Network
KABAR BANTEN - Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon atau TNUK, Ardi Andono menyampaikan bahwa pada tahun 2010 lalu, Balai Taman Nasional Ujung Kulon pernah menerapkan teknik Ranggon untuk menghitung populasi badak Jawa di TNUK Kabupaten Pandeglang Banten.
"TNUK pernah melakukan monitoring dengan menggunakan metode Ranggon atau lebih dikenal dengan Rumah Pohon yang terbuat dari bambu atau dahan pohon," kata Ardi kepada awak media, Sabtu 16 Desember 2023.
Dijelaskan Ardi, untuk menyamarkan Ranggon atau rumah pohon tersebut, pihaknya menutupi Ranggon dengan dedaunan lebar. Dengan Ketinggian rumah pohon kurang lebih 10–15 meter di atas permukaan tanah. Hal itu, agar hewan liar tidak merasa terganggu.
"Pemantauan menggunakan teknik Ranggon ini dilakukan di lokasi perlintasan Badak dan kubangan-kubangan Badak Jawa. Pemasangan juga harus memperhatikan arah mata angin, agar aroma tubuh manusia tidak tercium," ungkapnya.
Baca Juga: Populasi Badak Jawa atau Badak Cula Satu di TNUK Kabupaten Pandeglang Bertambah
Menurut Ardi, saat memantau lewat Ranggon, tim tak boleh bersuara keras-keras, dan tidak boleh ada asap rokok, serta tidak diperkenankan memasak di atas rumah pohon.
"Karena penciuman Badak Jawa sangat sensitif. Apabila mereka mencium aroma asing, maka Badak Jawa akan mencari jalur lain untuk dilewati," ujarnya.
Lebih lanjut Ardi menyampaikan, setelah digunakannya teknik ini, hasil evaluasi bersama saat itu menyatakan bahwa teknik ini kurang efektif, karena terbatasnya personil pemantau yang harus memantau terus menerus di atas Ranggon selama berhari-hari dengan segala keterbatasannya.
Selain itu, mobilisasi pengiriman logistik ke Ranggon juga akan menggangu atau diketahui Badak Jawa. Sehingga Badak akan tau keberadaaan petugas tersebut. Yang paling utama, kata dia, tidak semua kubangan atau lintasan Badak dikunjungi Badak Jawa.
