Ia mengatakan, stunting menjadi masalah besar yang harus diselesaikan apalagi stunting dapat memengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM), bukan hanya berdampak kepada kondisi fisik melainkan juga kesehatan hingga kemampuan berpikir anak.
“Stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya,” ucapnya.
“Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun,” sambung Rusman Efendi.
Ia menambahkan, ada empat (4) terlalu yang determinan terhadap stunting. Keempatnya adalah terlalu muda bersalin, terlalu tua bersalin, terlalu dekat bersalin dan terlalu banyak anak.
“Kami mengimbau masyarakat agar menghindari terlalu muda bersalin, terlalu tua bersalin, terlalu dekat bersalin dan terlalu banyak anak, agar tidak memiliki anak yang mengidap stunting atau pertumbuhan lambat karena faktor kekurangan gizi,” ujar Rusman Efendi.
Baca Juga: Cegah Stunting dari Hulu, BKKBN Gandeng Kemenag Banten Lakukan Pembinaan Calon Pengantin