Beras Jaseng Dijual ke Medan

- 26 Desember 2018, 10:30 WIB
Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah menunjukkan beras jaseng
Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah menunjukkan beras jaseng

SERANG, (KB).- Satu kontainer beras Jawara Serang (Jaseng) akan dikirimkan ke perusahaan di Medan, Sumatera Utara (Sumut). Jika berlanjut ke depannya perusahaan tersebut, akan melakukan pemesanan rutin dengan kapasitas 100-150 ton per bulan. Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Serang, Dadang Hermawan mengatakan, pada bulan ini beras Jaseng ada permintaan pesanan dari perusahaan di Medan. Untuk bulan pertama akan dikirim satu kontainer dengan kapasitas sekitar 24,5 ton beras. “Rencananya kalau ini berlanjut ke depan ada kebutuhan 100-150 ton per bulan,” katanya kepada Kabar Banten, Selasa (25/12/2018). Ia menuturkan, adanya permintaan tersebut, menjadi peluang bagi para petani. Sebab, sumber beras adalah petani Kabupaten Serang yang bisa berasal dari Komunitas Petani Penggilingan Beras Mandiri (KPPBM) atau petani lain. “Nanti kalau sudah pasti ada permintaan 100-150 ton, baru nanti kami kumpulkan petani produksi padi,” ujarnya. Sedangkan, dalam hal tersebut, tugas dinas hanya sebagai mediator antara perusahaan dan petani. Untuk harga dipersilakan musyawarah dengan petani. “Harga silakan musyawarah, kalau barang masih memungkinkan bisa keluar. Harga jual nanti sama petani,” ucapnya. Disinggung terkait pembelian dari aparatur sipil negara (ASN), menurut dia, saat ini masih belum memuaskan. Pembelian rata-rata masih di angka 3-4 ton per bulan. Dengan demikian, jika dibuat grafik, maka hitungannya masih datar atau belum optimal. “Ini baru, kami juga memaklumi,” tuturnya. Ia mengatakan, untuk kualitasi sendiri tidak menjadi persoalan. Jika memang kualitas beras Jaseng kurang baik, maka bisa diklaim langsung ke penyedia seperti KPPBM atau petani. Sedangkan, untuk penjualan ke masyarakat umum untuk saat ini masih belum dilakukan. Sebab, masih ada beberapa hal yang harus dievaluasi, di antaranya bagaimana mempertahankan produksi padi, bentuk kemasan, serta masalah harga. “Karena, masalah beras itu bersaingnya ketat dan kelebihannya tipis ini harus jadi perhatian,” katanya. Selain itu, perlu juga diperhatikan regulasi bisnisnya. Sebab, jika bicara bisnis belum tentu dibayar tunai. Sebelum ada pembayaran tersebut, bagaimana kehidupan petani yang harus dipikirkan. “Jadi, kami tidak bisa serta merta, yang penting sekarang kami sudah punya produk dan perlahan dikenalkan,” ujarnya. (DN)*

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x