“Ini kerugiannya. Saya pikir mencegah stunting sangat penting. Karena kesempatannya hanya 1000 hari. Begitu anak umur 2 tahun ke atas, kita sudah tak punya kesempatan lagi. Jadi dia akan tambah tinggi akan tambah besar, tapi tingginya pun maksimal 150-155 centimeter dan kecerdasannya juga tidak akan bertambah banyak. Makanya, mencegah stunting sangat penting,” ujar Hasto.
Baca Juga: Peringati Harganas ke-28, BKKBN Banten Luncurkan ‘Si Canting’, Cegah Stunting di Banten
Sementara, Wakil Bupati Lebak, Ade Sumardi menyampaikan bahwa terkait pencegahan stunting, pihaknya memadukan program antara program pusat yang dilakukan BKKBN dan Pemkab Lebak. Artinya, Ibu-ibu PKK, Posyandu hingga bidan digerakkan semua hingga pelosok.
“Intinya, stunting ini bagaimana pemahaman dari mulai calon pengantin, bagaimana yang harus mereka persiapkan sampai pada gizi. Jadi semuanya,” ujarnya.
Ia mengatakan, di Kabupaten Lebak ada sebanyak 345 desa. Semua digerakkan, mulai ibu PKK Kabupaten, kecamatan, sampai ke desa. Bahkan, RT/RW pun dilakukan edukasi terkait pencegahan stunting.
Edukasi terkait pencegahan stunting di Kabupaten Lebak, kata dia, mendapat respons yang baik dari masyarakat. Terutama, terkait pemahaman tentang stunting yang disangka masyarakat stunting itu hanya pendek saja. Padahal motoriknya terganggu, itu yang disampaikan kepada masyarakat.
“Alhamdulillah, pemahaman masyarakat sudah mulai bagus dan perubahannya sangat signifikan,” ujar Ade Sumardi.
Ia mengatakan, di Kabupaten Lebak awalnya urutan pertama jumlah angka stunting di Banten. Namun, setelah digerakkan semua, saat ini sudah turun. Salah satunya melalui program interpensi gizi.
Ade Sumardi menjelaskan, pihaknya memberikan edukasi atau pemahaman terkait gizi. Karena banyak masyarakat yang menganggap makanan yang mewah-mewah, padahal tidak. Selain itu, kita juga memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana memanfaatkan lahan perkarangan hingga obat-obatan.