Tawakal Dalam Menghadapi Musibah

9 Mei 2020, 12:05 WIB
hidayat rahman

Oleh Hidayat Rahman

“Dan kami pasti akan menguji kamu  dengan sedikit ketakutan , kelaparan, kekurangan harta, jiwa , dan buah-buahan  dan sampaikanlah kabar gembira  kepada orang-orang yang sabar, “

(Q.S.Albaqarah [2]:155)

Musibah yang menimpa  kehidupan manusia  di dunia saat ini, sangat dahsyat disepanjang periodesasi  kehidupan manusia.  Corona virus demikian semua orang menyebutnya. Entah dari mana asalnya istilah nama tersebut, demikian  menjadi populer diseluruh belahan dunia. Dalam cacatan The Centers for Disease Control  & Prevention ( CDC ), kata corona berasal dari bahasa Latin  yang berarti  “ mahkota “.

Virus dinamakan demikian, karena  hasil temuan sementara bentuknya terdapat duri  seperti mahkota (suara.com. IB times, 24/03/2020). Kemudian  badan Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) tahun 2020  secara resmi menetapkan  dengan istilah Covid 19. Kepanjangan  dari   “co “ berati “ corona “  dan “ vi “ berati “ virus “. Dan “ d “ untuk “ disease ( penyakit ).

Dalam sejarah islam penyakit wabah yang berbahaya  merengut paling banyak korban jiwa yang hampir sama dengan Covid-19. Al -Asqalani (Badzlul Ma’un fi Fadhlit Thaun )  yang mengutip dari tiga sejarawan muslim, menjelaskan bahwa wabah ( Penyakit ) yang menimpa umat manusia sebelumnya juga pernah terjadi, nama wabah dalam kitab itu disebutnya dengan istilah “ Tha’un“.

Wabah ini terjadi dan menyebar pada masa Rasulullah, juga terjadi di Syam pada masa khalifah Umar, di Mesir pada tahu 63 Hjriyah, di Syam pada tahun 107 Hijriyah. Sejarah telah mencatat, bahwa disepanjang sejarah kehidupan  manusia wabah nyata ada, namun karena masa tersebut belum ada WHO, tidak disebut Covid 63 atau Covid 107 (hidayatullah.com).  Istilah “ Tha’un “ yang merupakan nama penyakit atau wabah hampir menyuruapai wabah Covid-19, sebuah penyakit atau wabah yang sangat berbahaya dan mematikan.

Wabah juga tidak hanya dialami pada masa Rasul dan para sahabat, juga  terjadi pada preodesasi kehidupan manusia berikutnya, pada abad ke 6 pernah   terjadi sebuahtragedi  wabah dengan nama “ pes “ yang kemudian dikenal dengan wabah “ Justnin “. Pandemi ini diperkirakan  telah menewaskan  antara 30 hingga 50  juta orang, ekses penyakit tersebut  sebagian besar perdagangan rapuh  dan berakhir dengan melemahnya kekuasaan kekaesaran. Selain  wabah justin ada juga wabah dinamai “ Balck dead “  di eropa pada tahun 1347. Penyakit ini ini  telah menewaskan sebanyak 25 juta orang (kompas.com).

Covid-19, apakah itu merupakan rekayasa manusia? Atau  merupakan deretan rekayasa Tuhan sebagaimana yang telah terjadi dalam pejalanan sejarah kehidupan manusia  bagi bumi, untuk mengukur  siapa yang terbaik perbuatannya. Jika merupakan rekayasa manusia, maka bisa jadi bahwa kerusakan alam adalah disebabkan perbuatan tangan manusia (Q.S.Ar-Rum [30:41]).

Dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa  semua kerusakan yang terjadi  di muka bumi  dengan berbagai bentuknya  adalah perbuatan buruk dan maksiat global yang dilakukan manusia. Terlepas benar atau tidaknya virus corona  berdasakan riset petagon  untuk senjata biologis yang mengalami kebocoran  dilaboratorium Tiongkok dikenal dengan Institut Virologi Wuhan, juga hasil riset bahwa corona virus bukan muncul secara alami  melainkan di produksi. Natur Medicine mematahkan opini sekaligus membantah bahwa virus Covid-19 berasal dari rekayasa manusia. Hasil analis data publik  terkait skuen genom ( genome squence ), tidak ditemukan covid 19 di ciptakan di laboratorium.

Terlepas dari berbagai asumsi tentang Covid-19, dan mengacu pada fakta sejarah wabah diatas, maka ada kemungkinan bahwa wabah corona virus adalah satu dari rekayasa Tuhan untuk kemanusiaan di bumi. Asumsi ini didasarkan pada Firman Tuhan yang menegaskan bahwa penyakit yang menimpa seseorang atau suatu kaum kecuali dengan idzin Tuhan (Q.S At-Taghabun [64]:11-13 ).

Covid   Effect

Indonesia  Negeri yang  besar, dengan wabah  covid 19, negara telah menetapkan musibah nasional dan menentukan  berbagai cara untuk menghadapi pandemi covid 19. Kita berasumsi bahwa wabah ini adalah rencana tuhan untuk bumi dan teguran keras kepada manusia, atas kesombongan dan keangkuhann manusia dalam hidupnya. Ingat bahwa kuasa Tuhan meliputi langit dan bumi. (Q ).

Jika diperhatikan disepanjang sejarah musibah, sangat berpengaruh terhadap multi krisis dimensional, mulai dari krisis ekonomi, sosial, budaya, politik bahkan terjadi  krisis  kepemimpinan karena wabah sebagai mana dalam sejarah. Krisi multidimensi ini pada hakekatnya sebuah kepastian yang dirancang Tuhan dan ujian bagi kehidupan agar manusia tidak terlalu jauh melangkah dan lebih baik, setidaknya dapat mengevaluasi berbagai kebijakan yang mungkin banyak salah  dan kotor yang dilakukan manusia di bumi ini.  “Dan kami pasti akan menguji kamu  dengan sedikit ketakutan , kelaparan, kekurangan harta, jiwa , dan buah-buahan  dan sampaikanlah khabar gembira  kepada orang-orang yang sabar, “ (Q.S.Albaqarah [2]:155).

Ada kekhawatiran berbagai kalangan dengan  berbagai kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah terkait dengan pengambilan keputusan Lackdawn. Salah satu kekhawatiran adalah dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Semua anak bangsa ini dipaksa memiliki rasa takut , wasa-was dan khawatir beraktifitas dan menjalankan kehidupannya, bahkan sebagaian besar rakyat mengalami trouma ( far Trouma ), ketakutan, kecemasan , kekhawatiran dan ini menyebabkan tingkat  penyakit baru selain corona yaitu  sebagian besar anak bangsa dan generasi mudanya terancam fisikisnya ( human psyche ), kehilangan pekerjaan, terpenggalnya idialitas dan cita-cita, ancaman kelaparan, samapai goncangan kejiwaan dan rasa takut yang mencekam dengan fase yang belum jelas entah sampai kapan berakhir.

Tentu sangat fatal bagi perkembangan kehidupan kedepan  bahkan dapat mengancam  keutuhan berbangsa dan bernegara. Seharusnya menghadapi kondisi darurat seperti sekarang ini,   tidak dilakukan dengan jawaban  yang bersifat emosional  dan dengan cara-cara yang menambah beban rasa takut pada masyarakat, misalnya dari sisi bahasa, kata “ perang “ sudah terbayang mengerikan, kata “ lawan “ sungguh juga tidak tepat dipergunakan, karna perang dan lawan  harus berhadapan dengan musuh yang nyata dan ungkapan ini menjadi sebuah ancaman baru pada ganguan kejiwaan anak bangsa.

Dalam menghadap musibah ini harus menghadapinya dengan cara kepala dingin dan  etika dan dialektika yang baik tentunya dan tidak  membebani termasuk beban fsikologis. Jika corona virus ini adalah ciptaan manusia, ini adalah musibah juga, karna akibat ulah kotor tangan manusia, jika asumsinya ini adalah kehendak Tuhan, mka  manusia telah melakukan dua kali keasalahan, kesalahan pertama munculnya musdibah karena kondisi kemanusiaan di dunia banyak menentang nilai kemanusiaan.

Pembantaian ubgur yang belum selesai dibahas, pembantaian India,  perang perampasan hak-hak sipil palestina, perang global yang terus mencekam dan uji senjata, belum lagi lembaran fitnah yang merajalela menghiasi lembaran hidup manusia, bahkan berujung penghinaan dan  penistaan terhadap kudrat Tuhan dan ajaran-Nya. Ini yang mengundang bencana, ditambah lagi dengan ungkapan dan perlawanan terhadap fenomena alam, maka  berbagai bencanapun akan   terus mengancam kehidupan.

Pelajarilah sejarah, bahwa bencana yang menimpa manusia sepanjang sejarah kehidupan karena penentangan terhadap hak-hak Tuhan.  Air bah raksasa pada zaman Nuh kejadian luar biasa menghancurkan daratan di muka bumi, karena pengingkaran terhadap kebenaran yang dibawa Nabi  Nuh, kaum tsamud pada masa Nabi Soleh, dihancurkan karena menolak  beriman kepada Allah, kaum Sodom pada masa  Nabi Lut, menentang kudrat kemanusiaan terkenal  dengan homosexnya.

Ulah kemanusiaan

Jadi deretan musibah ini sebanding lurus dengan ulah kemanusiaan, dan bisa berubah dari musibah, wabah menjadi adzab yang mengerikan. Coba kita bayangkan jika kesoleh dunia ini terjaga yang akaan terjadi adalah keberkahan dan kebaikan di muka bumi.’ Dan jika penduduk bumi beriman dan bertaqwa kepada Allah, Kami bukakan  kepada mereka  berkah dari langit dan bumi, tapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka kami siksa mereka  lantaran apa yang telah mereka kerjakan “ (Q.S. Al A’raf [7]: 96 ).

Secercah harapan

Masih ada secercah harapan tentunya kita bergantung pada kekuatan ghaib, yang memiliki kuasa alam, harapan pertama, adalah hilangnya wabah dengan segera yang menimpa  kita dan bangsa kita ini dengan cepat,  karena masih banyak orang soleh yang memohon perlindungan kepada-Nya. Kedua, Seluruh ummat dapat kuat dan tahan dalam menghadapi ujian ini dengan tidak mengembangkan sikap su’udzan terhadap Tuhan pencipta alam, Allah punya rencana, dan rencana Allah adalah rencana terbaik. Dan satu lagi bahwa rencana Allah itu selalu indah. “ Mereka membuat rencana dan Allah pun membuat rencana ( pula )  dan Allah sebaik-baik perencana ‘ (Q.S Al Anfal [8]: 30) “. Perhatikan sabda Nabi “ Sesungghnya kami adalah milk Allah dan akan kembali kepada-Nya, Ya Allah  limpahkanlah pahala, menerima lebih dari  musibah yang kualami ini  dan diberikanlah ganti yang   lebih baik ‘ ( H.R. Muslim ).

Ketiga, tetap terpenuhi seluruh kebutuhan dasar kehidupan. Kita sangat berharap besar dengan kedatangan bulan Ramadhan milikNya ( syahrullah ) tahun ini dan pada saat negeri ini dilanda musibah.

“ Kedatangan Ramadan tahun ini menjadi momen yang sangat strategis, terlebih dalam situasi dan kondisi duka nasional  diharapkan menjadi solusi atas  krisis multidimensi yang menimpa bangsa ini. Setidaknya saling menahan diri dan atau berhenti sama sekali melakukan manouver keburukan,  fitnah , kejahatan sosial dan sejuta  keborokan  lainnya yang dipertontonkan  serta mengarah rusaknya sendi-sendi kehidupan sosial  berbangsa dan bernegara yang telah dibangun dengan susah payah generasi sebelumnya.

Dari Ramadan setiap individu akan membentuk jiwa yang produktif positif, generasi baru berkualitas, jiwa baru dan semangat baru serta  nilai kepribadian yang terukur, hingga ia dapat bekerja positif , menggapai harapan dinamis,   membangun negeri dengan integritas moral yang benar dan teruji pula.

Ramadan tiba  diharapkan sebagai bentuk edukasi dan traumahiling Robani disaat terjangan musibah Covid-19. Karena Ramadan adalah sarana penuatan nilai dan memmbing manuaia menjadi manusia yang sabar dan berkualitas. Dengan ramadhan pula rasa takut dan sikap stres masyarakat  ( fear& stress ) sebagai efek Covid-19 dapat terhindar. Bahkan wabah  menghilang.Pastikan doa ikhlas kita di bulan suci hingga Allah angkat wabah bernama covid 19. Fastabiqul khairot dan selalu tawakkal dalam menghadapi musibah.*** (Hidayat Rahman,  Anggota DMI Provinsi Banten)

 

Editor: Kabar Banten

Tags

Terkini

Terpopuler