Memilih

- 19 Oktober 2020, 21:32 WIB
Masudi SR, Anggota KPU Banten
Masudi SR, Anggota KPU Banten /

Hidup adalah pilihan. Ungkapan ini begitu sering diucapkan sampai terasa akrab dipendengaran. Meski ada benarnya, tetapi tidak semuanya mengandung nilai kebenaran. Kita hadir ke dunia ini bukan pilihan, bukan pula permintaan. Itu adalah kemauan dan kehendak Allah. Dia memiliki kebebasan mutlak untuk menciptakan atau tidak.

Bahkan kematian kita, termasuk seluruh jenis makhluk, ada di tangan-Nya. Dia Maha Berkehendak. Karena Dialah satu-satunya yang memiliki kekuasaan absolut untuk memilih. Menghidupkan untuk kemudian memudahkan urusan ciptaan-Nya agar bisa survive . Atau sebaliknya mematikan dengan berbagai cara dan rupa.

Karena itu ungkapan hidup adalah pilihan merupakan kebenaran yang tidak absolut. Ia hanya benar pada situasi dan kondisi tertentu. Tidak berlaku disetiap ruang dan waktu. Hidup adalah pilihan menjadi tepat jika disematkan pada konteks bahwa, itu hanya sebagai sumber kekuatan manusia untuk bisa menjalani banyak fase kehidupan dunia. Manusia, dengan kehendak-Nya, diberikan banyak perangkat kehidupan agar bisa sukses menuntaskan misinya selama menjadi penduduk bumi. Dengan perangkat itulah, sumber kekuatan tersebut digerak-fungsikan, didayagunakan.

Baca Juga : Kaum Hawa di Panggung Pilkada

Kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Bukan hanya fisik-materil yang lengkap, kokoh sehingga tampil gagah dan menawan. Dikaruni juga otak, akal dan, hati yang menjadi pembeda dengan hewan lain. Relasi otak dan akal melahirkan rasionalitas atau nalar yang sehat. Dengan itu manusia bisa berpikir dan bertindak benar. Sedangkan relasi otak, akal, dan hati menumbuhkan kebijaksanaan (wisdom). Perpaduan dua perangkat keras dan lunak itulah, pilihan bisa diambil-lakukan.

Sekarang, kita berada dalam situasi politik untuk menentukan pilihan. 270 daerah di tanah air sedang menggelar pesta politik, pemilihan kepala daerah secara langsung. Pada hari dan tanggal yang sama, 9 Desember nanti, masyarakat yang sudah memiliki hak pilih, dipersilahkan menggunakan hak politik itu. Memilih satu diantara beberapa jumlah pasangan calon untuk menjadi kepala daerah.

Ini hajatan demokrasi lokal serentak yang keempat kalinya.  Meski bersifat lokal, tetapi resonansinya menyentuh “jantung” kekuasaan negara. Isunya menasional bukan soal substansi kampanye yang dilakukan masing-masing pasangan calon. Tetapi karena kebijakan itu diambil-lakukan pada saat pandemi virus SAR-CoV-2 masih belum sepenuhnya bisa dikendalikan.

Dalam pengisian jabatan publik yang bersifat elected official, pemilih menjadi salah satu pilar yang paling menentukan. Tanpa mereka, pemilihan tidak akan berlangsung. Karena memang, pilkada ini adalah dari, oleh, dan untuk mereka. Dari pemilihlah sumber kekuasaan berasal. Kemudian diberikan sebagiannya kepada seseorang yang dianggap cakap dan layak mengampu tampuk kepemimpinan.

Baca Juga : Partisipasi di Saat Pandemi

Halaman:

Editor: Maksuni Husen


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah