Legenda dan Mitos Meriam Ki Amuk, Senjata Pamungkas Kesultanan Banten

- 9 Januari 2023, 15:59 WIB
Potret Meriam Ki Amuk saat ini yang konon menjadi Senjata Pamungkas Kesultanan Banten/Tangkapan Layar/YouTube Wongtse Faqot
Potret Meriam Ki Amuk saat ini yang konon menjadi Senjata Pamungkas Kesultanan Banten/Tangkapan Layar/YouTube Wongtse Faqot /

KABAR BANTEN - Apakah kamu pernah mendengar terkait Legenda dan Mitos Meriam Ki Amuk?

Konon, Meriam Ki Amuk merupakan Senjata Pamungkas Kesultanan Banten yang dipercaya sebagai Jelmaan Prajurit Demak, hingga Hadiah Para Wali.

Seperti halnya benda peninggalan sejarah lainnya, Legenda dan Mitos Meriam Ki Amuk dari Kesultanan Banten ini juga masih dipercaya masyarakat hingga kini.

Baca Juga: Gratis, Ini 12 Twibbon Hari Gerakan Satu Juta Pohon 2023 Dengan Desain Pilihan Keren 

Dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari kanal YouTube Bujang Gotri, berikut Legenda dan Mitos Meriam Ki Amuk, Senjata Pamungkas Kesultanan Banten, Jelmaan Prajurit Demak, hingga Hadiah Para Wali.

Kesultanan Banten merupakan salah satu Kerajaan Islam terkuat di wilayah nusantara selama hampir tiga abad dimulai dari abad ke-15 hingga abad ke-18.

Meski bangsa Eropa datang memberi pengaruh besar dan tekanan bagi kerajaan di Nusantara, nama besar Kesultanan Banten tetap berpengaruh dan mampu bertahan dan mencapai kejayaannya.

Baca Juga: Kepala Daerah Terkaya di Banten Versi LHKPN Ditempati Bupati Perempuan, Ini Jumlah Total Harta Kekayaannya 

Saking kuat dan besarnya pengaruh Banten membuat sejarawan asal Belanda, Hermanus Johannes de Graaf, menyatakan bahwa Kesultanan Banten adalah satu dari dua kawasan adidaya di wilayah Jawa pada abad ke-17.

Kawasan adidaya lainnya yakni Kesultanan Mataram, yang sangat disegani Belanda pada waktu itu.

Pernyataan dan penilaian Hermanus Johannes de Graaf itu merujuk pada banyaknya jumlah dan kualitas pertahanan militer yang dimiliki Banten.

Baca Juga: Banten Pernah Punya Mata Uang Sendiri, Ini Nama, Sejarah, dan Kisahnya 

Selain dikenal memiliki pasukan prajurit yang terlatih, benteng pertahanan yang kokoh, dan Angkatan Laut yang kuat, kekuatan militer Banten juga dilengkapi alat perang yang mumpuni pada zamannya.

Salah satu alat perang mumpuni Banten yang melegenda adalah Meriam Ki Amuk.

Meriam raksasa dengan panjang sekitar 3,45 m dan berat 6 ton ini menjadi salah satu Senjata Pamungkas Kesultanan Banten.

Baca Juga: Rekomendasi 7 HP dengan Fitur Penambah RAM dari Memori Internal, Update Harga Januari 2023 

Meriam Ki Amuk digunakan untuk menghalau serangan musuh dan menghancurkan musuh yang mencoba mengancam Banten.

Saat ini, Meriam Ki Amuk tersimpan di Museum Kepurbakalaan Banten Lama yang berlokasi di dekat Masjid Agung Banten.

Yang menarik dari Meriam Ki Amuk adalah adanya 3 buah inskripsi bahasa Arab pada tubuh Meriam yang tertulis dalam lingkaran medallion.

Baca Juga: Bantuan Keuangan Kabupaten Kota Tidak Merata, Berikut Besarannya  

Dalam Inskripsi itu tersirat pesan kebaikan yang berbeda dengan fungsi alatnya, sebagai senjata pemantik perang.

Makna secara keseluruhan dari 3 inskripsi berbahasa Arab tersebut yakni membawa pesan tentang kebaikan yang bersandar kepada ajaran agama Islam.

Kehebatan Meriam Ki Amuk sebagai Senjata Pamungkas Kesultanan Banten yang mampu menjaga perbatasan wilayah kekuasaan Banten dan Keraton ini membuat para prajurit dan masyarakat Banten memiliki sebuah praduga.

Baca Juga: Pria Wajib Tahu, Inilah 5 Hal Yang Sering Diabaikan Pria Tapi Membuat Wanita Terpesona 

Mereka beranggapan bahwa kekuatannya bukan hanya berasal dari fisik meriamnya saja, namun ditambah dengan kekuatan gaib yang berasal dari Para Wali dan Karuhun Banten, khususnya pengaruh besar dari kekuatan Sultan Maulana Hasanuddin.

Pasalnya, hanya dengan mendengar dentuman suaranya saja mampu membuat musuh ketakutan.

Ditambah lagi, kekuatan dahsyat ledakannya mampu menghancurkan target sasaran dan membuat pertahanan pasukan musuh porak-poranda.

Baca Juga: Bukan Sabang dan Merauke, Inilah Titik atau Daerah Paling Ujung Kepulauan Indonesia yang Sebenarnya 

Kehebatan Meriam Ki Amuk dibuktikan ketika pasukan Banten melawan Armada Laut Portugis dan Pasukan Belanda yang akan mendarat di Pantai Banten pada abad ke-15 dan abad ke-18.

Mengenai Legenda dan Mitos Meriam Ki Amuk ini terdapat beberapa versi yang diantaranya dipengaruhi oleh cerita-cerita legenda di masyarakat.

Baca Juga: Ribuan Desa dapat Bantuan Keuangan Desa dari Pemprov Banten, Segini Besarannya  

1. Meriam Kerajaan Demak

Penulis asal Portugis, Mendes Pinto, mengungkap bahwa saat terjadi perang antara Demak melawan Panarukan, Demak sudah memiliki sejumlah meriam yang dibuat dengan dicor.

Salah satu meriam terbesar pada saat itu berukuran sama seperti Meriam Ki Amuk, dan kemungkinan memang Meriam Ki Amuk yang kita kenal saat ini.

Meriam-meriam tersebut dibuat oleh pandai besi yang berasal dari negara Turki dan Aceh.

Baca Juga: 5 Menteri Terkaya di Indonesia, Nomor 1 Bukan Erick Thohir atau Prabowo Subianto, Kekayaannya Capai 10 Triliun 

2. Jelmaan Prajurit Demak

Versi lainnya berkisah saat Kesultanan Banten masih berada di bawah pemerintahan Demak dan mulai diincar oleh Portugis dan Belanda.

Sultan Demak mengirim pasukannya ke Banten di bawah pimpinan prajurit-prajurit pilihannya yang diantara prajurit pilihannya itu terdapat tiga bersaudara.

Dengan gagah berani, mereka memimpin anak buahnya untuk menghadang penyerbuan bala tentara Portugis yang datang dari arah laut.

Baca Juga: Kronologi Ferran Torres Vs Stefan Savic, Siapa yang Dirugikan, Barcelona atau Atletico Madrid? 

Saat menjalankan tugas, itu dua dari tiga prajurit bersaudara itu melanggar sebuah larangan dari leluhur, yakni mandi air laut pada waktu terik matahari.

Akibatnya, mereka terkena kutukan dan berubah menjadi sepasang meriam.

Salah satu meriam itu konon menjadi Meriam Ki Amuk yang menjadi Senjata Pamungkas Kesultanan Banten.

Baca Juga: 6 Tempat Wisata Cianjur Kekinian, Cocok jadi Destinasi Liburan Hari Raya Imlek 2023 Anda 

3. Hadiah Para Wali

Sementara itu, cerita lainnya menyebutkan bahwa Sultan Demak atas keputusan Walisongo memberikan sebuah meriam besar bernama "Ki Jimat" (Diduga Meriam Ki Amuk) sebagai hadiah atau kado pernikahan antara Sultan Maulana Hasanuddin dan Putri Demak.

Diceritakan bahwa awalnya, daya ledak dan jangkauan Meriam Ki Amuk sama seperti kebanyakan meriam pada umumnya, yakni daya jangkau sejauh 65 meter.

Merasa tidak puas, Sultan Maulana Hasanuddin bermunajat kepada Allah SWT agar mampu memberikan kekuatan lebih terhadap Meriam Ki Amuk.

Baca Juga: Klasemen Sementara Serie A Pekan ke-17, AS Roma Kasih Lewat Juventus, AC Milan Kena Gusur 

Setelah melalui beberapa ritual dan tirakat, Sultan Maulana Hasanuddin mencoba Meriam Ki Amuk dan kemampuannya meningkat berkali-kali lipat.

Suara dentuman Meriam Ki Amuk semakin menggelegar, ditambah jangkauannya mencapai 500 meter hingga 1 kilometer.

Oleh karena itu, Meriam Ki Amuk dijadikan sebagai Senjata Pamungkas Kesultanan Banten yang paling ditakuti para musuh.

Baca Juga: Para Zodiak Ini Mudah Panik Hingga Depresi, Alasan Mereka Suka Menyendiri 

Awalnya, Meriam Ki Amuk diletakkan di Pelabuhan Karangantu dan dianggap memiliki kekuatan gaib.

Warga setempat banyak yang menjalankan ritual-ritual seperti melempar koin atau memeluk moncongnya yang konon jika pergelangan tangannya bisa bertemu, maka orang tersebut akan kaya raya.

Oleh karena itu, Meriam Ki Amuk kemudian dipindahkan ke Banten Lama, tepatnya di Museum Kepurbakalaan Banten Lama.

Baca Juga: Hijrah ke Arab Saudi, Ternyata CR7 Gantikan Posisi Vincent Aboubakar di Al Nassr 

Nah, itulah Legenda dan Mitos Meriam Ki Amuk, Senjata Pamungkas Kesultanan Banten, Jelmaan Prajurit Demak, hingga Hadiah Para Wali. Semoga bermanfaat.***

Editor: Sigit Angki Nugraha

Sumber: YouTube Bujang Gotri


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah