Untuk Bangun Rumah Korban Gempa, Pemprov Banten Didesak Cairkan Dana Tak Terduga

- 26 Januari 2018, 08:00 WIB
penyaluran-logistik-korban-gempa-(3)
penyaluran-logistik-korban-gempa-(3)

SERANG, (KB).- Fraksi Partai Keadilan Sejatera (PKS) DPRD Banten mendesak Pemprov Banten mencairkan dana tak terduga (DTT) sebesar Rp 10 miliar untuk membantu korban gempa di Kabupaten Lebak. Anggaran tersebut diperuntukkan bagi rumah-rumah warga yang rusak akibat gempa berkekuatan 6,1 skala richter tersebut. Hal tersebut dikatakan juru bicara Fraksi PKS DPRD Banten, Budi Prajogo, sebelum menyampaikan pandangan fraksi atas tiga raperda usul gubernur, di DPRD Banten, KP3B, Curug, Kota Serang, Kamis (25/1/2018). "Meminta Pemprov Banten menggunakan dana tak terduga minimal Rp 10 miliar. Anggaran tersebut untuk menangani 1.300 lebih rumah yang rusak karena terdampak bencana gempa bumi," ujar Budi. Selain makanan, kata dia, kebutuhan korban gempa di Kabupaten Lebak saat ini yaitu material untuk memperbaiki rumah yang rusak. "Kebutuhan saat ini antara lain semen dan material untuk membangun kembali rumah yang rusak. Selain itu, ada sekolah milik pemprov yang terdampak cukup parah. Itu bisa digunakan dana tak terduga yang memang peruntukannya," tuturnya. Ia menuturkan, DTT pada APBD 2018 dialokasikan sebesar Rp 50 miliar. Namun, sementara ini menurutnya minimal dicairkan Rp 10 miliar terlebih dahulu untuk perbaikan rumah."Rp 10 miliar tersebut pasti kurang. Tapi paling tidak pemprov menunjukan respon cepat dalam penanganan pasca bencana," ucapnya. Soal mekanisme pencairan DTT tersebut diakuinya membutuhkan waktu tidak sebentar. Meski demikian, menurutnya tak jadi soal karena penanganan pasca bencana perlu jangka panjang."Memang tidak bisa sehari dua hari, bisa berbulan-bulan. Tapi memang penanganan pascabencana seperti gempa ini kan jangka panjang," ucapnya. Masih menghitung kerugian Menanggapi hal tersebut, Sekda Banten Ranta Soeharta mengatakan, saat kerugian yang diakibatkan bencana gempa masih dihitung. Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga masih mendata korban maupun bangunan yang terdampak gempa. "Dari pagi kita rapat. OPD terkait ada dinsos, perkim juga. Insya Allah besok sudah diketahui, kerugiannya sedang dihitung. BPBD juga dipanggil, makanya dari Pemkab (Lebak) pendataannya harus akurat, jangan sepotong sepotong," kata Ranta, seusai paripurna. Dari data tersebut, menurutnya, baru akan diketahui berapa besaran DTT yang akan dicairkan pemprov. Meski demikian, bantuan seperti makanan maupun logistik lainnya terus disalurkan."Bantuan yang sifatnya seperti makanan itu setiap hari ada," kata dia. Ia mengamini mekanisme pencairan DTT membutuhkan waktu cukup lama. Sebab, perlu ada pengajuan dari Kab. Lebak ke gubernur. Setelah itu dibuatkan pergub dan meminta persetujuan DPRD. "DTT itu kan tidak bisa sendirian. Ada persetujuan DPRD. Berapa nilainya, itu dibuat (usulan) dari kabupaten dulu mengajukan berapa. Oleh karena itu, totalnya perlu diverifikasi," ujarnya. Meski demikian, kata dia, pemprov melalui OPD terkait seperti dinsos dan perkim lebih dulu menyalurkan bantuan untuk para korban, salah satunya perbaikan rumah dengan program rumah tidak layak huni (RTLH)."Maka, ada dana-dana yang agak cepat dari dinas-dinas, seperti dinsos, perkim juga. Ada semacam bantuan. Kayak RTLH bisa, pokoknya program kemiskinan bisa," ucapnya. Bantuan mengalir Sementara itu, bantuan terus mengalir dari berbagai pihak. Memasuki hari ketiga pascagempa berkekuatan 6,1 skala richter, Kamis (25/1), Polda Banten mendistribusikan bantuan sosial terhadap warga korban gempa di Kampung/Desa Ciladaeun, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak. Di desa tersebut terdapat 78 rumah rusak ringan dan 20 rumah rusak berat. Kapolda Banten, Brigjen Pol Listyo Sigit Prabowo, mengatakan, sebelum pendistribusian bantuan di Desa Ciladauen, pihaknya telah mendistribusikan bantuan kepada warga korban gempa di Kecamatan Bayah, Panggarangan dan Cilograng. Bantuan untuk korban gempa di Ciladauen berupa material baik semen, asbes, kayu dan batu bata.  "Kami menyerahkan bantuan bahan-bahan material sebanyak lima truk. Kami serahkan dalam rangka membantu masyarakat yang ingin membangun rumahnya yang rusak," ujar Kapolda di dampingi Ketua Bhayangkari Polda Banten, Juliati Sigit Prabowo.
Selain material, Polda Banten juga memberikan bantuan 1 truk yang menangkut kebutuhan pokok berupa mi instan, beras, telur dan sayur. Bantuan tersebut langsung diberikan kepada warga korban gempa di posko bencana kepolisian di Desa Ciladaeun. "Tentu harapan kami akan ada bantuan-bantuan dari instansi lain sehingga kondisi masyarakat di Lebakgedong bisa segera pulih seperti semula," ucapnya. Kapolda juga telah memerintahkan kepada Polres Lebak untuk mendirikan posko bencana, untuk membantu korban gempa. Selain itu, juga sebanyak 400 lebih personel dikerahkan untuk membantu warga korban gempa di Kabupaten Lebak. "Posko tersebut selain memberikan bantuan keamanan juga untuk gotongroyong dalam membantu mendirikan rumah-rumah yang sudah rusak (kepada anggota di lokasi)," katanya. Kapolda menuturkan penarikan personel di lokasi bencana akan dilakukan, setelah kondisinya sudah normal. Ia juga menuturkan di lokasi bencananya Polda Banten akan mendirikan posko kesehatan. Di posko tersebut, masyarakat dapat mendapat layanan kesehatan dari Bidang Kedokteran Polda Banten. "Kami siapkan layananan kesehatan. Kami standby kan Dokkes (Kedokteran Kesehatan Polda)," tuturnya. Camat Lebakgedong, E. Wahyudin mengatakan masyarakat sangat terbantu dengan bantuan yang diberikan oleh Polda Banten. Sebab, banyak dari masyarakat yang menjadi korban gempa merupakan warga yang tidak mampu. "Atas nama Pemerintah Kabupaten Lebak, khususnya Kecamatan Lebakgedong kami mengucapkan rasa terimakasih. Tentu ini sangat besar manfaatnya untuk mengembalikan kondisi pasca bencana gempa," katanya. Ia mengatakan pihaknya saat ini masih melakukan verifikasi terhadap jumlah korban gempa di Kecamatan Lebakgedong, khususya di Desa Ciladaeun. Sebab, tidak menutup kemungkinan jumlah korban gempa bertambah. "Kami terus melakukan verifikasi ada kemungkinan bisa bertambah seperti yang disampaikan Pak Kapolda," katanya. Belum tersentuh bantuan Ia menuturkan masyarakat di Desa Ciladauen masih membutuhkan bantuan untuk memulihkan kondisi pasca gempa. Ia tidak menampik bantuan dari Polda Banten baru pertama yang masuk di Desa Ciladaeun. "Baru ini dari kepolisian (bantuan yang masuk). Mudah-mudahan nanti ada bantuan lagi," tuturnya.  Dari wilayah yang terkena dampak gempa, masih terdapat beberapa wilayah yang belum tersenuth bantuan maupun relawan. Salah satunya di Desa Cikatomas, Kecamatan Cilograng, Kabupaten Lebak,. Di wilayah tersebut, terdapat beberapa rumah dan fasilitas umum yang mengalami kerusakan cukup parah. Hal itu terungkap saat relawan LAZ Harfa Banten menyalurkan bantuan bagi korban gempa bumi di Desa Cikatomas, Kecamatan Cilograng, Kabupaten Lebak, Kamis (25/1). Koordinator relawan LAZ Harfa, Yusuf Fadillah, mengatakan, daerah tersebut belum tersentuh pemerintah daerah maupun pihak terkait lainnya.  "Mengenai peristiwa gempa yang menghancurkan belasan rumah di daerah Lebak, saya coba mencari bukti fisik kerusakan yang terjadi. Setelah meninjau Desa Cikatomas, ternyata daerah ini belum mendapat bantuan dari manapun. Maka dari itu, saya berikan bantuan ke daerah ini," tuturnya. Ketua RW Kampung Cikondang, Desa Cikatomas, Mulyadi, mengatakan, di wilayahnya banyak rumah dan bangunan umum yang rusak "Semenatra ini ada 4 bangunan yang rusak berat, terdiri atas 2 rumah, 1 masjid, dan 1 Sekolah Dasar (SD)," kata Mulyadi. Dia mengatakan, yang paling parah terkena dampak gempa adalah rumah milik Sumar. Rumah milik salah satu warganya itu, hampir seluruh bagian runtuh. Sumar bersama keluarganya, juga diungsikan ke tetangga. "Dengan adanya bantuan dari harfa ini diharapkan dapat meringankan beban para korban, karena daerah ini belum terjamah bantuan." Kata Mulyadi saat ditemui relawan LAZ Harfa di kediamannya. (TIM/KB)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x