"Kita koordinasi dengan BMKG dan BPBD dan diperoleh beberapa hasil," katanya.
Pertama penguatan pemantauan Gunung Anak Krakatau yang hasilnya dimanfaatkan untuk analisis potensi longsor.
Kemudian pemantauan Gunung Anak Krakatau dilakukan terus menerus dengan data citra dan GPS.
Menurut dia, longsor Gunung Anak Krakatau bisa dipicu aktivitas tektonik, longsor lereng bawah laut dan erupsi gunung api.
Dengan demikian early warning yang disarankan adalah tempatkan tide gauge dan buoy pada pulau di sekitar Gunung Anak Krakatau.
"Agar informasi tsunami bisa diketahui sebelum gelombang tsunami sampai ke pantai yang berpotenis terjadi korban jiwa," ucapnya.
Ia mengatakan aktivitas Gunung Anak Krakatau terpantau secara visual berdasarkan hasil pemantauan dari Pos GAK Pasaran Cinangka, Kalianda Lampung serta CCTV di GAK dan Pulau Sertung.
Hasilnya terlihat hembusan asap dari kawah warna putih tipis tebal.
"Pada 3 Februari hembusan asap menerus berwarna kelabu, 4 -6 Februari letusan kolom asap berwarna kelabu dengan ketinggian 800-2000 meter diatas puncak," tuturnya.