Puluhan Warga Kabupaten Serang Terpapar DBD, Kasusnya Meningkat di 2024

24 Januari 2024, 09:50 WIB
Ilustrasi kasus DBD di Kabupaten Serang yang mengalami peningkatan di 2024. /Pixabay/Pexels


KABAR BANTEN - Sebanyak 44 warga Kabupaten Serang terpapar demam berdarah dengue atau DBD pada awal tahun 2024.

Kasus DBD di Kabupaten Serang tersebut tersebar di 16 kecamatan, namun demikian belum ada kasus yang menyebabkan kematian.

Kasus DBD di Kabupaten Serang tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 dengan periodesasi yang sama dengan 25 kasus.

Baca Juga: UIN Banten Jalin Kerjasama dengan Zarqa University dalam Perkuat Rekognisi Internasional

Pengelola Program Penyakit Bersumber Binatang (P2BB) pada Dinkes Kabupaten Serang Pipih Saripah mengatakan, baru memasuki awal 2024 sudah ada 44 kasus DBD yang ditemukannya, paling banyak berada di Kecamatan Petir dengan lima kasus.

Sedangkan, selama 2023 ada 237 kasus DBD dengan satu orang meninggal dunia pada Januari 2023 di Kecamatan Binuang, dari jumlah itu paling banyak di Desember dengan 36 kasus DBD.

"Baru memasuki awal 2024, kita sudah banyak temukan puluhan kasus DBD tapi tidak ada yang meninggal dunia hanya di rawat saja di rumah sakit dan Puskesmas. Penyebabnya, karena pergantian musim dari kemarau ke penghujan, yang membuat banyaknya jentik DBD bermunculan," ujarnya kepada Kabar Banten, Selasa 23 Januari 2024.

Pipih mengatakan, pihaknya telah melakukan penanganan terhadap kasus DBD tersebut, seperti melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan perilaku 4 M Plus yakni menguras, mengubur, menutup, serta memantau tempat yang potensial sebagai tempat nyamuk berkembangbiak.

Tidak hanya itu, mengajak masyarakat untuk ikut terlibat melakukan penyelidikan epidemiologi tentang DBD, serta dalam penanggulangan DBD memberantas jentik nyamuk yang berpotensi menyebabkan DBD.

"Untuk fogging tetap kita lakukan, namun yang paling utama itu pemberantasan sarang nyamuk dengan menghilangkan jentik nyamuknya dan pemberian abatesasi. Kita juga ada Kader Jumantik di semua desa pada satu rumah satu kader, mereka terjun ke lapangan untuk menangani DBD," ucapnya.

Baca Juga: BPBD Banten Belum Punya Tim Penanganan Bencana Kimia, Begini Penjelasannya

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Kabupaten Serang Istianah Hariyanti mengatakan, seseorang dapat terkena DBD apabila tergigit nyamuk Aedes Aegypti sebagai penularnya.

Namun sistem penularannya tidak seperti virus yang bisa ke sesama manusia hanya sebatas nyamuk ke manusia saja.

Sehingga kita dia, pemberantasan nyamuk harus dimulai dari jentiknya.

Untuk itu pihaknya membentuk Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Gesit).

"Penanganan DBD harus dilakukan bersama, maka kita buat Gesit di setiap desa yang satu rumahnya ada kader jumantik. Jadi, setiap orang bertanggung jawab terhadap rumah dan lingkungannya supaya bebas jentik, apabila rutin dilakukan maka akan bisa benar-benar bebas dari DBD," katanya.

Istianah mengatakan, bakal lebih memaksimalkan peran kader jumantik untuk dapat memberantas DBD, karena selama ini perannya dirasa belum maksimal.

Adapun tugas dari kader jumantik ini yaitu, memastikan bahwa di lingkungan rumah dan sekitarnya bebas dari jentik nyamuk.

"Jadi bukan kader yang melakukan pemantauan jentik, mereka hanya membantu monitoring saja adapun eksekusinya dilakukan oleh masing-masing keluarga. Program ini, sudah berjalan cuman memang masih perlu ditingkatkan," tuturnya. ***

Editor: Yomanti

Tags

Terkini

Terpopuler