Asal Usul Selat Sunda, Daratan Terbelah Akibat Marah Raja kepada Putranya Raden Sundana, Menurut Kisah Legenda

- 3 Desember 2021, 12:50 WIB
CITRA satelit Gunung Anak Krakatau dari NASA, sebuah gunung di Selat Sunda yang diambil dari legenda Prabu Rakata.
CITRA satelit Gunung Anak Krakatau dari NASA, sebuah gunung di Selat Sunda yang diambil dari legenda Prabu Rakata. /Science Alert/

KABAR BANTEN-Dari mana asal usul Selat Sunda, yang kini mendapat perhatian luas karena berpotensi tsunami setinggi 8 meter.

Setelah pada 2018, kini Selat Sunda yang kembali menjadi perhatian karena berpotensi tsunami setinggi 8 meter, dari mana asal usul namanya.

Dikutip kabarbanten.pikiran-rakyat.com dari berbagai sumber, berikutasal usul Selat Sunda menurut sebuah legenda.

Baca Juga: TINGKATKAN KEWASPADAAN hingga 9 Desember Mendatang, Indonesia Dihantam Cuaca Ekstrem, Merata di Wilayah Ini

Untuk diketahui, selat adalah sebuah wilayah perairan yang relatif sempit yang menghubungkan dua bagian perairan yang lebih besar, dan karenanya pula biasanya terletak di antara dua permukaan daratan.

Sedangkan nama Sunda, adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat dan Banten.

Dalam sebuah legenda, di antaranya berkembang tentang asal usul Selat Sunda dari kerajaan pada zaman dahulu kala.

Pada masa itu, Pulau Jawa dan Sumatra masih bersatu. Kerajaan itu dipimpin seorang raja adil dan bijaksana bernama Prabu Rakata, yang memiliki dua orang putra.

Kedua putranya itu bernama Raden Sundana yang paling sulung, dan adiknya bernama Raden Tapabaruna.

Diceritakan bahwa sang raja yang berniat bertapa brata, memanggil kedua putranya. 

Disampaikanlah niatnya itu kepada kedua putranya yang sudah cukup umur. Sang raja pun membagi kedua wilayah kerajaan kepada puteranya itu.

Kedua putranya pun menerima keputusan ayahandanya, dengan pembagian kerajaan ke arah timur untuk untuk Raden Sundana. Sedangkan Raden Tapabaruna mendapat bagian ke arah barat. 

Setelah menyelesaikan pembagian wilayah kekuasaan kepada kedua putranya, Prabu Rakata berangkat bertapa brata brata.

Tak ada perbekalan, selain hanya membawa sebuah guci pusaka yang selama ini setia menemaninya menjadi raja.

Setelah sekian lama menyepi bertapa brata, tiba-tiba pada suatu hari datang seorang abdi kerajaan yang membawa kabar mengejutkan sang raja.

Seorang abdi kerajaan yang setia kepada sang raja itu, mengabarkan bahwa kedua putranya terlibat peperangan.

Baca Juga: Mengungkap Kondisi Selat Sunda, Disebut BMKG Berpotensi Tsunami 8 Meter

Putra sulungnya, Raden Sundana telah menyerang kerajaan adiknya, yaitu Raden Tapabaruna.

Raden Sundana tidak cukup puas dengan keputusan yang diberikan ayahandanya saat dulu. Sang raja terkejut, dan segera berangkat menuju medan peperangan.

Kedua putranya yang mengetahui kedatangan ayahandanya, saling menarik pasukannya masing-masing. 

Di hadapan kedua putranya, Prabu Rakata marah besar dan meminta mereka berdamai.

Prabu Rakata menyuruh mereka untuk berjanji agar tidak saling serang, apalagi saling menguasai satu dengan lainnya.

Dengan menjejakkan kakinya ke bumi dengan keras, Prabu Rakata melayangkan tubuhnya ke udara dengan membawa gucinya turun di tepi pantai dan mengisinya penuh air laut. 

Setelah itu, Prabu Rakata kembali terbang menuju tempat kedua putranya yang tadi bertempur dan menyuruh keduanya untuk berdiri di wilayah kekuasaannya masing-masing.

Alangkah mengejutkan, Prabu Rakata dengan segala ilmu kesaktiannya menyiramkan air laut dalam guci ke permukaan bumi.

Tepat di tengah kedua putranya yang berdiri berhadapan, mengarah ke utara dan selatan. 

Ditaruhnya gucinya di tengah-tengah tempat yang di siram dengan air laut tersebut. Dengan guci itu, daratan terbelah.

Bumi pun bergetar dengan hebatnya, terus bergetar hingga membentuk sebuah celah jurang.

Rekahan bumi pecah, merambat ke arah utara dan selatan hingga bertemunya kedua ujung laut utara dan selatan.

Baca Juga: Doa Agar Terhindar dari Bencana, Minta Dilindungi dan Selamat dari Tsunami, Rasulullah Panjatkan Ini

Sejak saat itu, terbentuklah sebuah selat yang dinamakan Selat Sunda sebagai peringatan atas perbuatan putranya Raden Sundana. 

Sedangkan guci yang ditinggalkannya kemudian berubah menjadi sebuah gunung yang diberi nama Rakata atau kini dikenal dengan Krakatau.***

Editor: Yadi Jayasantika


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah