Network
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten siap menyediakan hotel untuk dijadikan tempat karantina tenaga medis yang menangani pasien terkait virus corona atau covid-19 di Banten. Mereka menunggu penawaran dari Pemprov Banten terkait mekanisme kerja sama hal tersebut.
Ketua Harian PHRI Banten GS Ashok Kumar mengatakan, belum lama ini dia mendapatkan informasi sudah ada hotel di Tangerang yang dijadikan tempat karantina.
"Di Tangerang kami sudah ada satu, sudah nanti saya kasih gambarnya. Nah ini sebentar lagi satu sudah terima mereka diblok (khusus untuk karantina) sekian lama," katanya.
Merujuk pada informasi itu, ia meyakini hotel tak akan keberatan apabila pemprov Banten ingin menjadikannya sebagai tempat karantina. Dengan catatan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang diterapkan sesuai dengan protokoler kesehatan.
"SOP-nya selama itu benar, kenapa tidak. Namanya yang tidur di hotel juga ada yang sakit, ada yang mati juga kan pernah ada di hotel mati," ujarnya.
Keyakinan itu berkaca pada pengalaman beberapa tahun lalu. Ketika itu, kata dia, salah satu hotel di Kota Serang yang siap dijadikan tempat karantina WNA yang dideportasi. Padahal, mereka lebih berisiko karena tak diketahui penyakitnya seperti apa.
"Itukan sakitnya enggak ketahuan sebenarnya. Kan pernah diterima di Hotel D'Gria (Kota Serang) itu diterima 60 sampai 80 lah. Di Merak juga ada, di kapal itu sebagainya," ucapnya.
Alasan berikutnya, hotel pasti melihat sisi pemasukan dan penjaminan kesehatan. Sebab, menurut informasi yang diterima, hotel yang dijadikan tempat karantina benar-benar dipastikan kebersihannya.
"Sekarang kan dia juga melihat ada sisi income, kesehatan terjaga. Dia (tenaga medis) masuk ke sana (hotel tempat karantina) saja dia diperiksa. Manajernya aja dia masuk ke hotel dia harus steril," ujarnya.
Menurut dia, Pemprov Banten belum membuka komunikasi terkait rencana hotel sebagai tempat karantina tenaga medis.
