KABAR BANTEN – Tanjung Lesung merupakan nama sebuah kampung di Kabupaten Pandeglang, terletak di wilayah pesisir pantai, yang ditetapkan Kemenparekraf masuk dalam Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK).
Dilansir KabarBanten.com dari buku Toponimi Nama-Nama Tempat Berdasarkan Cerita Rakyat, sebagai Dokumentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten tahun 2014 yang disusun oleh Juliadi dan Neli Wachyudin, nama Tanjung Lesung berasal dari dua suku kata yakni Tanjung dan Lesung.
Kata Tanjung sendiri memiliki arti daratan yang menjorok ke lautan. Sedangkan Lesung, merupakan nama alat tradisional pengolahan padi atau gabah.
Fungsinya, untuk memisahkan kulit gabah dari beras secara mekanik hingga akhirnya menjadi beras yang jika dimasak akan menjadi nasi.
Sebagai alat tradisonal pengolahan padi, bentuk Lesung seperti wadah yang terbuat dari bahan kayu besar yang dibuang bagian dalamnya sehingga akan berbentuk cekung.
Dalam pengolahan padi, Lesung tidak bisa berdiri sendiri, Lesung biasanya berpasangan dengan Alu (tongkat tebal yang terbuat dari bahan kayu juga).
Baca Juga: Mengenal Kaulinan Budak Banten, Gatrik Permainan Populer Berebut Digendong
Namun berdasarkan cerita rakyat, Tanjung Lesung merupakan nama yang diabadikan sebagai kampung lesung.
Baca Juga: Mengenal Kaulinan Budak Banten, Gatrik Permainan Populer Berebut Digendong
Dengan legenda cerita rakyat yang menyimpan kisah cinta menarik antara pemuda gagah dengan gadis harum yang menjelma menjadi seekor Lutung dan Dewi Padi.
Baca Juga: Mengenal Asal Asul Tambang Emas Cikotok, Dibangun Belanda, Dirampas Jepang dan Ditutup PT Antam
Dahulu, terdapat seorang pemuda pengembara tampan yang gagah perkasa bernama Raden Budog, bermimpi bertemu seorang gadis cantik jelita.
Baca Juga: Mengenal asal usul Nama Leuwidamar, Tempat Bermukim Masyarakat Baduy, Bermakna Hutan dan Tanaman
Berdasakan mimpinya tersebut, ia memutuskan untuk mengembara mencari gadis cantik dalam mimpinya.
Lalu, suatu ketika Raden Budog sampai di sebuah kampung dekat pantai yang tanahnya menjorok ke laut.
Karena hari sudah malam, Raden Budog meminta kepada seorang ibu yang merupakan penduduk kampung untuk ikut menginap.
Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Bojonegara, Wilayah Pesisir Kabupaten Serang, Negerinya Para Bajak Laut
Sikap Raden Budog yang angkuh, ibu tersebut tidak mengizinkannya menginap di rumahnya, terlebih ia hanya tinggal berdua dengan anak gadisnya bernama Sri Poh Haci.
Oleh karenanya, Raden Budog pun tidur di bale yang letaknya tak jauh dari rumah ibu tersebut. Pada pagi hari, Sri Poh Haci anak gadis ibu tersebut, membuat dan menghantarkan kopi untuk Raden Budog.
Dari situlah pertemuan mereka, akhirnya membuat satu sama lain saling mencintai hingga memutuskan untuk menikah.
Ada tradisi yang biasa dilakukan oleh para wanita di kampung tersebut, yaitu membunyikan lesung.
Namun, ada pantangan yang harus diikuti masyarakat dikampung itu, untuk tidak membunyikan Lesung di hari Jumat.
Sebagai pendatang, Raden Budog sangat senang dengan tradisi membunyikan Lesung terutama saat istrinya mmbunyikan Lesung dengan irama yang indah.
Begitu asyiknya menikmati irama dari lesung yang dibunyikan, ia pun turut serta membunyikan Lesung sambil menari-nari tanpa mengindahkan peringatan dari tetua kampung.
Hingga akhirnya akibat melawan pantangan tersebut, saat asyik meloncat-loncat, tanpa sadar ia pun berubah menjadi seorang Lutung.
Masyarakat berteriak, karena melihat langsung apa yang terjadi terhadap Raden Budog. Saat menyadarinya, ia pun lari ke hutan dan ia tidak dapat kembali lagi ke wujud aslinya sebagai manusia.
Baca Juga: Mengenal Asal Usul Tirtayasa Kabupaten Serang, Nama Raja Banten Sang Perencana Pembangunan Pertanian
Sementara, istrinya Sri Poh Haci turut malu kepada masyarakat atas kejadian tersebut. Ia juga pergi meninggalkan kampung halaman, dengan menjelma sebagai seorang Dewi Padi.
Untuk mengenang Sri Poh Haci sebagai gadis yang membunyikan Lesung dengan indahnya, penduduk setempat memberi nama kampung tersebut dengan nama Kampung Lesung.
Baca Juga: Mengenal Asal Usul Tirtayasa Kabupaten Serang, Nama Raja Banten Sang Perencana Pembangunan Pertanian
Karena letaknya berada di sebuah tanjung, maka kampung tersebut dinamakan Tanjung Lesung.
Dilansir KabarBanten.com dari laman dispar.bantenprov.go.id, sebagai wiayah yang masuk dalam Kawasan Ekonomi Kreatif, Tanjung Lesung merupakan kawasan pesisir pantai yang memiliki destinasi wisata yang indah, yang setiap tahunnya mendatangkan mendatangkan pengunjung hingga 250.000 wisatawan.
Baca Juga: Mengenal Asal Usul Nama Lebak, Pemberian Raja Purnawarman, Prasastinya Ada di Kabupaten Pandeglang
Wisata alam yang terletak di Kabupaten Pandeglang tersebut, menyajikan keindahan pantai pasir putih sepanjang 13 kilometer. Lokasinya juga tak jauh dari ibukota Jakarta, hanya membutuhkan waktu 3 jam dengan jarak tempuh 180 KM, penduduk sekitar jakarta dapat menikmati indahnya wisata laut di Tanjung Lesung.***