4 Wanita Penakluk Hati Napoleon Bonaparte, Kecantikannya Tercatat dalam Sejarah

30 Desember 2021, 13:00 WIB
Potret 4 wanita pelakluk hati Napoleon Bonaparte, Desiree Clari, Permaisuri Josephine, Maria Louise, dan Marie Walewska. /kulturologia.ru

KABAR BANTEN - 4 wanita dalam sejarah penakluk Napoleon Bonaparte tentu bukanlah perempuan biasa. 

Tentunya 4 wanita dalam sejarah penakluk Napoleon Bonaparte dari keluarga terpandang, secara ekonomi dan kedudukan pada masa itu.

Dari 4 wanita dalam sejarah penakluk Napoleon Bonaparte juga ada yang dinobatkan sebagai ratu.

Baca Juga: Fakta Menarik Sejarah Gedung Putih, Bangunan Paling Terkenal di Dunia

Pada awal abad ke-19, Napoleon Bonaparte dianggap sebagai orang paling berkuasa di Eropa. 

Para raja membenci Napoleon Bonaparte, tetapi terpaksa harus memperhitungkan pendapatnya. 

Di sisi lain, para wanita ingin Napoleon Bonaparte melirik ke arah mereka, ada banyak episode romantis dalam kehidupan Napoleon Bonaparte dengan 4 wanita penakluk hatinya.

SejarahBaca Juga: 10 Sejarah Dunia Kuno yang Mengejutkan Para Sejarawan

Inilah 4 wanita dalam sejarah penakluk Napoleon Bonaparte yang terus ditulis para sejarawan.

 

1. Désirée Clary 

Désirée Clary lahir pada tahun 1777 dalam keluarga pedagang sutra yang kaya, masa kecil dan pertumbuhannya tidak berbeda dari orang lain sampai revolusi pecah. 

Désirée Clary, gadis yang diilhami oleh gagasan kesetaraan dan persaudaraan dan menjadi seorang republikan.

Ketika saudara laki-lakinya ditangkap, Désirée Clary, yang berusaha membantunya, bertemu dengan politisi Joseph Bonaparte.

SBaca Juga: 9 Penemuan Artefak Sejarah Bangsa Sumeria yang Menakjubkan, Ditiru Banyak Negara Hingga Saat Ini

Untungnya, saudara lelaki Désirée Clary bisa dibebaskan

Dari perkenalan tersebut, Joseph Bonaparte kemudian menikahi saudara perempuan Désirée Clary, yang bernama Julie. 

Joseph Bonaparte, pada gilirannya, memperkenalkan Désirée Clary kepada saudaranya, jenderal tentara revolusioner Napoleon Bonaparte. 

Baca Juga: 8 Fakta Menarik Tentang Sejarah dan Legenda Alexander Agung, Jangan Tertipu Lagi!

Napoleon Bonaparte secara resmi memberikan hatinya kepada Désirée Clary.

Kisah cinta ini pasti akan berakhir dengan pernikahan, jika Marie Rose dari Joseph Tache de la Pagerie, yang dikenal sebagai Josephine, tidak menarik perhatian Napoleon Bonaparte. 

Pertunangan pun berantakan, Désirée Clary yang patah hati pergi bersama saudara perempuannya ke Italia.

Baca Juga: 3 Temuan Sejarah Ini Bikin Sejarawan Garuk-garuk Kepala

Pada 1798, Désirée Clary kembali ke Prancis, di mana seorang kenalan baru menunggunya. 

Marsekal masa depan, Jean Baptiste Jules Bernadotte menjadi suaminya. 

Pada tahun 1810, atas perintah Napoleon Bonaparte, Jean Baptiste Jules Bernadotte menerima gelar Putra Mahkota Swedia, dan pada tahun 1818, Jean Baptiste Jules Bernadotte resmi menjadi raja.

Baca Juga: 5 Misteri Sejarah yang Belum Terungkap, Nomor 1 Sering Dibuat Film Layar Lebar

Désirée Clary tidak terburu-buru untuk meninggalkan Prancis dan bergegas ke raja yang baru diangkat, Jean Baptiste Jules Bernadotte, karena dia percaya bahwa tahtanya dapat dengan mudah diambil. 

Désirée Clary datang ke Swedia pada tahun 1823 dan pada tahun 1829 dinobatkan sebagai Ratu Desideria dari Swedia. 

Désirée Clary tidak mencintai suaminya, tetapi lebih berterima kasih padanya, satu-satunya cintanya adalah Napoleon Bonaparte.

Baca Juga: 5 Wabah Mematikan Sepanjang Sejarah, dari Covid-19 Hingga Cacar, Ini Ulasannya

2. Josephine

Ketika berbicara tentang wanita tercinta Napoleon Bonaparte, nama Josephine muncul lebih dulu, dia menjadi cinta paling tulus dari kaisar Prancis.

Marie Rose Joseph Tache de la Pagerie yang lebih dikenal dengan Josephine, berasal dari pulau Martinique di Karibia. 

Ketika Josephine berusia 16 tahun, ayahnya menikahkannya dengan Viscount Alexandre de Beauharnais. 

Baca Juga: 5 Wabah Mematikan Sepanjang Sejarah, dari Covid-19 Hingga Cacar, Ini Ulasannya

Viscount Alexandre de Beauharnais tidak membebani dirinya dengan kesetiaan dalam pernikahan. 

Josephine dan Viscount Alexandre de Beauharnais berpisah pada tahun 1785, Josephine mendapat dua anak, dan mendapatkan kompensasi perceraian yang memadai.

Ketika Viscount Alexandre de Beauharnais dieksekusi oleh pemerintah revolusioner pada tahun 1794, Josephine dipenjarakan. 

Baca Juga: Cetak Sejarah, Ini Perjalanan Loh Kean Yew Merebut Medali Emas di Kejuaran Dunia Badminton

Namun, tidak lama, kecantikan dan pesona Josephine memungkinkan untuk menemukan pelindung kaya dan segera menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di Paris.

Pada tahun 1795, takdir mempertemukan Josephine dengan Napoleon Bonaparte, ia dengan mudah kehilangan akal karena cintanya pada Josephine.

Napoleon Bonaparte bahkan tidak malu dengan perbedaan usia yang pada waktu menginjak 32 tahun dan Josephine berusia 26 tahun. 

Baca Juga: Cetak Sejarah, Ini Perjalanan Loh Kean Yew Merebut Medali Emas di Kejuaran Dunia Badminton

Tidak seperti pejabat-pejabat sebelumnya, Napoleon Bonaparte tidak dapat memberikan semua keinginan Josephine.

Tetapi Napoleon Bonaparte menawarkan pernikahan yang dicintainya dan adopsi resmi anak-anaknya. 

Josephine setuju, mereka menikah pada tahun 1796 dan pada tahun 1804, Napoleon Bonaparte menobatkannya sebagai permaisuri.

Baca Juga: Resmi, Stadion Seruni Dinamakan Gelora Geger Cilegon, Helldy: Insya Allah Akan Jadi Sejarah Bagi Kota Cilegon

Napoleon Bonaparte terobsesi dengan gagasan suksesi takhta, tetapi Josephine tidak dapat melahirkan anaknya. 

Pada tahun 1809, pernikahannya bubar, Napoleon Bonaparte mempertahankan gelar mantan istrinya dan beberapa kastil. 

Beberapa tahun kemudian, penguasa yang sudah dipermalukan dengan diasingkan di PulauElba, Josephine memohon kepada Kaisar Rusia Alexander I untuk mengizinkannya menemui Napoleon Bonaparte, tetapi ditolak. 

Pada tahun 1814, Josephine terkena serangan flu yang parah dan meninggal tiba-tiba.

Baca Juga: Asal Usul dan Sejarah BMKG, Penyampai Informasi dan Peringatan Dini Bencana, Ini Tugas dan Fungsinya

3. Marie Louise dari Austria

Meninggalkan Josephine, Napoleon Bonaparte yang berusia 40 tahun mulai mencari pendamping baru untuk dijadikan istri. 

Napoleon Bonaparte membutuhkan ahli waris, dan pilihannya jatuh pada Marie Louise dari Austria yang berusia 18 tahun, putri Kaisar Austria Franz I. 

Kaisar Franz I membenci calon menantunya, tetapi di belakang Napoleon Bonaparte ada pasukan berjumlah ribuan. 

Baca Juga: BWF World Tour Finals 2021, The Minions Siap Cetak Sejarah

Marie Louise muda bangga menjadi istri pria paling berpengaruh di Eropa.

Dalam pernikahannya pada tahun 1811, pewaris yang telah lama ditunggu-tunggu lahir, dan diberi nama yang sama dengan ayahnya. 

Ketika tahun 1814 Napoleon Bonaparte kalah perang dan turun tahta, Marie Louise meninggal dunia.

Baca Juga: Pelantikan PCNU Kabupaten Serang, Ukir Sejarah, Begini Kata Ketua PWNU Banten

Anak Napoleon Bonaparte dari Marie Louise diasuh oleh kakeknya Kaisar Franz I. 

Kaisar Franz I, memanggil cucunya bukan Napoleon, tetapi Franz. 

Napoleon kecil tahu siapa ayahnya, tetapi keluarga besarnya memastikan bahwa Napoleon kecil yang dipanggil Franz tidak memiliki hubungan apa pun dengan Napoleon Bonaparte dan pemerintah Prancis. 

Pada usia 21, Napoleon kecil yang dipanggil Franz meninggal karena TBC.

Baca Juga: Pisahkan Pulau Jawa dan Sumatera, hingga Gelombang Setinggi 30 Meter, Kejadian dan Sejarah Tsunami Selat Sunda

4. Marie Walewska

Ketika, pada tahun 1806, perang pindah ke wilayah Polandia, dan Napoleon Bonaparte pergi ke sana.

Di Polandia, Napoleon Bonaparte menarik perhatian wanita yang bernama Marie Walewska yang berusia 20 tahun. 

Kaisar Napoleon Bonaparte tidak bisa menahan pesona kecantikan dan keanggunan Marie Walewska.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Jumat 3 Desember 2021: Libra Lihat Sejarah, Scorpio Kebalikannya

Segera Marie Walewska hamil, dan pada tahun 1810 melahirkan putra Napoleon Bonaparte, yang diberi nama Alexander. 

Ketika usianya sudah dewasa, Alexander menerima gelar pangeran kekaisaran.

Alexander pertama kali menjadi Menteri Luar Negeri Prancis, dan kemudian Menteri Seni Rupa.

Baca Juga: HUT KORPRI: Sejarah Panjang Pegawai Pemerintahan, Masa Penjajahan, Kemerdekaan, Orba hingga Reformasi

Kehamilan Marie Walewska akhirnya menguatkan keyakinan Napoleon Bonaparte bahwa dirinya tidak mandul. 

Diketahui bahwa Marie Walewska dan putranya diam-diam datang menemui Napoleon Bonaparte di St. Helena.

Ketika Napoleon Bonaparte diasingkan di pulau terpencil tersebut, semua kunjungan dilarang. 

Namun, pendukung hoax cenderung percaya, bahwa yang dihukum di Pulau St. Helena bukan Napoleon Bonaparte, tetapi kembarannya.***

Editor: Maksuni Husen

Sumber: kulturologia.ru

Tags

Terkini

Terpopuler