Sejarah Alexander Agung, Penaklukan Makedonia, Ekspedisi yang Mengakhiri Hidupnya

31 Januari 2022, 14:06 WIB
Ilustrasi Alexander Agung dalam pertempuran. /Pixabay/clker-free-vector-images

KABAR BANTEN - Sejarah penaklukan Makedonia oleh Alexander Agung merupakan kelanjutan dari ekspansi Raja Philip II pada pertengahan abad ke-4 SM yang saat itu berada di puncak kejayaannya.

Penaklukan Makedonia yang dilanjutkan oleh putranya Alexander Agung, berhasil menciptakan salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah peradaban dunia.

Keberhasilan penaklukan Makedonia oleh Alexander Agung menjadikan ia penguasa yang memiliki pengaruh luas.

Baca Juga: Misteri Alexander Agung, Mengungkap Kematian dan Runtuhnya Kekuasaan

Hingga saat ini keberhasilan Alexander Agung dalam mengusai dunia, jejak-jejak pengaruhnya di setiap tanah kekuasaannya masih terlihat.

Berkembangnya dan kemajuan kerajaan Makedonia tidak bisa lepas dari pemerintahan Raja Philip II yang dimulai pada tahun 357 SM. 

Pada awal pemerintahannya, Raja Philip II yang baru berkuasa mengambil celah dari perselisihan antara sekutu Athena dengan merebut kekuasaan tanah jajahan Yunani yang terletak di pantai Makedonia. 

Baca Juga: 8 Fakta Menarik Tentang Sejarah dan Legenda Alexander Agung, Jangan Tertipu Lagi!

Dengan demikian, pada tahun 357-354, Raja Philip II menaklukkan kota-kota seperti Pydna, Potidei, dan Amphipolis, yang membuka akses ke laut, di sisi lain, pendapatan dari tambang emas di Pangeon memberinya masukan untuk modal berperang. 

Raja Philip II juga mereorganisasi tentara yang intinya adalah phalanx dan kavaleri bersenjata lengkap.

Baca Juga: Sejarah Anak-anak Napoleon Bonaparte, Kaisar Pertama Perancis, Nomer 1 Nasibnya Tidak Terduga

Pembunuhan Philip II

Pada tahun 337 SM, Raja Philip II meminta perwakilan negara-negara Yunani di Korintus untuk menawarkan perdamaian dengan imbalan penyediaan pasukan militer ke Makedonia, hanya Sparta yang menolak untuk berpartisipasi tawaran tersebut

Raja Makedonia, Raja Philip II mengumpulkan pasukan untuk menuju ke Persia, pada tahun 336 SM invasi ke Asia Kecil dimulai, di mana pasukan pertama mendarat di bawah komando Parmenion.

Baca Juga: Sejarah Klub FC Porto, Momen Mengesankan Liga Champions dan Peran Jose Mourinho

Untuk mengantisipasi ekspedisi besar ini, raja Philip II dibunuh oleh lawan politiknya, Pausanias dari Orestes, setelah meninggal, Alexander Agung menjadi penerus ayahnya. 

Dengan bantuan para pemimpin, termasuk Parmenion dan Antipater, yang ingin melanjutkan perang dengan Persia, Alexander Agung dinobatkan dan diakui sebagai raja baru Makedonia.

Baca Juga: Sejarah Klub River Plate, Pesaing Kuat Boca Juniors Dalam Perebutkan Gelar Copa Libertadores

Penaklukan Alexander Agung

Tak lama setelah berkuasa, Alexander Agung melakukan perjalanan ke Yunani tengah untuk menunjukkan kekuatannya dan mencegah pemberontakan. 

Negara-negara Yunani bersumpah setia kepada Alexander Agung dan memproklamirkannya sebagai Persatuan Korintus. 

Namun, ketika Thebes, yang dihasut oleh Athena, memberontak melawan Makedonia pada tahun 335 SM, Alexander Agung merebut Thebes dan meratakannya dengan tanah.

Baca Juga: Sejarah Runtuhnya Peradaban Suku Maya dan Penyebabnya

Hukuman yang terjadi di Thebes membuat lawan Alexander Agung mengurungkan niatnya untuk memberontak, setelah itu, tidak ada yang menghalangi ekspedisinya ke Persia.

Alexander Agung melintasi Hellespont dengan pasukan sekitar 30.000 hingga 50.000 orang infanteri, dan 5.000 penunggang kuda. 

Makedonia, Yunani, Thracia, dan Illyria bertempur di barisan Alexander Agung, selain itu, ia juga didampingi sejarawan, ahli geografi, dan topografi.

Baca Juga: Sejarah Makan Sambil Berbaring Ala Bangsawan Romawi Kuno, Ini Kata Para Dokter

Kemenangan pertama Alexander atas Persia terjadi pada tahun 334 SM dalam pertempuran Sungai Granikos, hal ini memungkinkan Makedonia untuk membebaskan kota-kota Yunani di pantai Aegea dari kekuasaan Persia. 

Pada tahun 333 SM di Issos, Alexander Agung berhadapan langsung dengan Raja Persia, Darius III, Makedonia memenangkan pertempuran, sementara Raja Persia Darius III melarikan diri dari medan perang, setelah kemenangan tersebut banyak kota secara sukarela menyerah kepada Alexander Agung.

Pada tahun 332 SM Alexander Agung menaklukkan Tirus dan Gaza, kemudian menaklukkan Mesir, dengan cara ini ia ingin mencegah kemungkinan pemutusan pasukannya dari Makedonia. 

Baca Juga: Sejarah dan Asal Usul Bir, Dikenal Mulai 3400 Tahun SM di Mesir Kuno

Di kerajaan firaun, Alexander Agung dipuji sebagai pembebas dari kekuasaan Persia, ia disembah sebagai dewa dan diangkat menjadi raja Mesir Bawah dan Atas. 

Di Mesir, Alexander Agung mendirikan Kota Alexandria, yang di masa depan menjadi salah satu kota kuno terbesar.

Pada tahun 331 SM orang Makedonia pindah ke Suriah dan kemudian memasuki Asyur, di sana orang-orang Persia menghalangi perjalanannya. 

Baca Juga: Sejarah Klub Boca Juniors, Tim Paling Sukses di Argentina yang Terinspirasi dari Italia

Bentrokan terjadi di Gaugamela pada tahun 331 SM, yang membuat tentara Persia hancur dan jalan menuju ibukota Persia, Persepolis terbuka lebar.

Pada tahun 330 SM Persia diduduki Alexander Agung, komandan Makedonia memerintahkan penghancuran istana kerajaan sebagai pembalasan atas kehancuran yang disebabkan oleh Persia karena menyerang Yunani.

Pada tahun 330 SM Darius III dibunuh oleh Bessos, Alexander Agung mengatur pemakaman yang megah untuk raja Persia tersebut dan menyatakan dirinya sebagai penggantinya, serta memerintahkan pengejaran terhadap Bessos.

Baca Juga: Sejarah Klub Colo-Colo, Satu-satunya Wakil Tim Asal Chili yang Berjuang di Benua Amerika

Alexander Agung melanjutkan penaklukan pada tahun 330-328 SM, yang menambah kekuasaan di Drangiana, Arachosia, dan Baktria, serta Sogdiana, yang melampaui pegunungan Hindu Kush. 

Di wilayah yang ditaklukkan, Alexander Agung melakukan pernikahan dengan penduduk lokal, salah satu dengan melakukan pernikahan perwiranya dengan putri raja lokal, dan ia sendiri menikahi Roxana, putri Pangeran Baktria Oxyartes.

Baca Juga: Sejarah Klub PSV, Pusat Kekuatan Olahraga Belanda, Pesaing Kuat Ajax Amsterdam

Ekspedisi ke India

Untuk melebarkan kekuasaan, pada tahun 327 SM, Alexander Agung bergerak lebih jauh ke timur hingga menyeberangi Indus, mencapai Punjab India.

Pada tahun 326 SM dalam pertempuran Hydaspes, Alexander Agung mengalahkan penguasa Hindu tengah, ambisinya terus mendorongnya lebih jauh ke timur, tetapi para prajurit yang kelelahan karena perang, menolak untuk melanjutkan penjalanannya.

Baca Juga: Mitos, Sejarah dan Tradisi Tahun Baru Imlek, Benarkah Mendekorasi Rumah Menyapu Kesialan?

Kemudian Alexander Agung memerintahkan mundur ke Mesopotamia, yang ia capai pada akhir tahun 325 SM.

Kekuasaan Alexander Agung meluas hingga sekitar 5,2 juta km 2 dan merupakan salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah umat manusia.

Baca Juga: Sejarah Klub Ajax Amsterdam, Raksasa Belanda yang Disegani Tim-tim Eropa

Ekspedisi yang Mengakhiri Alexander Agung

Situasi di Mesopotamia yang tidak tertib mengejutkan Alexander Agung, dengan cepat ia memobilisasi pasukan untuk memulihkan ketertiban, ia membutuhkan waktu dua tahun untuk menertibankanya kembali.

Pada tahun 324 SM Alexander Agung menyelenggarakan pernikahan di Susa, di mana banyak bangsawan Makedonia menikahi putri bangsawan Persia.

Alexander Agung sendiri menikahi dua putri raja Persia, mungkin, pernikahan Makedonia dan Persia tersebut akan menguatkan kekuasan.

Baca Juga: Sejarah Klub Cardiff City dan Swansea FC, Tim Wales yang Beruntung di Liga Inggris

Pada tahun 323 SM, Alexander Agung berencana melakukan ekspedisi ke Arabia untuk menyatukan wilayah yang memisahkan Mesir dari Mesopotamia masuk kekuasaannya.

Namun, Alexander Agung gagal menaklukkan wilayah tersebut, ia meninggal karena penyakit yang dideritanya beberapa hari.

Di negeri timur, setelah penaklukan Alexander Agung, budaya Yunani berkembang pesat dari ilmu pengetahuan, seni, dan perdagangan, namun era tersebut berakhir dengan penaklukan Romawi.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler