fokus dalam penanganan Stunting dan Pendataan Keluarga. /Kabar Banten/Kasiridho

 

KABAR BANTEN - Wakil Gubernur atau Wagub Banten Andika Hazrumy meminta penggelola program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Banggakencana), pemerintah daerah, stakeholder, mitra kerja hingga masyarakat bersinergi bersama BKKBN dalam menangani dan menurunkan angka stunting di Provinsi Banten.

Penanganan stunting tersebut disampaikan Wagub Banten melalui sambutannya yang dibacakan Asda I Pemprov Banten, Septo Kalnadi pada kegiatan pembukaan Rapat Koordinasi Daerah atau Rakorda Program Banggakencana Provinsi Banten 2021 yang diselenggarakan BKKBN Banten secara virtual dan offline dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19, Selasa, 30 Maret 2021.

“Tantangan lain yang dihadapi dalam rangka pembangunan keluarga yang menjadi salah satu bagian dari program Banggakencana adalah masih rendahnya pemahanan keluarga terutama para orang tua dalam memberikan asupan gizi yang seimbang kepada anaknya yang masih balita. Hal ini yang kemudian menyebabkan terjadinya stunting,” ujarnya.

Baca Juga: Andika Hazrumy Sebut Stunting di Banten Turun 23,4 Persen, Beri Respon, BKKBN Banten Ungkap Langkah Penanganan

Wagub Banten menyampaikan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat dari kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama (kronis), sehingga anak tumbuh lebih pendek untuk usianya. Kekurangan gizi ini terjadi sejak bayi didalam kandungan dan pada masa awal setelah lahir.

“Permasalahan yang menjadi kehawatiran utama bukan terletak pada ukuran tinggi badan, akan tetapi yang mendapat perhatian utama adalah efek yang ditimbulkan dari kasus stunting karena gizi buruk yang terjadi pada balita ini dalam jangka panjang sulit untuk diperbaiki seperti terjadi gangguan kognitif yang menyebabkan penurunan kecerdasan dan rentan terhadap penyakit, serta berisiko mengalami penyakit tidak menular (PTM) disaat dewasa,” ujar Wagub Banten.

Karena begitu pentingnya penanggulangan stunting ini, kata dia, Pemerintah Provinsi atau Pemprov Banten telah mencanangkan program ‘Cegah Stunting’ dan menjadi rencana kerja hingga 2022 dapat terelisasi.

“Data stunting di tahun 2019 di Provinsi Banten sebesar 23,4%, dan diharapkan pada tahun 2024 dapat ditekan sebesar 50% hingga berkisar di antara angka 12 atau 13% sesuai roadmap penurunan angka stunting nasional sebesar 50% dari kondisi awal,” ujar Andika Hazrumy.

Baca Juga: 2021, BKKBN Lakukan Pendataan Keluarga dan Penanganan Stunting

Halaman:

Editor: Kasiridho


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x