IRT Donasikan Pembangunan Jamban Warga di Lebak Gede Pulomerak Kota Cilegon

2 Desember 2021, 10:27 WIB
Perwakilan PT IRT saat memberikan bantuan untuk pembangunan jamban warga Lebak Gede /

KABAR BANTEN - PT Indo Raya Tenaga (IRT) kembali memberikan bantuan jamban pada sejumlah rumah warga di Kecamatan Pulomerak Kota Cilegon.

Bantuan jamban kali ini, PT. IRT bersama kontraktor pembangunan PLTU Jawa 9&10, PT DHII dan PT HK memberikan kepada warga Kelurahan Lebak Gede, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Selasa 30 November 2021.

Pemberian bantuan jamban itu diserahkan secara simbolis kepada Kepala Kelurahan Lebak Gede, Suwandi.

Baca Juga: Kota Cilegon Masuk Zonasi Rawan Tsunami, BMKG Ungkap Fenomena di Selat Sunda, Begini Skenario Terburuknya

Lurah Lebak Gede Suwandi mengatakan bahwa program jambanisasi ini adalah salah satu kepedulian terhadap masyarakat yang kurang mampu yang berada di Wilayah Lebak Gede.

Program ini juga menindaklanjuti program Pemerintah Kota Cilegon, dalam hal pola hidup sehat di tengah masyarakat.

“Data dari Kelurahan ada 88 warga yang rumahnya belum memiliki jamban, perlahan jumlah tersebut berkurang seiring adanya bantuan dari pihak swasta, seperti saat ini yang dilakukan pihak PT IRT,” kata Suwandi.

Baca Juga: Usai Dialog dengan Buruh, Wali Kota Cilegon Helldy Agustian Revisi UMK Cilegon 2022, Ini Besarannya

Suwandi menambahkan, bahwa mekanisme penyaluran bantuan yang diwujudkan dalam uang tunai tersebut adalah diberikan langsung kepada masyarakat penerima bantuan melalui RT/ RW setempat.

“Teknis pembangunan jamban ada di masyarakat masing-masing, dan memang sebagian besar masyarakat membangun dengan cara gotong royong,” ucapnya.

Mewakili masyarakat, Suwandi menyampaikan terimakasih kepada pihak PT IRT yang sudah berpartisipasi dengan mendukung program jambanisasi di Lebakgede.

Baca Juga: Masuki Usia Pensiun, Kepala Bappeda Cilegon Dapat Kejutan Wali Kota Cilegon Helldy Agustian, Ini Faktanya

”Semoga tindakan yang dilakukan PT IRT diikuti para industri yang berada di Lingkungan Lebakgede, sehingga program jambanisasi segera di entaskan,” katanya.

Sementara, Tammy Zacharias dari manejemen IRT mengatakan bahwa program sosial untuk masyarakat Lebakgede ini bagian dari visi misi perusahaan yang saat ini membangun pabrik listrik PLTU Jawa 9&10.

Salah satunya adalah mendukung program pemerintah daerah terutama dalam bidang kesehatan, pedidikan, dan terciptanya lapangan pekerjaan.

Baca Juga: Pemkot Cilegon Ganjar Sepuluh OPD dan Satu Kecamatan dengan Penghargaan Inovasi

“PT IRT hadir bersama main kontraktor PT DHII dan PT HK dalam kegiatan sosial di tengah masyarakat. Untuk selanjutnya kegiatan sosial akan terus dilakukan tentunya jika ada aspirasi di tengah masyarakat khususnya warga masyarakat terdekat di areal pembangunan PLTU Jawa 9-10,” jelas Tammy.

Masalah sanitasi memang masih menjadi persoalan di sekitar perbatasan Kota Cilegon, termasuk wilayah Kelurahan Suralaya.

Masih ada masyarakat di sana yang buang air besar di kebun alias modol di kebon (dolbon).
Beberapa waktu lalu. Dinas Kesehatan Kota Cilegon bersama PT Indonesia Power dan PT Indo Raya Tenaga memberikan bantuan toilet bagi warga kurang mampu yang ditegaskan dalam deklarasi Stop BABS alias Buang Air Besar Sembarangan.

Baca Juga: Disparbud Kota Cilegon Lestarikan Tradisi Budaya Islami, Ini Lima Seni Budaya yang Dikembangkan

Berdasarkan data di Kelurahan Suralaya, dari tim verifikasi program STOP BABS tertanggal 08-20 Maret 2021, verifikasi fasilitas sanitasi ini sudah dilakukan.

Dari jumlah 3.023 KK di wilayah ini, 49 KK diantaranya masih BABS. Terhadap mereka, bantuan CSR dilakukan oleh PLTU Suralaya 1-10. Kini, sudah 100 persen keluarga di wilayah ini sudah memiliki jamban.

Baca Juga: Disparbud Kota Cilegon Lestarikan Tradisi Budaya Islami, Ini Lima Seni Budaya yang Dikembangkan

Jika di seluruh Bantan ada sekitar 30 ribu warga yang buang air besar sembarangan (BABS), di kota industri ini, setidaknya ada sekitar 3 ribu jiwa yang masih melakukan BABS di kebun atau tempat lainnya, lantaran tak memiliki jamban.

Padahal, menurut UNICEF, sanitasi yang buruk menyumbang angka 88% pada kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Belum lagi, ancaman stunting atau tumbuh kerdil juga dipengaruhi oleh kualitas sanitasi.***

Editor: Maksuni Husen

Tags

Terkini

Terpopuler