KABAR BANTEN - Aktifitas gempa di Selatan Banten meningkat, dalam sebulan terakhir. Dari dua daerah yang berada di wilayah tersebut, sedikitnya terdapat tiga titik langganan gempa.
Ketiga titik tersebut adalah Sumur di Kabupaten Pandeglang, serta Muarabinuanguen dan Bayah di Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil riset BNPB dan ITB, Selatan Banten ternyata salah satu lokasi di Selatan Jawa yang menyimpan potensi gempa yang membangkitkan tsunami.
Baca Juga: Selatan Banten Kembali Berguncang, Sempat Bergeser ke Bayah, Sumur Pandeglang Dilanda Gempa Susulan
Dari hasil riset mengenai bahaya tsunami di Selatan Jawa, menunjukkan adanya potensi gempa yang dapat membangkitkan tsunami di dua lokasi selatan Jawa.
Baca Juga: Astaghfirullah! Gempa Kembali Guncang Pandeglang, Intensitas dan Energinya Makin Besar
Dua lokasi tersebut berada di kawasan selatan Banten - Jawa Barat dan selatan Jawa Tengah-Jawa Timur.
Baca Juga: Sengketa Pilkada Pandeglang Ditangan MK, KPU Siapkan Pengacara
Berdasarkan hasil riset ini, terdapat segmen yang berada di selatan Banten -Jawa Barat dengan potensi energi hingga magnitudo 8,8.
Baca Juga: Percepatan Penanganan Covid-19: PSBB di Provinsi Banten Diperpanjang Hingga 17 Februari 2021
Sedangkan segmen Jateng - Jatim, berpotensi memiliki energi magnitudo 8,9.
Baca Juga: Relokasi Sekolah Terdampak Tol Serang-Panimbang, Pembangunan Gedung Baru Tunggu Penetapan Lokasi
"Jika terlepas secara bersamaan akan menghasilkan potensi energi setara magnitudo 9,1,” ujar Plt. Direktur Pemetaan dan Evakuasi Risiko Bencana BNPB, Abdul Muhari, Ph.D, dikutip Kabar Banten dari BNPB.go.id.
Baca Juga: Wahidin Halim Minta Bantuan Ulama dan Tokoh Agama, Ada Apa?
Untuk mengantisipasi temuan ilmiah yang dipublikasikandalam jurnal internasional Nature tersebut, BNPB telah mendesain upaya mitigasi terintegrasi.
Baca Juga: Pekerja Belum Dapat BSU Rp2,4 Juta, Kemnaker Upayakan Penyaluran, Segera Lengkapi Data Berikut
Salah satu langkah antisipasinya adalah pembangunan greenbelt atau sabuk hijau yang akan dibangun sebagai gugusan tanaman yang mengkombinasikan dua jenis pohon, yaitu mangrove dan pohon palaka.
Baca Juga: Banjir Bandang Cisarua Bogor, 900 Warga Dievakuasi, Gunung Mas Belum Kondusif
Dia mengatakan, mangrove ditanam di sisi menghadap ke laut, dengan jenis pandanus atau jenis mangrove lain yang bisa tumbuh di substrat pasir.
Baca Juga: Beras Tak Lagi Penyumbang Terbesar Inflasi, Distan: Pertanian Banten Tunjukkan Kinerja Positif
"Tanaman ini berfungsi untuk mereduksi energi tsunami. Sedangkan palaka, pohon yang termasuk tanaman keras ini berfungsi sebagai lapisan pelindung di sisi belakang atau sisi darat," ucapnya.
Baca Juga: Jelang Dilantik, Helldy-Sanuji Bentuk Tim Transisi, Ini Tujuannya
Dia menuturkan, ketebalan dan formasi penanaman vegetasi ini akan diatur sedemikian rupa, berbasis perhitungan ilmiah.
Baca Juga: Ngotot Minta Data Nonelektronik Diakomodasi, Rizki Natakusumah Ungkap Realitas Pandeglang
Tujuannya, agar penetrasi tsunami tidak terlalu jauh ke arah darat dan dapat meminimalisir korban dan kerusakan di daratan.
Baca Juga: Karomah Syekh Nawawi Al Bantani saat Tunjukkan Arah Kiblat ke Sayyid Utsman
“Kegiatan penanaman ini diupayakan akan dimulai pada awal tahun dengan berkoordinasi dengan Pemda setempat,” ujar Muhari. ***