“Sejak awal, saya emang tahu kalau suami seorang preman. Semasa pacaran, dia baik sama saya. Tapi ditakuti oleh yang lain,” ujarnya.
Awal menjalani mahligai rumah tangga, lanjut Selly, ia cukup bangga memiliki suami seorang preman.
Namun seiring waktu, pengaruh kepremanan Pak Boy luntur di wilayah pertokoan tersebut, ini seiring dengan aksi pengamanan pihak kepolisian.
“Semenjak polisi melakukan razia premanisme, pengaruh suami mulai luntur,” tuturnya.
Gara-gara itu pula, uang dapur untuk Selly lambat laun menipis, setelah tidak ada lagi setoran keamanan dari para pemilik toko.
Saat itulah persoalan rumah tangga terjadi, Pak Boy sering kesal setiap kali Selly meminta uang dapur.
“Terhitung sejak 2018, suami kalau dimintain uang belanja langsung ngambek, marah-marahnya gak karuan,” ucapnya.
Setiap kali marah, kata Selly, gaya premannya Pak Boy dikeluarkan, lagaknya seperti jenderal yang sedang memarahi prajurit.
Namun setelah marah-marah, Pak Boy selalu keluar dari rumah dan tidak pulang selama berhari-hari.