Kerap Mengamuk, Subekti Lima Tahun Hidup Dipasung

- 10 Juli 2017, 14:00 WIB
Pasung-(1)
Pasung-(1)

Subekti, pemuda berusia 18 Tahun asal Kampung Cidadap, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Cipocokjaya, Kota Serang dipasung di dalam rumahnya selama hampir kurang lebih 5 tahun karena stres dan kerap mengamuk. Subekti yang merupakan putra dari janda tua berusia 50 tahun, Samsuri dipasung dengan cara kaki dan tangganya diikat menggunakan rantai. "Sering ngamuk, tuh kaca-kaca juga pada pecah ditonjokin kalau dia lagi ngamuk," kata Samsuri saat ditemui Kabar Banten di rumahnya, Ahad (9/7/2017). Sejak usia 10 tahun, Subekti telah mengalami kelainan. Kelainannya semakin parah saat sang ayah meninggal dunia. Sejak saat itu ia sering melamun, tak jarang setelah melamun ia mengamuk. "Mungkin dia ngelamun pertama kali setelah bapaknya enggak ada (meninggal dunia)," ujarnya.  Dibanding pemuda pada umumnya, Subekti terbilang kurang beruntung karena sama sekali belum pernah mengenyam bangku pendidikan. "Dari awal enggak sekolah apa-apa. Sejak kecil engga dengar, dari oroknya dia sudah geter-geter," tuturnya. Selain sering mengamuk, Subekti juga kerap masih bertingkah seperti anak-anak. Sikap kekanak-kanakannya ditunjukkan saat meminta mainan yang biasa dimainkan anak-anak.  "Kalau lagi kumat minta keplokan yang dibuat dari pisang, kalau udah begitu dicariin sama ibu. Sampai sekarang masih kayak anak kecil," tuturnya.  Berulang kali, Samsuri berusaha mengobati anaknya, namun semua upaya yang dilakukannya akhirnya terputus karena kekurangan biaya. Jangankan untuk mengobati putranya, janda itu juga kadang kesusahan untuk makan. "Namanya orang enggak punya," katanya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Samsuri bersama anaknya yang lain membuat atap dari ilalang. Atap itu dijual seharga Rp 1.500 per atap. Atap-atap ini mereka buat setiap kali ada pemesanan, penjualannyapun tidak selalu normal, kadangkala harus menunggu beberapa waktu untuk datang warga yang memesan. "Enggak sering buatnya, kalau ada yang mesen baru dijual," ujarnya.  Saat ini, Samsuri hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan itu. Samsuri tidak ingin anaknya diobati di luar dengan alasan kasihan. "Sudah ada beberapa kali orang Dinsos (Dinas Sosial) yang datang. Tetapi pihak keluarga belum membolehkan Subekti dibawa keluar. Alasannya kasihan," tuturnya.(Sutisna)***

Editor: Kabar Banten


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x